Teman-teman! Kami menyajikan artikel untuk Anda dari Evgeny Tarasov!

"Budak adalah cucu para Dewa, dan bukan hamba Tuhan!"

Ortodoksi Veda.

Saat ini, diyakini secara luas bahwa ROC adalah Ortodoksi, kadang-kadang bahkan istilah Kekristenan sendiri dihilangkan, menyiratkan bahwa ini identik, tentu saja, tanpa memperhitungkan Slavia itu sendiri. Menurut para ulama Gereja Ortodoks Rusia, Slavisme sama sekali tidak ada hubungannya dengan itu.

Pada bulan September 2010, menjawab pertanyaan koresponden saluran TV Rossiya, Patriark Kirill jelas terbawa dan mengungkapkan wajah aslinya - wajah kosmopolitan: https://www.youtube.com/watch?v=VYvPHTYGwVs

“... Dan siapa orang Slavia itu? Ini adalah orang-orang barbar, orang-orang yang berbicara dalam bahasa yang tidak dapat dipahami, ini adalah orang-orang kelas dua, mereka hampir seperti binatang. Dan orang-orang yang tercerahkan mendatangi mereka (berasal dari dunia Yunani-Romawi yang tercerahkan, Cyril dan Methodius), membawakan mereka cahaya kebenaran Kristus dan melakukan sesuatu yang sangat penting - mereka mulai berbicara dengan orang-orang barbar ini dalam bahasa mereka, mereka menciptakan bahasa Slavia alfabet, tata bahasa Slavia dan diterjemahkan ke dalam bahasa ini Firman Tuhan…”.

Tapi benarkah demikian?

Tentu saja tidak - ini sebenarnya bohong besar! Dan berpikir demikian adalah ketidaktahuan yang ekstrem, atau salah mengartikan kebenaran yang benar-benar berbahaya.

Slavia memiliki sejarah yang hebat dan mulia! Versi tentang munculnya negara Slavia sekitar seribu tahun yang lalu telah lama dipertanyakan. Inilah pendapat ilmuwan paling terkenal, arkeolog dan sejarawan Rusia terbesar abad kedua puluh, akademisi Akademi Ilmu Pengetahuan Uni Soviet dan Akademi Ilmu Pengetahuan Rusia B.A. Rybakova: “Berbicara tentang dewa Slavia sejati, kami dengan jelas membayangkan tanggal kelahiran kultus dewa ini atau itu. Dewa Ra - sekitar 50 ribu tahun yang lalu. Dewa Veles - sekitar 40 ribu tahun yang lalu. Dewi Slavia Makosh menempati tempat kuno yang sama dalam seri ini - sekitar 40 ribu tahun yang lalu.

Slavisme adalah Iman dunia tertua di planet kita. Inti utama Slavia adalah Budaya Veda Rusia Kuno. Slavia adalah Arya - Rus - Rusia yang menganut Iman Veda Rusia Kuno, yang memuliakan Aturan - hukum Ruang dan Alam - hukum universal Svarog yang mengatur dunia. Memuliakan Aturan berarti memuliakan Tuhan. Aturan Pujian - ini adalah Ortodoksi. Seperti yang Anda lihat, Iman Leluhur kita sudah disebut itu pada waktu yang jauh. Slavisme memberikan dasar bagi semua agama dunia yang ada saat ini.

ROC hanyalah salah satu dari banyak varietas sektarian Kekristenan, bersama dengan orang lain yang memiliki hak untuk hidup, serta pengakuan dan kepercayaan lainnya.

Namun karena saat ini masa lalu kita sudah mulai padat dengan mitos-mitos keji, seperti di atas, penting untuk mempelajari lebih detail tentang konsep "Ortodoksi", yang memang merupakan bagian integral dari atribut nasional bangsa Slavia. .

Mari kita cari tahu isi sebenarnya dari kata kuno "Aturan" dan "Kemuliaan", yang menjadi dasar dari konsep di atas, yang terdiri dari dua akar.

Kata Slavia asli "Aturan" membentuk dasar dari konsep-konsep suci seperti: Pravda, ATURAN, adil, BENAR, PENGUASA dan lainnya. Semua kata ini diasosiasikan dengan Light - Good. Alasan untuk ini adalah bahwa pada zaman kuno Dunia dimana para Dewa Tertinggi tinggal disebut BENAR.

Oleh karena itu, kata-kata yang memiliki akar "Hak" dikaitkan dengan Tuhan, yang ilahi, dan karenanya memiliki makna positif. Dalam Aturan ada Dewa Asli dan Jiwa Leluhur Cahaya. Jadi, Aturannya bukan hanya dunia para Dewa, itu adalah Pokony, yang dengannya manusia dan Dewa hidup.

Keyakinan Leluhur pada Rule tidak pernah hilang, tidak mungkin diatasi, karena itu adalah Jiwa Rakyat yang hidup. Baik pemaksaan, penyiksaan oleh pihak berwenang, atau pembakaran di tiang pancang memaksa orang-orang kami untuk menerima keyakinan orang lain.

Oleh karena itu, orang asing, setelah mengganti konsep, dan menyesuaikan nama dan ritual tradisional, dengan demikian mulai menyesuaikannya dengan kredo pemilik budak mereka sendiri, yang masih berlaku sampai sekarang.

Jadi, Dewa kita Svarog menjadi Sabaoth, Bunda Agung Lada disebut secara eksklusif Bunda Allah, hanya Vlasiy dan Vasily yang tersisa dari banyak nama Veles, Perun diganti namanya menjadi Ilya, tetapi meninggalkan Thunderer, hanya julukan Putra Tuhan yang tersisa dari Dazhdbog, Svetovit diubah menjadi Saint Vitai dan sejenisnya ...

Hal ini, pada akhirnya, menyebabkan hilangnya makna upacara dan nama asli secara bertahap, distorsi dan penyederhanaan Keyakinan Veda Leluhur kita. Tapi tidak peduli betapa sulitnya itu, Klan Magi menyelamatkan Iman tidak berubah, mengetahui bahwa waktu Kebangkitan Besar akan datang.

Saat ini, banyak orang Slavia telah menyadari awal dari kebangkitan Ekumenis baru dan berkembangnya spiritualitas Veda. Tradisi mengatakan bahwa konsep suci "Aturan" adalah seperangkat Pokon Ilahi yang Mengatur Alam Semesta.

Komponen kedua dari frasa "Ortodoksi" - "Kemuliaan" - adalah nama Dewi Kemuliaan-Slavun - istri Bogumir.

Bogumir melanjutkan pekerjaan kakek dan ayahnya Perun dan Tarkh Perunovich Dazhdbog. Dia menyatukan Ruses menjadi Kekuatan Besar, yang tersebar di hampir seluruh Eurasia dan berdiri selama satu milenium.

Bogumir menikahi Slava, putri dewa Manusia, cucu dewa doa Barma, cicit Dewa Rod sendiri. Dia ditakdirkan untuk peran besar. Lagi pula, di zaman kuno, ribuan tahun sebelum permulaan Zaman Kegelapan (Malam Svarog), ada pembantaian besar-besaran dan perselisihan sipil dalam ras duniawi. Jiwa-jiwa bangkit, jatuh ke dalam kepalsuan dan ingin melemparkan Cahaya Putih di bawah kaki mereka. Perselisihan internecine itu membawa kemalangan besar ke Bumi, jejak guncangan mengerikan tetap ada di mana-mana.

Kemudian tidak ada di atas angin baik untuk keluarga Agung, atau untuk Krivda, tetapi kemalangan besar terjadi: warisan meninggal dalam pertempuran (leluhur pertama, penyihir - yang memunculkan Klan Arya baru, seperti, untuk misalnya, Arius, dll.), rantai Zeal terputus, ia kehilangan klannya Pokon duniawi dari Penguasa Yang Mahatinggi. Kemudian para tetua mulai berbicara dengan SVA, sehingga para dewa turun ke Realitas untuk mengungkapkan kebijaksanaan mereka.

Dan para dewa turun ke Bumi, dan Kerabat Besar di tanah Rusia saat ini melihat orang-orang baik dan jujur ​​​​yang mereka bawa Keluarga mereka dari Falcon-Rod. Dan tongkat ini berani dan berani, berjuang untuk bekerja.

Orang-orangnya cerdas dalam pikiran, mereka hidup dalam damai dan harmoni, mematuhi para tetua, menyamai perbuatan mereka dengan dewa-dewa mereka sendiri.

Itu karena para tetua mendengarkan dewa asli mereka dan memuji mereka dengan setia, memenuhi perjanjian mereka, dan para dewa memberi orang-orang tertua dalam keluarga - Pastor Bogumir. Dia menjadi Juruselamat - menjadi seorang pria di Reveal, selalu terhubung dengan para dewa dan menjaga kesadaran dan kekuatan Tuhan dalam dirinya sendiri.

Mereka memberi Svarog dan Lada Bogumir dan istrinya Slava perjanjian yang benar, Kebijaksanaan Iman dan Veda Ortodoks, yang telah dipotong sejak zaman Penatua Dunia.

Ternyata para revivalis dari Sort of the Slavs adalah Bogumir dan Slava. Menurut legenda, ini adalah Svarog dan Lada turun ke bumi untuk memulihkan pengetahuan, menciptakan kembali keluarga Slavia. Lalu ada Spa lain yang membawa ilmu dan menularkannya kepada masyarakat.

Tujuan pengembangan spiritual dalam Iman Ortodoks Asli Rusia adalah pemahaman yang jelas tentang hukum Semesta (hukum Aturan, Pokon), yang memungkinkan jiwa untuk menciptakan dunianya sendiri, dan ini membantunya mencapai manifestasi tertinggi.

Bogumir mengabdikan hidupnya untuk mengajar harmoni keluarga Klan of the Glorious. Bersama dengan ibu Slava, mereka meletakkan dasar untuk ilmu yang disebut Rodolad. Ya, tidak mungkin sebaliknya, karena mereka adalah jiwa-jiwa yang membawa kekuatan besar Svarog dan Lada, Pasangan Surgawi yang Bercahaya.

Batang - awal, nenek moyang dan pencipta segala sesuatu, Eksplisit dan Implisit, hidup dan mati, Yang Mahakuasa, Tuhan Yang Maha Esa. Namanya hidup dalam kata-kata seperti Induk, Asli, Melahirkan, Tanah Air, orang, alam, berkembang biak, panen, Musim semi dan banyak lainnya. Tapi pertama-tama, Rod adalah kreatif, panggilan untuk hidup, menghasilkan kekuatan secara umum, itu adalah dasar dari segalanya!

Ternyata Rodolad adalah sistem pandangan tentang penciptaan keluarga, tujuan seorang pria dan seorang wanita, seorang suami dan seorang istri. Dia berbicara tentang tugas orang tua dan anak-anak, tentang mengatur ruang cinta dan bagaimana menjaga Api di perapian keluarga, tentang kewajiban terhadap klan dan masyarakat.

Rodolad adalah pemahaman dan pelaksanaan hari libur suku, ritual, pelestarian tradisi yang mendukung budaya keluarga, kemampuan untuk berkomunikasi dan hidup selaras dengan energi dan elemen Dunia - para dewa. Ilmu Rodolad dengan bijak dan metodis membantu seorang gadis menjadi seorang gadis, seorang wanita, seorang ibu, dan seorang anak laki-laki - seorang pria muda, seorang pria, seorang ayah ...

Menurut tulisan suci Slavia-Arya, setiap orang memiliki takdirnya sendiri. Jadi Pastor Svarog - dewa tertinggi dunia jasmani - menciptakan Alam Semesta, dan istrinya - Ibu para dewa Lada - memenuhinya dengan cinta dan harmoni. Setiap pria menciptakan dunia keluarganya, menciptakan dan memperoleh manfaat, dan wanita - Bereginya, menertibkan - memberikan keselarasan pada segala sesuatu yang diciptakan suaminya. Keluarga seperti itu adalah pembawa kekuatan spiritual masyarakat. Keluarga yang bahagia adalah dasar dari Keluarga, dan Keluarga yang sejahtera menjamin kemakmuran Tanah Air!

Memulihkan Pokon Keluarga Yang Mahatinggi dan mewariskannya kepada keturunan mereka, Spas Bogumir, bersama dengan Slava, menciptakan kembali komunitas suci bangsa Arya. Semua Rus-Slav dipersatukan tidak hanya oleh darah, tetapi juga oleh asal yang sangat spiritual. Bersama-sama, keturunan Slavia-Arya membentuk Keluarga Jiwa, Keluarga Spiritual Yang Mulia, yang menghormati satu dan banyak Dewa yang dimanifestasikan - Keluarga Yang Mahatinggi!

Dan sejak itu, setiap keturunan Bohumir dan Glory, semua Slavia membawa Percikan Ilahi Primordial dalam diri mereka sendiri!

Dengan demikian, isi dari konsep "Ortodoksi" secara harfiah dipahami sebagai "Aturan Kemuliaan", dan pandangan dunia yang mendalam - sebagai "Aturan Dunia Para Dewa Tertinggi". Dalam pemahaman inilah kata "Ortodoksi" digunakan dalam Kepercayaan Veda Asli Rus.

Penggunaan nama Slavia Goddess of Glory dan nama World of the Slavic Gods of Rule atas nama agama asing adalah puncak kelicikan dan penggantian konsep.

Ortodoksi adalah jalan spiritual orang Slavia, bahkan sekarang kata ini hanya ada dalam bahasa orang-orang persaudaraan kita.

Dan Anglo-Saxon, dengan bahasa artifisial dan canggung mereka, diperkenalkan selama pemformatan ulang Eropa dengan bantuan alfabet Latin, seperti Esperanto, umumnya memutarbalikkan konsep ini, menurunkannya ke konsep budak.

Jadi, misalnya, kata Slav, Slav - diterjemahkan dari bahasa Inggris ke bahasa Rusia, seperti Slav, Slav, pada saat yang sama sudah Slave, Slaves - budak, budak, dan diucapkan hampir sama. Tampaknya ini tidak dilakukan secara kebetulan oleh "teman" tersumpah kita, atau, seperti yang disebut "elit" oleh kekuatan saat ini, mitra mereka ...

Ketika kita menyebut diri kita para pengakuan dari Iman Slavia, kita menentukan jalan kita di Dunia Eksplisit, yang ditujukan pada Kesatuan Klan Surgawi dan Klan Duniawi. Menyebut diri kita sendiri sebagai penganut Ortodoksi Veda, kita menentukan arah perkembangan spiritual kita - menuju Kesatuan dengan Dewa Penguasa Tertinggi.

Namun, jika kita beralih ke sejarah Gereja Kristen dan dengan tenang, menyeluruh, tanpa prasangka apa pun, berkenalan dengannya, maka kita akan dengan mudah mendapatkan jawaban untuk pertanyaan: dari mana apa yang disebut "Kekristenan Ortodoks" berasal? ?

Kronik abad ke-10-14 dengan meyakinkan bersaksi bahwa agama Kristen datang ke Rusia dari Yunani dengan nama "iman Kristus", "iman baru", "iman sejati", "iman Yunani", dan paling sering - "iman Kristen ortodoks" .

Perhatian khusus harus diberikan pada fakta bahwa untuk pertama kalinya kata "Ortodoksi" ditemukan dalam "Pesan Metropolitan Photius dari Pskov" pada 1410-1417, yaitu, 422 tahun setelah pengenalan agama Kristen di Rusia. Dan frasa "Kekristenan Ortodoks" dan bahkan kemudian - dalam Kronik Pertama Pskov tahun 1450, 462 tahun setelah pembaptisan Rusia. Ini, tentu saja, mengatakan banyak hal dan menyebabkan kejutan serius.

Jika kata "Ortodoksi" benar-benar ada hubungannya dengan Kekristenan, seperti yang diklaim oleh para ulama Gereja Ortodoks Rusia saat ini, lalu mengapa orang Kristen sendiri tidak menggunakannya selama setengah milenium?

Oleh karena itu, kita dapat mencatat, berdasarkan fakta-fakta yang dikonfirmasi oleh dokumen-dokumen yang ditulis dalam sejarah oleh para biarawan: Orang-orang Kristen "Ortodoks" baru menjadi 597 tahun yang lalu. Dan selama 422 tahun mereka menyebut diri mereka hanya "orang percaya sejati". Dan ini juga dikonfirmasi oleh fakta bahwa kata Yunani "ortodoksi" dalam terjemahan ke dalam bahasa Rusia berarti "ortodoksi". Di antara orang Yunani, "orthos" adalah benar, "langsung", dan "doxos" adalah "pemikiran", "kepercayaan", "iman". Itulah sebabnya di dunia Barat orang-orang Kristen ritus Timur hanya disebut "ortodoks".

Terjemahan gereja dari kata "ortodoksi" - "Ortodoksi" terlihat aneh, karena kata "kemuliaan" dalam bahasa Yunani diucapkan sebagai "kyudos", maka nama kota kuno Kydonia di Kreta, yang diterjemahkan "Glorious". Oleh karena itu, jika orang Kristen Timur benar-benar "Ortodoks", denominasi itu sendiri harus disebut setidaknya "Orthokyudos".

Penyelesaian kontradiksi ini kita ketahui. Ortodoksi Yunani (Kristen ortodoks) pada abad ke-16, setelah perebutan tanah Ruthenian oleh Polandia, menemukan dirinya dalam perjuangan keras dengan Katolik Roma. Oleh karena itu, mencari dukungan untuk dirinya sendiri, gereja datang ke satu-satunya jalan keluar yang menyelamatkan - untuk sebagian mengadopsi kebiasaan spiritual Veda dari Rus.

Pertama-tama, mereka mengubah "iman Kristen ortodoks" menjadi "Ortodoksi suci". Dan kemudian mereka berhenti melawan adat Veda dan menerima sebagai kitab suci mereka: kultus Leluhur, waktu Natal Hijau, waktu Natal Kupala, Pokrov, Kalita, Kolyada, Strecha (Pertemuan) dan lain-lain.

Kami, Russ saat ini, untuk memperbarui Harmoni dan Persatuan dengan Dewa Asli, kami harus mulai dengan pemahaman tentang kekayaan spiritual yang telah dilestarikan oleh Leluhur kami untuk kami - esensi Ortodoksi Sejati - Iman Ortodoks Veda Asli - Slavdom .

Sejak dahulu kala, iman kita telah dan akan tetap menjadi Ortodoks selamanya, karena itu selalu menunjukkan kepada kita jalan menuju Dewa Pemerintahan Asli. Ayah, kakek, dan kakek buyut kita selalu Ortodoks, dan kita harus sama!

Kami tidak berkelahi dengan siapa pun dan tidak menentang siapa pun. Kultus yang berbeda menggunakan istilah dan bahkan simbol Leluhur kita, biarkan mereka menggunakannya. Hanya orang-orang terpelajar dan berbudaya yang selalu memiliki sumber utama bersama mereka - ini adalah Warisan Leluhur Agung kita.

Pemahaman dan persepsi tentang semua kekayaan ini akan membuat kita lebih kuat, karena Iman Sejati adalah Weda Aturan - pengetahuan tentang Dunia, Alam Semesta, dan Racun para Dewa Rusia. Inilah yang dibutuhkan sekarang - untuk Persatuan dan Kekuatan Keluarga Slavia!

Sekarang, sayangnya, belum semuanya beres dengan kami ...

Saya melihat sekeliling dan itu menyakitkan saya, apa yang telah kita ubah menjadi Negara Rusia?! Kami tinggal di Tanah Suci kami, yang diberikan oleh Leluhur kami, mereka menyukainya seperti kehidupan dan, melindunginya dengan darah mereka, memercikinya. Sungai-sungainya mengalir pada masa sich lama, dan bahkan sich baru, ketika penduduk kota dan petani berdiri sebagai satu. Nah, sekarang apa yang telah kita ubah menjadi Rod kita?! Sekawanan serigala diakui berkuasa. Mereka hanya mengisi kantong mereka dengan kita, mereka menjual apa yang diciptakan oleh karya besar, mereka menjual hidup kita, meludahi semua orang, orang-orang mereka, yang didirikan Rus, yang selalu tak terkalahkan. Saya orang Rusia, Slavia, dan bangga karenanya! Saya bangga dengan Bumi, tempat saya dilahirkan! Ia memiliki Roh Rusia yang bebas dan Roh itu tidak akan pernah tertindas! Dan saya tahu bahwa selama bertahun-tahun putra-putranya, Rusia akan membangkitkan Ibu dari lututnya dan Roh Rusia, setelah mengumpulkan semua orang menjadi pasukan suci yang mulia, serigala akan membuang beban ini dan Keluarga Rusia kami akan hidup, sebagaimana dia hidup. dalam ribuan tahun penciptaan dan akan memuliakan Warisan Slavianya dengan kehidupan! ..

Evgeny Tarasov.

P.S. dari Administrasi: kami berharap kami tidak menyakiti perasaan siapa pun, ingat, teman-teman, setiap orang memiliki pendapatnya sendiri!

Orang Slavia biasanya pergi berperang dengan berjalan kaki, dengan surat berantai, helm menutupi kepala mereka, perisai berat ada di pinggul kiri, busur dan anak panah dengan anak panah yang direndam dalam racun ada di belakang punggung mereka; selain itu, mereka dipersenjatai dengan pedang bermata dua, kapak, tombak, dan buluh. Seiring waktu, Slavia memperkenalkan kavaleri ke dalam praktik militer. Pasukan pribadi pangeran di antara semua Slavia adalah berkuda.

Slavia tidak memiliki tentara permanen. Dalam hal kebutuhan militer, semua pria yang mampu membawa senjata melakukan kampanye, dan mereka melindungi anak-anak dan istri dengan harta benda di hutan.

Suku Slavia pada abad ke-6 menjalani cara hidup yang menetap, yang dikonfirmasi oleh sifat pekerjaan mereka dan pengaturan pemukiman, yang biasanya terletak di hutan dan rawa-rawa. Ini adalah pemukiman, yang terdiri dari ruang galian dengan banyak pintu keluar, sehingga jika terjadi serangan, dimungkinkan untuk bersembunyi melalui salah satu lorong darurat. Slavia juga menetap di sungai dan danau, di mana rumah-rumah khusus dibangun - bangunan tiang pancang. Dengan demikian, pemukiman suku Slavia tersembunyi dengan aman dan sulit diakses, dan oleh karena itu tidak perlu membangun struktur pertahanan jenis benteng seperti itu, yang, misalnya, dibangun di Mesir Kuno, Timur Tengah, Yunani, dan Roma. .

Slavia kuno tahu cara membuat monoxyls - perahu satu dek, di mana mereka turun di sepanjang sungai ke Pontus. Di atas kapal, prajurit Slavia muncul di dekat Korsun di Krimea, dekat Konstantinopel dan bahkan di Kreta di Laut Mediterania.

Menurut sejarawan Bizantium Procopius, Sklavin dan Antes sangat tinggi dan berkekuatan besar, tetapi inilah cara dia menggambarkan penampilan Slavia kuno: “Warna kulit dan rambut mereka tidak terlalu putih atau keemasan dan tidak terlalu hitam. , tapi tetap saja warnanya merah tua." Sejak zaman kuno, penulis sejarah mencatat ketangkasan, daya tahan, keramahan, dan cinta kebebasan di antara orang Slavia dan Antes.

Dari kisah Mauritius, serta dari sumber lain, kita dapat menyimpulkan bahwa Slavia memiliki pertumpahan darah, yang mengakibatkan konflik bersenjata antar suku.

Ciri perkembangan suku Slavia adalah tidak adanya perbudakan utang; hanya tawanan perang yang menjadi budak, dan bahkan mereka memiliki kesempatan untuk menebus diri mereka sendiri atau menjadi anggota masyarakat yang setara. Itu adalah perbudakan patriarki, yang di antara orang Slavia tidak berubah menjadi sistem pemilik budak.

Slavia memiliki komunitas suku, yang memiliki kepemilikan tanah. Tidak ada kepemilikan pribadi atas tanah bahkan ketika keluarga mulai menerima bidang tertentu yang dapat ditanami, karena tanah yang dapat ditanami secara berkala tunduk pada redistribusi. Padang rumput, hutan, padang rumput, tempat berburu dan memancing terus menjadi milik komunal.

Menurut Procopius, "suku-suku ini, sklavin dan semut, tidak diperintah oleh satu orang, tetapi sejak zaman kuno mereka hidup dalam pemerintahan rakyat, dan oleh karena itu mereka memiliki kebahagiaan dan ketidakbahagiaan dalam hidup yang dianggap sebagai hal yang biasa." Veche (pertemuan klan atau suku) adalah otoritas tertinggi. Urusan itu bertanggung jawab atas yang tertua dalam keluarga (kepala desa, penguasa).

Sudah pada akhir abad ke-5, asosiasi suku Slavia yang kurang lebih signifikan mulai muncul untuk mengusir serangan musuh atau mengatur kampanye di dalam Kekaisaran Romawi Timur. Perang berkontribusi pada penguatan kekuatan pemimpin militer, yang mulai disebut pangeran dan memiliki pasukan sendiri.

Struktur sosial Slavia pada abad ke-6 adalah demokrasi militer, yang organnya adalah veche atau pertemuan suku, dewan tetua dan pangeran - pemimpin militer. Beberapa pemimpin militer memasuki layanan di tentara Kekaisaran Romawi Timur. Tetapi suku Slavia menetap di Semenanjung Balkan bukan sebagai tentara bayaran, tetapi sebagai penakluk.

Mauritius mencatat bahwa Slavia memiliki perselisihan suku. “Tidak peduli dengan mereka,” tulisnya, “mereka saling bermusuhan; karena tidak ada kebulatan suara di antara mereka, mereka tidak berkumpul bersama, dan jika mereka berkumpul, mereka tidak mengambil satu keputusan, karena tidak ada yang mau menyerah pada keputusan lain. Untuk melawan Slavia, Mauritius merekomendasikan menggunakan perselisihan suku mereka, membuat satu suku melawan yang lain dan dengan demikian melemahkan mereka.

Politisi Bizantium sangat takut dengan asosiasi politik besar Slavia.

Ketika bahaya eksternal mengancam Slavia, suku-suku itu melupakan semua permusuhan mereka dan bersatu untuk perjuangan bersama untuk kemerdekaan. Berbicara tentang perjuangan antara Avar dan "rakyat Slavia" pada akhir abad ke-6, Menander, seorang Bizantium, melaporkan jawaban para tetua Slavia kepada pemimpin Avar, yang menuntut agar suku Slavia tunduk padanya dan Membayar upeti. "Apakah pria yang akan menaklukkan kekuatan kita telah lahir ke dunia?"

Sumber-sumber timur berbicara tentang Slavia sebagai orang yang suka berperang. Dengan demikian, penulis Arab Abu-Obeid-Al-Bekri mencatat dalam tulisannya bahwa jika Slavia, orang-orang yang kuat dan mengerikan ini, tidak dibagi menjadi banyak suku dan klan, tidak ada seorang pun di dunia yang dapat melawan mereka. Penulis Timur lainnya menulis tentang hal yang sama. Militansi suku Slavia ditekankan oleh hampir semua penulis Bizantium.

Menurut Mauritius, suku Slavia memiliki regu, yang direkrut sesuai dengan prinsip usia - kebanyakan prajurit muda, kuat secara fisik, dan cekatan.

Jumlah mereka yang bertarung biasanya ratusan dan ribuan, apalagi puluhan ribu. Organisasi tentara didasarkan pada pembagian menjadi klan dan suku. Para pejuang klan dipimpin oleh seorang tetua (kepala suku), di kepala suku adalah seorang pemimpin atau pangeran.

Sumber-sumber kuno mencatat kekuatan, daya tahan, kelicikan, dan keberanian para pejuang Slavia, yang juga menguasai seni penyamaran. Procopius menulis bahwa prajurit Slavia “terbiasa bersembunyi bahkan di balik batu-batu kecil atau di balik semak pertama yang mereka temui dan menangkap musuh. Ini mereka lakukan lebih dari sekali di tepi sungai Istra. Selama pengepungan salah satu kota, komandan Bizantium Belisarius memanggil seorang prajurit Slavia dan memerintahkannya untuk mendapatkan bahasa tersebut. "Dan Slav ini, setelah berjalan sangat dekat ke dinding di pagi hari, menutupi dirinya dengan semak belukar, bersembunyi di rumput." Ketika seorang Goth mendekati tempat ini, Slavia tiba-tiba menangkapnya dan menyerahkannya hidup-hidup ke kamp.

Mauritius melaporkan tentang seni Slavia yang bersembunyi di air: “Mereka dengan berani bertahan di dalam air, sehingga seringkali beberapa dari mereka yang tinggal di rumah, ditangkap oleh serangan mendadak, terjun ke jurang air. Pada saat yang sama, mereka memegang mulut mereka yang dibuat khusus, alang-alang besar dilubangi di dalam, mencapai permukaan air, dan diri mereka sendiri, berbaring terlentang di dasar (sungai), bernapas dengan bantuan mereka; dan ini bisa mereka lakukan selama berjam-jam, sehingga sama sekali tidak mungkin untuk menebak (kehadiran) mereka.”

Mengenai senjata para pejuang Slavia, Mauritius menulis: “Masing-masing dipersenjatai dengan dua tombak kecil, beberapa juga memiliki perisai, kuat, tetapi sulit untuk dibawa. Mereka juga menggunakan busur kayu dan anak panah kecil yang direndam dalam racun khusus, yang sangat efektif jika yang terluka tidak terlebih dahulu meminum obat penawar atau (tidak menggunakan) bantuan lain yang diketahui dokter berpengalaman, atau tidak segera memotong luka di sekitarnya. lukanya agar racunnya tidak menyebar ke bagian tubuh lainnya". Selain busur dan anak panah untuk melempar, yang dibicarakan Mauritius, prajurit Slavia memiliki tombak untuk menyerang, kapak, buluh, dan pedang bermata dua.

Selain perisai besar, Slavia memiliki surat berantai, yang menutupi dengan andal dan pada saat yang sama tidak menghambat pergerakan seorang pejuang dalam pertempuran. Surat berantai dibuat oleh pengrajin Slavia. Selama periode ini, Normandia memiliki baju besi yang terbuat dari kulit dengan tali logam yang melekat padanya; Prajurit Bizantium telah memalsukan baju besi, yang sangat menghambat pergerakan. Dengan demikian, baju besi Slavia sangat berbeda dari baju besi tetangga mereka - Normandia dan Bizantium.

Slavia kuno memiliki dua jenis pasukan - infanteri dan kavaleri. Di Kekaisaran Romawi Timur, di bawah penguasa Justinian (c. 670-711), detasemen Slavia kavaleri bertugas, khususnya, Slavia bertugas di kavaleri Belisarius. Komandan kavaleri adalah Ant Dobrogost. Menggambarkan kampanye tahun 589, sejarawan kuno Theophylact Simokatt melaporkan: "Setelah melompat dari kuda mereka, orang Slavia memutuskan untuk beristirahat sebentar, dan juga mengistirahatkan kuda mereka." Dengan demikian, data ini mengkonfirmasi keberadaan kavaleri di antara Slavia.

Selama pertempuran, Slavia banyak menggunakan serangan mendadak pada musuh. “Untuk bertarung dengan musuh mereka,” tulis Mauritius, “mereka suka di tempat-tempat yang ditumbuhi hutan lebat, di ngarai, di tebing; mereka secara menguntungkan menggunakan (penyergapan), serangan mendadak, trik, siang dan malam, menciptakan banyak (berbagai) cara. Memiliki bantuan besar di hutan, mereka pergi ke sana, karena di antara ngarai mereka tahu cara bertarung dengan baik. Seringkali mereka meninggalkan mangsa yang mereka bawa (seolah-olah) di bawah pengaruh kebingungan dan lari ke hutan, dan kemudian, ketika penyerang menyerbu mangsa, mereka dengan mudah bangkit dan membahayakan musuh. Semua ini mereka ahli dalam melakukan berbagai cara yang mereka lakukan untuk memikat musuh.

Mauritius mengatakan bahwa dalam seni memaksa sungai, Slavia lebih unggul dari "semua orang." Berada dalam dinas di tentara Kekaisaran Romawi Timur, detasemen Slavia dengan terampil memastikan penyeberangan sungai. Mereka dengan cepat membuat perahu dan memindahkan detasemen besar pasukan ke sisi lain mereka.

Orang-orang Slavia biasanya mendirikan kemah pada ketinggian yang tidak ada pendekatan tersembunyi. Jika perlu, untuk bertarung di lapangan terbuka, mereka mengatur benteng dari gerobak. Theophylact Simokatt menceritakan tentang kampanye satu detasemen Slavia yang berperang dengan Romawi: “Karena bentrokan ini tidak terhindarkan bagi orang-orang barbar (Slav) (dan bukan pertanda baik), mereka, setelah membuat gerobak, membuat benteng dari kamp mereka. dan di tengah kamp ini ditempatkan wanita dan anak-anak. Slavia mengikat gerobak, dan benteng tertutup diperoleh, dari mana mereka melemparkan tombak ke musuh. Benteng gerbong adalah pertahanan yang sangat andal melawan kavaleri.

Untuk pertempuran defensif, Slavia memilih posisi yang sulit dijangkau musuh, atau mereka menuangkan benteng dan mengatur takik. Saat menyerbu benteng musuh, mereka menggunakan tangga serbu, "kura-kura" dan mesin pengepungan. Dalam formasi yang dalam, meletakkan perisai mereka di punggung mereka, Slavia melanjutkan serangan.

Meskipun Mauritius mengatakan bahwa Slavia tidak mengakui sistem militer dan, selama serangan, bergerak maju bersama-sama, ini, bagaimanapun, tidak berarti bahwa mereka tidak memiliki perintah pertempuran. Mauritius yang sama merekomendasikan untuk membangun formasi yang tidak terlalu dalam melawan Slavia dan menyerang tidak hanya dari depan, tetapi dari sayap dan dari belakang. Dari sini kita dapat menyimpulkan bahwa untuk pertempuran Slavia ditempatkan dalam urutan tertentu. “Kadang-kadang,” tulis Mauritius, “mereka mengambil posisi yang sangat kuat dan, menjaga bagian belakang mereka, tidak membiarkan mereka terlibat dalam pertarungan tangan kosong, atau mengepung diri mereka sendiri atau menyerang dari sayap, atau pergi ke belakang mereka. ”

Jika Slavia menangkis semua serangan, maka, menurut Mauritius, hanya ada satu obat yang tersisa - mundur dengan sengaja untuk memprovokasi pengejaran yang tidak terorganisir yang akan mengacaukan tatanan pertempuran Slavia dan memungkinkan mereka untuk memenangkan serangan mendadak dari penyergapan.

Mulai dari abad ke-1, suku Slavia berperang melawan pasukan Kekaisaran Romawi. Sumber-sumber kuno menyebutkan suku Slavia Timur yang berperang melawan penakluk Romawi. Ada pesan dari sejarawan Gotik Jordanes tentang perjuangan Goth dengan Antes di abad ke-4. Sebuah detasemen Goth menyerang Antes, tetapi pada awalnya dikalahkan. Akibat bentrokan lebih lanjut, orang-orang Goth berhasil menangkap pemimpin Antes Bozh bersama putra-putranya dan 70 tetua dan mengeksekusi mereka.

Informasi lebih rinci tentang perang suku Slavia berasal dari abad ke-6-8, ketika Slavia berperang melawan Kekaisaran Romawi Timur.

Pada awal abad ke-6, serangan gencar suku Slavia dari seberang Danube semakin intensif sehingga penguasa Kekaisaran Romawi Timur Anastasius pada tahun 512 terpaksa membangun barisan benteng yang membentang 85 kilometer dari Selymvria di Laut Marmara ke Derkos di Pontus. Garis benteng ini disebut "Tembok Panjang" dan terletak 60 kilometer dari ibu kota. Salah satu orang sezamannya menyebutnya "panji impotensi, monumen kepengecutan."

Pada kuartal kedua abad ke-6, Kaisar Justinian, bersiap untuk melawan Slavia, memperkuat pasukannya dan membangun struktur pertahanan. Dia menunjuk, menurut Procopius, kepala penjaga di Sungai Istr, Khilbudia, yang berhasil mempertahankan garis Danube dari serangan suku Slavia selama tiga tahun berturut-turut. Untuk melakukan ini, Khilbudiy setiap tahun menyeberang ke tepi kiri Danube, menembus ke wilayah Slavia dan menghancurkan di sana. Pada 534, Khilbudius menyeberangi sungai dengan detasemen kecil. Slavia keluar “melawannya semua tanpa kecuali. Pertempuran itu sengit, banyak orang Romawi jatuh, termasuk pemimpin mereka Khilbudiy. Setelah kemenangan ini, Slavia dengan bebas melintasi Danube untuk menyerang jauh ke Semenanjung Balkan.

Pada tahun 551, sebuah detasemen Slavia yang berjumlah lebih dari 3 ribu orang, tanpa menemui oposisi, menyeberangi Sungai Istra. Kemudian, setelah melintasi sungai Gevre (Maritsa), detasemen dibagi menjadi dua detasemen. Komandan Bizantium, yang memiliki kekuatan besar, memutuskan untuk mengambil keuntungan dari keuntungan ini dan menghancurkan detasemen yang tersebar dalam pertempuran terbuka. Tetapi Slavia mendahului Romawi dan mengalahkan mereka dengan serangan mendadak dari dua arah. Fakta ini menunjukkan kemampuan para pemimpin militer Slavia untuk mengatur interaksi unit mereka dan melakukan serangan simultan yang tiba-tiba terhadap musuh, yang memiliki kekuatan superior dan bertindak ofensif.

Setelah ini, kavaleri reguler dilemparkan melawan Slavia di bawah komando Asbad, yang bertugas di detasemen pengawal Kaisar Justinian. Detasemen kavaleri ditempatkan di benteng Tzurule Thracian dan terdiri dari penunggang kuda yang sangat baik. Salah satu detasemen Slavia menyerang kavaleri Bizantium dan menerbangkannya. Banyak penunggang kuda Bizantium terbunuh, dan Asbad sendiri ditawan. Dari contoh ini, kita dapat menyimpulkan bahwa Slavia memiliki kavaleri yang berhasil melawan kavaleri reguler Romawi.

Setelah mengalahkan pasukan lapangan reguler, detasemen Slavia memulai pengepungan benteng di Thrace dan Illyria. Procopius melaporkan informasi yang sangat rinci tentang penangkapan oleh Slavia dari benteng tepi laut Toper yang kuat, yang terletak di pantai Thracian, 12 hari dari Byzantium. Benteng ini memiliki garnisun yang kuat dan hingga 15 ribu pria siap tempur - penduduk kota.

Slavia memutuskan pertama-tama untuk memancing garnisun keluar dari benteng dan menghancurkannya. Untuk melakukan ini, sebagian besar pasukan mereka menetap dalam penyergapan dan berlindung di tempat-tempat yang sulit, dan sebuah detasemen yang tidak signifikan mendekati gerbang timur dan mulai menembaki tentara Romawi: “Prajurit Romawi yang berada di garnisun, membayangkan bahwa tidak ada lebih banyak musuh daripada yang mereka lihat, memegang senjata, segera menyerang mereka semua. Orang-orang barbar mulai mundur, berpura-pura kepada para penyerang bahwa, karena ketakutan oleh mereka, mereka melarikan diri; orang Romawi, yang terbawa oleh pengejaran, berada jauh di depan benteng. Kemudian mereka yang berada dalam penyergapan bangkit dan, menemukan diri mereka di belakang para pengejar, memotong kesempatan mereka untuk kembali ke kota. Dan mereka yang berpura-pura mundur, memalingkan wajah mereka ke arah orang Romawi, menempatkan mereka di antara dua api. Orang-orang barbar menghancurkan mereka semua dan kemudian bergegas ke dinding. Dengan demikian garnisun Toper dikalahkan. Setelah itu, Slavia bergerak menyerbu benteng, yang dipertahankan oleh penduduk kota. Serangan pertama, yang tidak dipersiapkan dengan baik, ditolak. Para pembela melemparkan batu ke arah penyerang, menuangkan minyak mendidih dan tar ke mereka. Tetapi keberhasilan penduduk kota itu bersifat sementara. Pemanah Slavia mulai menembaki dinding dan memaksa para pembela untuk meninggalkannya. Setelah ini, para penyerang meletakkan tangga di dinding, memasuki kota dan menguasainya. Pada saat yang sama, pemanah dan regu penyerang berinteraksi dengan baik. Slavia adalah pemanah yang bertujuan baik dan karena itu mampu memaksa para pembela untuk meninggalkan tembok.

Yang menarik adalah kampanye Peter pada tahun 589, komandan kaisar Bizantium Mauritius, melawan suku Slavia yang kuat yang dipimpin oleh Piragast.

Kaisar menuntut tindakan cepat dan tegas dari Peter. Pasukan Peter mundur dari kamp yang dibentengi dan dalam empat pawai mencapai daerah di mana Slavia berada; dia harus menyeberangi sungai. Untuk pengintaian musuh, sekelompok 20 tentara dikirim, yang bergerak di malam hari dan beristirahat di siang hari. Setelah melakukan pawai malam yang sulit dan menyeberangi sungai, kelompok itu menetap di semak-semak untuk beristirahat, tetapi tidak membentuk penjaga. Para prajurit tertidur dan ditemukan oleh detasemen kavaleri Slavia. Orang-orang Romawi ditawan. Pengintai yang ditangkap menceritakan tentang rencana komando Bizantium.

Piraghast, setelah mengetahui tentang rencana musuh, bergerak dengan kekuatan besar ke tempat di mana orang Romawi menyeberangi sungai dan diam-diam menetap di hutan. Tentara Bizantium mendekati persimpangan. Peter, tidak berasumsi bahwa mungkin ada musuh di tempat ini, memerintahkan untuk menyeberangi sungai dalam detasemen terpisah. Ketika seribu orang pertama menyeberang ke sisi lain, Slavia mengepung mereka dan menghancurkan mereka. Setelah mengetahui hal ini, Peter memerintahkan seluruh pasukan untuk menyeberang, tidak dibagi menjadi detasemen. Di tepi seberang, Bizantium sedang menunggu barisan Slavia, yang, bagaimanapun, tersebar di bawah hujan panah dan tombak yang dilemparkan dari kapal. Mengambil keuntungan dari ini, Romawi mendaratkan pasukan besar mereka. Piraghast terluka parah, dan tentara Slavia mundur dalam kekacauan. Peter, karena kurangnya kavaleri, tidak dapat mengatur pengejaran.

Keesokan harinya, pemandu yang memimpin tentara tersesat. Bangsa Romawi tidak memiliki air selama tiga hari dan memuaskan dahaga mereka dengan anggur. Tentara bisa mati jika bukan karena tahanan, yang menunjukkan bahwa Sungai Helicabia ada di dekatnya. Keesokan paginya, orang-orang Romawi datang ke sungai dan bergegas ke air. Slavia, yang sedang menyergap di tepi seberang, mulai menyerang Romawi dengan panah. ”Demikian pula orang Romawi,” lapor penulis sejarah Bizantium, ”setelah membangun kapal, menyeberangi sungai untuk bergulat dengan musuh dalam pertempuran terbuka. Ketika tentara berada di tepi seberang, orang-orang barbar secara keseluruhan segera menyerang Romawi dan mengalahkan mereka. Orang Romawi yang kalah melarikan diri. Karena Peter benar-benar dikalahkan oleh orang-orang barbar, Priscus diangkat menjadi panglima tertinggi, dan Peter, yang dibebaskan dari komando, kembali ke Byzantium.

Prajurit Slavia bertempur dengan gagah berani, mengikuti keputusan yang dibuat pada pertemuan suku. Bersiap untuk mengusir agresi yang akan datang, mereka bersumpah: untuk berjuang sampai mati untuk ayah dan saudara mereka, untuk kehidupan kerabat mereka.

Penahanan di antara orang Slavia dianggap sebagai rasa malu terbesar. Kata kehormatan sangat dihargai, itu mewajibkan para prajurit dalam kondisi apa pun untuk setia pada persaudaraan senjata - kebiasaan paling kuno untuk saling membantu dan saling membantu dalam pertempuran.

Pangeran Svyatoslav, sebelum pertempuran dengan orang-orang Yunani pada tahun 971, menoleh ke para prajurit dengan kata-kata: “Kita tidak punya tempat untuk pergi, mau atau tidak, kita harus bertarung ... Jika kita lari, kita akan dipermalukan. Jadi kita tidak akan lari, tapi kita akan berdiri kuat, dan aku akan mendahuluimu: jika kepalaku tertunduk, maka jagalah dirimu sendiri.” Para prajurit menjawab: "Di mana kepalamu berada, di sana kami akan meletakkan kepala kami." Dalam pertempuran kejam itu, sepuluh ribu tentara Svyatoslav mengalahkan seratus ribu tentara Yunani.

Sumpah militer Slavia disegel dengan nama dewa Perun, karena ia adalah pelindung para pangeran dan pengiring. Berada di negeri asing, para pejuang untuk menghormati Perun menancapkan pedang tempur mereka ke tanah, dan di tempat ini, seolah-olah, tempat perlindungan kampnya menjadi.

Budaya militer bangsa Slavia telah dan tetap menjadi salah satu misteri yang belum terpecahkan dalam sejarah Rusia dan dunia. Paradoksnya adalah bahwa bahkan dalam kerangka konsep tunggal, keterampilan para pejuang Slavia sering dipuji ke langit, dan kemampuan tempur tentara Slavia, dan fakta tentang keberadaan segala jenis organisasi militer yang harmonis, dipertanyakan. Informasi dan pendapat tentang senjata, taktik, militer dan struktur sosial tentara Slavia ambigu dan kontradiktif.

Dasar dari sistem militer Slavia adalah tindakan lokal, dan bukan pemusnahan musuh, taktik yang benar, perebutan wilayah yang direncanakan dan tindakan yang menjadi ciri tentara yang berdiri dan membenarkan keberadaan mereka, sehingga tugas pelatihan militer adalah untuk bertahan hidup dalam pertempuran : duel, pertarungan kelompok, pertempuran kecil dengan pejuang musuh tunggal yang unggul, dan kemudian tindakan terkoordinasi dari detasemen. Menyerah kepada orang lain dalam persenjataan dan profesionalisme, Slavia mengungguli mereka dalam keterampilan, menggunakan kondisi medan, mengatur pengintaian, penyergapan dan serangan mendadak, atau menghindari pertempuran yang tidak diinginkan dari semua yang disebut dengan istilah perang Scythian. Keunggulan bukan dalam jumlah, tetapi dalam ketabahan, daya tahan, kemampuan untuk menanggung kesulitan, berbuat sedikit untuk mencapai tujuan besar adalah inti utama dari jaminan kemenangan budaya militer bangsa Slavia.

Sejarawan Bizantium mencatat bahwa Slavia “sangat tinggi dan kuat. Warna rambut mereka sangat putih dan keemasan. Memasuki pertempuran, kebanyakan dari mereka pergi ke musuh dengan perisai dan panah di tangan mereka, tetapi mereka tidak pernah memakai peluru. Lebih lanjut: “Mereka adalah pejuang yang sangat baik, karena urusan militer menjadi ilmu yang sulit bagi mereka dalam setiap detail. Kebahagiaan tertinggi di mata mereka adalah mati dalam pertempuran. Meninggal karena usia tua, atau karena kecelakaan apa pun, adalah aib, lebih memalukan daripada yang tidak bisa dilakukan apa pun. Tatapan mereka lebih suka berperang daripada ganas."

“Seni terbesar mereka adalah mereka tahu bagaimana bersembunyi di sungai di bawah air. Seringkali, ditangkap oleh musuh, mereka berbaring di dasar untuk waktu yang sangat lama dan bernapas dengan bantuan tabung buluh panjang, yang ujungnya dimasukkan ke dalam mulut, dan yang lainnya mencuat ke permukaan air dan dengan demikian bersembunyi di kedalaman. Siapa pun yang memperhatikan pipa-pipa ini, tanpa mengetahui trik semacam itu, akan menganggapnya nyata. Orang-orang yang berpengalaman mengenali mereka dengan cara memotong atau dengan posisi, dan kemudian mereka ditekan ke mulut atau ditarik keluar dan dengan demikian memaksa yang licik untuk melayang ke atas.

Slavia adalah komunitas etno-linguistik terbesar di Eropa, tetapi para ilmuwan masih berdebat tentang asal usul Slavia dan sejarah awal mereka. Apa yang bisa kita katakan tentang manusia biasa. Sayangnya, kesalahpahaman tentang Slavia tidak jarang terjadi.

Salah satu kesalahpahaman yang paling umum adalah pendapat bahwa Slavia adalah komunitas etno-linguistik yang damai. Sangat mudah untuk membantahnya. Cukup dengan melihat area pemukiman Slavia. Slavia adalah komunitas etno-linguistik terbesar di Eropa. Penaklukan wilayah dalam sejarah jarang terjadi dengan cara diplomatik damai. Mereka harus berjuang untuk tanah baru, dan Slavia sepanjang sejarah mereka menunjukkan kecakapan bertarung.

Sudah di milenium pertama era kita, Slavia hampir sepenuhnya merebut bekas provinsi Eropa di Kekaisaran Romawi Timur dan membentuk negara merdeka mereka sendiri di atasnya. Beberapa dari mereka ada sampai hari ini.

Indikator penting dari efektivitas tempur Slavia adalah kenyataan bahwa elit militer Kekaisaran Ottoman, Janissari, direkrut dari orang-orang Kristen yang tinggal terutama di Yunani, Albania, dan Hongaria. Sebagai hak istimewa, Janissari juga dapat mengambil anak-anak dari keluarga Muslim di Bosnia, tetapi yang terpenting, hanya orang Slavia.

Semua orang Slavia berambut pirang dan berkulit terang

Juga kesalahpahaman adalah gagasan bahwa Slavia benar-benar berambut pirang, bermata biru, dan berkulit putih. Pendapat seperti itu ditemukan di antara pendukung radikal kemurnian darah Slavia.

Faktanya, di antara orang Slavia selatan, warna gelap rambut dan mata, pigmentasi kulit adalah fenomena yang tersebar luas.

Beberapa kelompok etnis, seperti, misalnya, Pomaks, sama sekali tidak mirip dalam fenotipe dengan buku teks "Slavs", meskipun mereka adalah orang Kaukasia, tetapi berbicara bahasa Slavia, yang dipertahankan dalam leksikon, termasuk leksem Slavia Lama.

Slav dan budak - kata serumpun

Hingga saat ini, di kalangan sejarawan Barat ada yang berpendapat bahwa kata “Slav” dan kata “slave” (budak) memiliki akar kata yang sama. Saya harus mengatakan bahwa hipotesis ini bukanlah hal baru, itu populer di Barat pada abad XVIII-XIX.

Pendapat ini didasarkan pada gagasan bahwa Slavia, sebagai salah satu dari bangsa Eropa yang paling banyak, sering menjadi objek perdagangan budak.

Hari ini hipotesis ini diakui sebagai salah, "budak" Inggris, "Sklave" Jerman, "schiavo" Italia di satu sisi, dan "Slavs" Rusia, "słowianie" Polandia, "slaveni" Kroasia, Kashubian "słowiónie" di sisi lain, tidak saling berhubungan. Analisis linguistik menunjukkan bahwa kata "budak" dalam bahasa Yunani Tengah berasal dari kata kerja Yunani kuno (skyleuein) - yang berarti "mendapatkan rampasan perang, merampok", orang pertama tunggal yang terlihat seperti (dalam transliterasi Latin skyleúō) , varian lain (skyláō).

Slavia tidak memiliki bahasa tertulis sebelum Glagolitik dan Sirilik

Pendapat bahwa Slavia tidak memiliki bahasa tertulis sebelum munculnya abjad Cyrillic dan Glagolitik diperdebatkan hari ini. Sejarawan Lev Prozorov, sebagai bukti keberadaan tulisan, menulis bahwa dalam kontrak dengan Byzantium of the Prophetic Oleg ada sebuah fragmen yang berkaitan dengan konsekuensi kematian seorang pedagang Rusia di Konstantinopel: jika pedagang itu mati, maka seseorang harus "memperlakukan dengan hartanya seperti yang dia tulis dalam surat wasiat."
Secara tidak langsung, keberadaan tulisan juga dikonfirmasi oleh penggalian arkeologi di Novgorod. Batang-batang tertulis ditemukan di sana, yang dengannya sebuah prasasti ditempelkan pada tanah liat, plester atau kayu. Alat tulis ini berasal dari pertengahan abad ke-10. Temuan yang sama ditemukan di Smolensk, Genzdovo dan tempat-tempat lain.

Sulit untuk mengatakan dengan pasti tulisan macam apa ini. Beberapa sejarawan menulis tentang penulisan suku kata, tentang menulis dengan "fitur dan jubah", ada juga pendukung penulisan rahasia Slavia. Sejarawan Jerman Konrad Schurzfleisch, dalam disertasinya tahun 1670, menulis tentang sekolah-sekolah Slav Jerman, tempat anak-anak diajari rune. Sebagai bukti, ia mengutip contoh alfabet rahasia Slavia, mirip dengan rune Denmark abad ke-13-16.

Slav - keturunan Scythians

Alexander Blok menulis: "Ya, kami adalah orang Skit!" Sampai sekarang, orang dapat menemukan pendapat bahwa orang Skit adalah nenek moyang orang Slavia, namun, dalam sumber sejarah ada banyak kebingungan dengan definisi orang Skit. Dalam kronik Bizantium yang sama, Slavia, dan Alan, dan Khazar, dan Pecheneg sudah bisa disebut Scythians.

Dalam "Tale of Bygone Years" ada referensi tentang fakta bahwa orang-orang Yunani menyebut orang-orang Rusia "Scythians": "Oleg pergi ke Yunani, meninggalkan Igor di Kyiv; dia membawa banyak orang Varangia, dan Slavia, dan Chud, dan Krivichi, dan Meryu, dan Drevlyan, dan Radimichi, dan Polian, dan Severia, dan Vyatichi, dan Kroasia, dan Duleb, dan Tivertsy, yang dikenal sebagai penerjemah: ini semua menyebut orang Yunani "Scythia Hebat".

Tapi itu tidak banyak bicara. Ada terlalu banyak "seandainya" dalam hipotesis asal usul Slavia dari Scythians. Sampai saat ini, hipotesis Vistula-Dnieper tentang rumah leluhur Slavia diakui sebagai yang paling dapat diandalkan. Ini dikonfirmasi oleh paralel leksikal dan penggalian arkeologis. Menurut materi leksikal, ditetapkan bahwa rumah leluhur Slavia jauh dari laut, di zona datar berhutan dengan rawa dan danau, di dalam sungai yang mengalir ke Laut Baltik. Arkeologi juga mengkonfirmasi hipotesis ini. Tautan bawah dalam rantai arkeologi Slavia dianggap sebagai apa yang disebut "budaya penguburan tertutup", yang mendapatkan namanya dari kebiasaan menutupi sisa-sisa kremasi dengan kapal besar. Dalam bahasa Polandia, "flare" berarti "terbalik". Ini tanggal kembali ke abad ke-5-2 SM.

Scythians sudah ada pada waktu itu dan mengambil bagian aktif dalam proses sejarah. Setelah invasi Goth pada abad III, kemungkinan besar mereka pergi ke daerah pegunungan Kaukasus. Dari bahasa-bahasa modern, bahasa Ossetia paling dekat dengan bahasa Skit.

Miniatur: bingkai dari film "Kashchei the Immortal" (1944)

Dan Rusia Kuno tidak bisa tidak mencerminkan tahapan paling penting dalam sejarah.

Rusia menghabiskan sebagian besar keberadaannya dalam perang, yang memungkinkannya mengumpulkan pengalaman luas dalam seni bela diri. Sumber-sumber Yunani, Romawi, Bizantium, dan Arab, serta tarian rakyat, ritual, simbol, epos Slavia, dapat memberi tahu kita tentang tradisi militer Slavia kuno dan Rusia. Diyakini bahwa dalam literatur domestik untuk pertama kalinya seni militer Slavia disebutkan dalam "Kampanye Word of Igor". Akar seni militer Rusia kuno adalah seni militer suku Proto-Slavia. Yang menarik adalah urusan militer Slavia - Antes, Wends, dan Sclaves di awal era kita, ketika mereka menaklukkan kota-kota di Semenanjung Balkan, melintasi Sungai Danube, yang menentukan perbatasan timur laut Roma.

Informasi lebih rinci tentang perang suku Slavia mengacu pada abad VI - VIII, ketika Slavia berperang melawan Kekaisaran Romawi Timur. Jadi, pada 517, pasukan besar Slavia menyerbu Kekaisaran Romawi Timur. Pada 610, Slavia dari laut dan darat mengepung Tesalonika. Pada 623, armada Slavia muncul di lepas pantai Kreta dan berhasil mendaratkan pasukannya di sana. Suku Slavia sangat terampil dalam keterampilan militer sehingga raja Bizantium bahkan mempertahankan detasemen penjaga dari Rusia-Slavia.

Pada abad VI. Kaisar Mauritius sang Ahli Strategi menggambarkan para pejuang Slavia sebagai berikut: “Mereka tidak dapat dibujuk dengan cara apa pun untuk menjadi budak atau tunduk di negara mereka sendiri. Mereka banyak, kuat, mudah menahan panas, dingin, hujan, telanjang, kekurangan makanan... Suku-suku Slavia... mencintai kebebasan dan tidak cenderung pada perbudakan atau kepatuhan, berani, terutama di tanah mereka sendiri , bertahan.. ... pemuda mereka sangat terampil dengan senjata.
Slavia, yang lebih rendah dari Roma dan Bizantium dalam keterampilan persenjataan dan latihan, mengungguli mereka dalam keterampilan manuver, penggunaan kondisi medan, fleksibilitas taktik, pengintaian operasional, dan serangan mendadak. Mereka cukup berhasil bertarung baik dengan pasukan kaki kekaisaran maupun dengan kavaleri. Slavia belajar mengambil benteng yang tak tertembus menggunakan trik militer.

Orang dapat mencatat kekuatan tentara Rusia Kuno, terutama ketika menyelesaikan tugas-tugas pertahanan. Strategi dan taktik ofensif dikerjakan dan dikembangkan oleh Svyatoslav. Dia dengan terampil menggabungkan penggunaan pasukan besar dengan tindakan secepat kilat yang dapat bermanuver dari pasukan kavaleri pangeran. Selain itu, kita dapat mengatakan bahwa strategi datang darinya untuk mengalahkan musuh di tanahnya.

Menurut sumber Bizantium, Rusia lebih suka berperang dengan berjalan kaki. Mereka sering melakukan perjalanan dengan perahu. Kuda dibawa dalam kampanye terutama untuk konvoi, yang tanpanya itu sangat diperlukan. Kavaleri tidak banyak, itu adalah pasukan pangeran. Para pangeran dan "para bangsawan cerdas" untuk kebutuhan militer di padang rumput gratis, kawanan kuda digembalakan.

Slavia menyadari kekuatan militer mereka di Eropa. Sebagai contoh yang mengkonfirmasi fakta ini, kita dapat mengutip pesan para tetua Slavia kepada Avar, yang menuntut penyerahan mereka, yang datang kepada kita dari "Sejarah" Menander: "Apakah orang itu lahir di dunia dan dihangatkan oleh sinar matahari? matahari siapa yang akan menundukkan kekuatan kita? Bukan milik orang lain, tetapi kami terbiasa memiliki milik orang lain, dan kami yakin akan hal ini selama ada perang dan pedang di dunia. Anda juga dapat mengingat kata-kata Svyatoslav, yang diucapkannya kepada kaisar Bizantium Tzimiskes: “Kami sendiri akan segera mendirikan tenda di depan gerbang Bizantium, kami akan mengelilingi kota dengan benteng yang kuat, yang dia (Tzimisces) akan putuskan untuk pergi berperang, kita akan dengan berani bertemu dengannya, kita akan menunjukkan kepadanya dalam praktik bahwa kita adalah ... pejuang pemberani, mengalahkan musuh dengan senjata.

Dapat disimpulkan bahwa keberanian, pengetahuan tentang urusan militer pada awalnya melekat pada suku Slavia, mereka menjadi tradisional baik untuk mereka maupun untuk musuh mereka. Sebagai konfirmasi tesis ini, kita dapat mengutip kata-kata Svyatoslav, yang dia katakan kepada para pejuangnya: “Jadi, dengan keberanian nenek moyang kita dan dengan gagasan bahwa kekuatan Rusia tidak terkalahkan sampai sekarang, kita akan berjuang dengan berani untuk kita. kehidupan. Kami tidak memiliki kebiasaan melarikan diri ke Tanah Air ... kami tidak akan mempermalukan tanah Rusia, tetapi kami akan berbaring seperti tulang, orang mati tidak memiliki rasa malu. Mari menjadi kuat. Saya akan pergi di depan Anda, dan jika kepala saya jatuh, maka sediakan untuk diri Anda sendiri. Tradisi yang terkait dengan keterbukaan dan kesadaran akan harga diri sudah lama mulai terbentuk. Jadi, selama kampanyenya, Pangeran Svyatoslav Igorevich memperingatkan musuh-musuhnya: "Aku akan pergi kepadamu."

Ketika mempertimbangkan tradisi militer, senjata tidak dapat diabaikan. Setiap saat, pertempuran dengan senjata memiliki keuntungan besar dalam kaitannya dengan seni bela diri tidak bersenjata. Senjata adalah bagian wajib dari ritual keagamaan para pejuang kuno, dan tarian dengan senjata, menggambarkan gerakan pertempuran, memiliki karakter pemujaan dan diturunkan sebagai pengetahuan dari generasi ke generasi, menjaga kelangsungan tradisi militer.
Senjata itu memiliki nilai sakral bagi para pejuang, yang melambangkan prinsip ketuhanan. Senjata diberikan sebagai hadiah kepada seorang pejuang muda di usia dewasa. Ini adalah bukti dari keadaannya yang matang.

Penilaian senjata Slavia semacam itu diberikan oleh Procopius of Caesarea, seorang penulis sejarah Bizantium abad ke-6, dalam karyanya "War with the Goths" menulis tentang senjata Slavia pada era itu: "Perisai para pejuang terbuat dari kulit banteng, ringan, dan semua senjata ringan - tombak terbuat dari kayu yang kuat, yang dengan mengukus dan menekuk mereka tahu bagaimana memberikan kelurusan, busur biasa, dan anak panah untuk anak panah ditenun dari tali yang tidak basah, pedang pisau panjang dan pendek sehasta, serta sarungnya, dibuat dengan terampil ... Besi itu nyaring dan sedemikian rupa sehingga pedang kita bisa memotong, tetapi tidak mengingat dirinya sendiri ... Terhadap musuh yang menyerang dalam tabung tertutup yang panjang, mereka menyimpan panah yang diracuni dengan racun yang begitu kuat sehingga jika panah melukai telinga, Anda tidak akan punya waktu untuk mengucapkan selamat tinggal pada kehidupan ... ".

Di Rusia sejak abad ke-9. pasukan signifikan berkumpul, melakukan kampanye ke Timur dan Byzantium. Ribuan tentara bersenjata lengkap dibentuk, dilengkapi dengan semua jenis sarana ofensif dan defensif. Berkat kerja dan keterampilan pengrajin Rusia, pangeran Kyiv dapat memasok pasukannya dengan berbagai senjata. Prajurit itu tahu bagaimana tidak hanya menggunakan senjata, tetapi juga memperbaikinya. Peralatan prajurit termasuk peralatan, di samping berbagai tujuan berbaris, yang dirancang untuk memperbaiki senjata.
Pedang dengan pola "luar biasa dan langka", yang dibuat oleh pandai besi Rusia, sangat diminati di pasar luar negeri: di Eropa dan Asia. Penulis Arab ibn Khordadbeh pada pertengahan abad ke-9. menulis: "Adapun pedagang Rusia - mereka adalah inti dari suku Slavia - mereka mengekspor bulu berang-berang, bulu rubah, dan pedang dari ujung terjauh Slavonia ke Laut Rumea."

Saya ingin mencatat tradisi yang ditemukan dalam serikat militer (menggunakan contoh serikat dan regu "binatang").
Secara umum, komunitas militer hampir selalu dikelilingi oleh aura kekuasaan dan misteri. Untuk masuk ke dalamnya, perlu menjalani pelatihan, serangkaian tes dan prosedur inisiasi (inisiasi). Inisiasi menjadi pendekar laki-laki terjadi melalui tahapan-tahapan tertentu, melewati masa-masa dimana kaum muda menjadi anggota penuh suku (komunitas). Salah satu momen terpenting dari inisiasi muda adalah ritual kelahiran kembali menjadi hewan totem (serigala, beruang, babi hutan, rusa, lynx), setelah itu orang muda menjadi anggota serikat "hewan" yang sesuai. Prajurit muda, memilih binatang tertentu sebagai totem mereka, mengadopsi kebiasaan dan tekniknya, yang kemudian digunakan dalam urusan militer (misalnya, "langkah serigala" atau pukulan "beruang" dengan tamparan di wajah).

Semua remaja suku, klan selama periode bergabung dengan dunia orang dewasa hidup "seperti serigala", yaitu, terpisah dari kerabat lain, mereka belajar perang dan berburu, berperang di garis depan milisi suku dan dianggap milik persaudaraan militer dan dewa-dewa yang mengerikan, dan bukan komunitas. "Serikat serigala" sepenuhnya dipertahankan di antara orang-orang Slavia hingga abad ke-7. Sisa-sisa ritus ini tercermin dalam pasukan pangeran kecil.
Pasukan pangeran terbentuk di era pembentukan negara Rusia Kuno pada abad ke-10 - ke-11. Dia dibagi menjadi yang tertua, yang terdiri dari "yang terbaik", "suami pangeran", atau bangsawan (yang memiliki kemarahan besar - keberanian), dan yang termuda - dari pangeran, pemuda boyar, yang direkrut dari 10 - 12 tahun dan awalnya melakukan peran sebagai pelayan, di masa militer - prajurit, dan kemudian secara bertahap menggantikan pasukan senior.
Dalam regu, pelatihan bersifat kompleks dan terapan. Prajurit diajari menunggang kuda, memanah, menggunakan tombak, pedang, kapak, dan senjata lainnya. Salah satu bentuk pendidikan juga ritual militer, misalnya permainan pemakaman, yang disusun di atas gundukan pada saat penguburan kawan (trizna). Selain pesta pemakaman dan hari libur kalender umum, regu berpartisipasi dalam perkelahian di kesenangan pangeran.

Pelatihan militer para kombatan sangat serius. Mereka terampil dalam segala bentuk berkuda dan pertarungan tangan kosong, mereka bisa bertindak dalam barisan dan seni bela diri individu, memiliki semua jenis senjata. Apa yang berkontribusi pada inisiasi militer, yang terjadi di beberapa Lingkaran (tahap): Lingkaran Pertama- ujian untuk ketahanan fisik dan spiritual, ketahanan terhadap cobaan dan siksaan. Lingkaran Kedua adalah ujian dari 3 elemen: Api, Air, Bumi. Pendatang baru harus berjalan tanpa alas kaki di sepanjang sungai yang berapi-api - jalan bara panas dan tidak membakar kakinya atau setidaknya tidak menunjukkan penampilan kesakitan. Luka bakar yang parah dan keluhan menunjukkan kurangnya kekuatan semangat inisiat. Tes dengan Air terdiri dari kemampuan berenang dan bersembunyi untuk waktu yang lama di dalam dan di bawah air. Dan akhirnya, ujian Bumi. Di sini, seseorang ditempatkan di sebuah lubang, yang dilemparkan dengan cabang, perlu menghabiskan setidaknya satu hari di dalamnya tanpa makanan. Lingkaran Ketiga adalah ujian keterampilan militer yang sebenarnya. Di sini, pemula dipaksa bertarung dengan prajurit berpengalaman, bersembunyi dari pengejaran, mengejar ketinggalan. Pertempuran itu terjadi baik dengan tangan kosong maupun dengan bantuan senjata. Pada saat yang sama, mereka menyaksikan bagaimana pendatang baru itu menerima pukulan, bagaimana dia menahan rasa sakit, seberapa tangkas dia dan apakah dia menyerah pada kepanikan.

Jika pendatang baru melewati ketiga Lingkaran dengan hormat, maka pada hari yang ditentukan seluruh pasukan berkumpul di kuil, di mana imam melakukan ritual inisiasi militer di atasnya. Di sini prajurit muda itu diberi nama baru, yang menandai kelahiran baru manusia. Setelah prajurit masa depan telah membuktikan kesesuaiannya, ia mengambil sumpah kepada para dewa atau pangeran, mempersonifikasikan kekuatan ilahi, dan membuat pengorbanan. Pemula kemudian dihadiahi senjata, kuda, baju zirah, pakaian, dan baju besi pelindung. Semua prajurit dihubungkan oleh persaudaraan militer, tradisi saling membantu. Saat penulis sejarah bersaksi, mereka berkata kepada Svyatoslav: "Di mana kepala Anda berada, kami akan meletakkan kepala kami di sana."

Saya juga ingin mencatat pentingnya tarian dan tarian bela diri. Tarian rakyat Rusia selalu terkait erat dengan kehidupan dan kebiasaan orang Rusia (kelahiran, pernikahan, dll.), Dengan tahun kerja pertanian (menabur, memanen, dll.), Dengan komponen kehidupan militer. Banyak contoh mencolok menegaskan sifat suci tarian bela diri. Sejarawan Bizantium abad IX. Leo Deacon dalam "History", menggambarkan kampanye Pangeran Svyatoslav, menyebut para pejuang pagan sebagai anak-anak Setan, yang mempelajari seni bertarung dengan bantuan tarian. Sangat mungkin bahwa menari berfungsi sebagai sistem pertama untuk mengumpulkan pengetahuan bela diri. Pelatihan dilakukan baik secara lisan maupun dalam bentuk gerakan-gerakan. Tarian bersama, keserempakan, kebijaksanaan adalah syarat untuk menyatukan orang. Filsuf Ribot mengatakan hal berikut tentang ini: “Tarian membawa manfaat publik; itu mempromosikan koordinasi gerakan, kebulatan suara. Ini memberi sekelompok orang tertentu kesatuan, serta kesadaran yang terakhir ini dan persepsi visualnya. Ini berfungsi sebagai disiplin, persiapan untuk serangan umum atau pertahanan umum, semacam sekolah militer ... "

Tujuan gerakan dalam tarian tempur diterapkan secara langsung dan agresif bersyarat, mengembangkan ketangkasan dan koordinasi. Untuk melakukan gerakan tari yang kompleks, diperlukan ketangkasan dan kemampuan mengontrol gerakan tubuh seseorang. Kompleksitas tarian pria ini merupakan kondisi yang diperlukan untuk peningkatan diri dan pengembangan ketangkasan bagi para pejuang, sebelumnya semua pria dewasa memiliki keterampilan ini sampai tingkat tertentu. Sejak dahulu kala, orang-orang Rusia telah dengan hati-hati menjaga, tanpa pamrih dan dengan teguh mempertahankan tanah air mereka dari banyak musuh. Selama berabad-abad, tradisi militer telah berevolusi yang menentukan hasil pertempuran berdarah dan menjadikan seni militer Slavia dan Rusia kuno.

Bibliografi:

• Amelchenko V.V. Druzhina dari Rusia Kuno. - M.: Penerbitan militer, 1992. - 143 hal.
• Vorontsov A.V. Kekuatan militer Rusia. - Leningrad, 1959. - 55 hal.
• Grekov B. D. Kievan Rus. - Leningrad.: Gospolitizdat, 1953, - 569 hal.
• Katorin Yu Kemuliaan militer Rusia. Ensiklopedi. - M.: AST, St. Petersburg: Poligon, 2005, - 447 hal.
• Kirpichnikov A.N. "Persenjataan di Rusia pada abad IX - XII." // "Pertanyaan sejarah", No. 1, 1970.
• Leo Diakon. Cerita; per. M. M. Kopylenko; Seni. M.Ya.Syuzyumova; com. M.Ya.Syuzyumova; S.A. Ivanova; jawab Ed. G.G. Litavrin. – M.: Nauka, 1988. – 240 hal.
• Maksimov S.G. Tradisi militer Rusia. – M.: Veche, 2010. – 320 hal.: sakit. - (Rahasia Tanah Rusia).