I. Pendahuluan ………………………………………………………………..….... 3 halaman

II. Tentara Mongol-Tatar: …………………………………………..…..4-8 hal.

1. Disiplin

2. Komposisi pasukan

3. Persenjataan

4. Taktik tempur

AKU AKU AKU. Tentara Rusia: ………………..………………………………………...8-12 hal.

1. Disiplin

2. Komposisi pasukan

3. Persenjataan

4. Taktik tempur

IV. Kesimpulan……………………………………………………………...13 -14 hal.

V. Sastra……………………………………………….………………….….15 hal.

Lampiran ………………………………………………………………………………..16-19 halaman

Lampiran …………………………………………………………………………….….20-23 hal.

pengantar

Masih menarik mengapa suku-suku Mongol, yang tidak memiliki kota dan menjalani gaya hidup nomaden, mampu merebut negara besar dan kuat seperti Rusia pada abad ke-13?

Dan minat ini ditingkatkan oleh fakta bahwa tentara Rusia mengalahkan tentara salib dari Eropa pada pertengahan abad XIII.

Oleh karena itu, tujuan dari pekerjaan ini adalah untuk membandingkan pasukan Mongol dan Rusia pada abad XII - XIII.

Untuk mencapai tujuan ini, Anda perlu menyelesaikan tugas-tugas berikut:

1. mempelajari literatur tentang topik penelitian;

2. ciri pasukan Mongol-Tatar dan Rusia;

3. Buatlah tabel perbandingan sesuai dengan ciri-cirinya

Pasukan Mongol-Tatar dan Rusia.

Hipotesa:

Dengan asumsi bahwa tentara Rusia kalah dari tentara Mongol-Tatar

dalam hal apa pun, maka jawaban atas pertanyaan itu menjadi jelas: "Mengapa suku-suku Mongol mengalahkan Rusia?"

Objek studi:

Tentara Mongol dan Rusia.

Subjek studi:

Keadaan tentara Mongol dan Rusia.

Riset: analisis, perbandingan, generalisasi.

Mereka ditentukan oleh tujuan dan sasaran pekerjaan.

Signifikansi praktis dari pekerjaan ini terletak pada kenyataan bahwa kesimpulan umum yang ditarik, tabel perbandingan yang disusun, dapat digunakan dalam pelajaran sejarah.

Karya dalam strukturnya terdiri dari pendahuluan, dua bab, kesimpulan, daftar referensi.

Tentara Mongol-Tatar

“Tentara yang tidak pernah terdengar datang, orang-orang Moab yang tidak bertuhan, dan nama mereka Tatar, tetapi tidak ada yang tahu siapa mereka dan dari mana mereka berasal, dan apa bahasa mereka, dan suku apa mereka, dan keyakinan macam apa mereka. …” 1

1. Disiplin

Penaklukan Mongol yang memukau dunia didasarkan pada prinsip disiplin besi dan tatanan militer yang diperkenalkan oleh Jenghis Khan. Suku-suku Mongol disolder oleh pemimpin mereka menjadi gerombolan, satu "tentara rakyat". Seluruh organisasi publik stepa didasarkan pada seperangkat hukum. Untuk pelarian dari medan perang satu prajurit dari selusin, seluruh sepuluh dieksekusi, untuk pelarian selusin, seratus dieksekusi, dan karena lusinan terdiri, sebagai suatu peraturan, kerabat dekat, jelas bahwa saat pengecut bisa berubah menjadi kematian seorang ayah, saudara dan terjadi sangat jarang. Kegagalan sekecil apa pun untuk mematuhi perintah para pemimpin militer juga dapat dihukum mati. Hukum yang ditetapkan oleh Jenghis Khan juga berlaku untuk kehidupan sipil. 2

2. Komposisi pasukan

Tentara Mongolia sebagian besar terdiri dari kavaleri, beberapa infanteri. Bangsa Mongol adalah penunggang kuda yang tumbuh di atas kuda sejak usia dini. Prajurit yang sangat disiplin dan tangguh dalam pertempuran. Daya tahan Mongol dan kudanya luar biasa. Dalam kampanye, pasukan mereka bisa bergerak selama berbulan-bulan tanpa pasokan makanan. Untuk kuda - padang rumput; dia tidak tahu gandum dan istal. Detasemen depan dengan kekuatan dua atau tiga ratus, yang mendahului tentara pada jarak dua transisi, dan detasemen sisi yang sama melakukan tugas tidak hanya menjaga pawai dan pengintaian musuh, tetapi juga pengintaian ekonomi - mereka membiarkan tahu di mana padang rumput dan penyiraman lebih baik. Selain itu, detasemen khusus diajukan, yang bertugas melindungi tempat-tempat makanan dari perantau yang tidak ambil bagian dalam perang.

Setiap prajurit berkuda memimpin dari satu hingga empat kuda searah jarum jam, sehingga ia dapat mengganti kuda selama kampanye, yang secara signifikan meningkatkan panjang transisi dan mengurangi kebutuhan akan perhentian dan hari. Kecepatan pergerakan pasukan Mongol sangat mengagumkan.

Kampanye tersebut menemukan tentara Mongol dalam keadaan kesiapan yang sempurna: tidak ada yang terlewatkan, setiap hal kecil teratur dan pada tempatnya; bagian logam dari senjata dan harness dibersihkan secara menyeluruh, baklag diisi, persediaan makanan darurat disertakan. Semua ini tunduk pada pengawasan ketat oleh atasan; kelalaian dihukum berat. 3

Peran utama dalam tentara ditempati oleh penjaga (keshik) Jenghis Khan, yang terdiri dari sepuluh ribu tentara. Mereka disebut "bagatur" - pahlawan. Mereka adalah kekuatan penyerang utama pasukan Mongol, oleh karena itu, prajurit yang sangat terhormat direkrut menjadi penjaga. Seorang penjaga biasa dalam kasus-kasus khusus memiliki hak untuk memerintahkan setiap detasemen pasukan lain. Di medan perang, penjaga berada di tengah, dekat Jenghis Khan. Sisa tentara dibagi menjadi puluhan ribu ("kegelapan" atau "tumens"), ribuan, ratusan dan puluhan pejuang. Di kepala setiap divisi adalah seorang pemimpin militer yang berpengalaman dan terampil. Di pasukan Jenghis Khan, prinsip penunjukan pemimpin militer sesuai dengan prestasi pribadi diakui. 4

____________________

1 "Kronik tentang invasi Tatar Mongol di tanah Rusia"

2 Sumber daya Internet: http://www. /war/book1/kto

3 Sumber daya internet: Erenzhen Khara-Davan "Genghis Khan sebagai komandan dan warisannya"

4 Sumber daya Internet: Denisov memerintahkan invasi Tatar-Mongol? Moskow: Flinta, 2008

Tentara Mongolia termasuk divisi Cina yang melayani kendaraan tempur berat, termasuk penyembur api. Yang terakhir melemparkan berbagai zat yang mudah terbakar ke kota-kota yang terkepung: minyak yang terbakar, yang disebut "api Yunani" dan lainnya.

Selama pengepungan, bangsa Mongol juga menggunakan minecraft dalam bentuk primitifnya. Mereka tahu bagaimana menghasilkan banjir, membuat terowongan, lorong bawah tanah dan sejenisnya.

Dengan keterampilan yang hebat, bangsa Mongol mengatasi rintangan air; harta benda ditumpuk di atas rakit alang-alang yang diikatkan pada ekor kuda, orang menggunakan kulit untuk menyeberang. Kemampuan beradaptasi ini memberi para prajurit Mongol reputasi sebagai makhluk supernatural dan jahat. satu

3. Persenjataan

"Senjata bangsa Mongol sangat bagus: busur dan anak panah, perisai dan pedang; mereka adalah pemanah terbaik dari semua bangsa," tulis Marco Polo dalam Bukunya. 2

Senjata prajurit biasa terdiri dari busur majemuk pendek yang terbuat dari pelat kayu fleksibel yang dipasang pada cambuk tengah untuk menembak dari kuda, dan busur kedua dengan desain yang sama, hanya lebih panjang dari yang pertama, untuk menembak berdiri. Jarak tembak dari busur seperti itu mencapai seratus delapan puluh meter.3

____________________

1 Sumber daya internet: Erenzhen Khara-Davan "Genghis Khan sebagai komandan dan warisannya"

2 Marcopolo. "Kitab Keanekaragaman Dunia"

3 Sumber daya internet: Denisov memerintahkan invasi Tatar-Mongol? Moskow: Flinta, 2008

Panah terutama dibagi menjadi panah ringan untuk pemotretan jarak jauh dan panah berat dengan ujung lebar untuk pertempuran jarak dekat. Beberapa dimaksudkan untuk menembus baju besi, yang lain untuk memukul kuda musuh ... Selain panah ini, ada juga panah sinyal dengan lubang di ujungnya, yang mengeluarkan peluit keras saat terbang. Panah seperti itu juga digunakan untuk menunjukkan arah api. Setiap prajurit memiliki dua anak panah dari tiga puluh anak panah. satu

Para prajurit dipersenjatai, di samping itu, dengan pedang dan pedang ringan. Yang terakhir sangat melengkung, diasah tajam di satu sisi. Garis bidik pada pedang Horde telah bengkok dan ujungnya rata. Di bawah garis bidik, klip dengan lidah yang menutupi bagian bilah sering dilas - ciri khas pekerjaan pembuat senjata Horde.

Kepala prajurit itu dilindungi oleh helm baja berbentuk kerucut dengan lapisan kulit yang menutupi lehernya. Tubuh seorang prajurit dilindungi oleh kamisol kulit, dan di kemudian hari rantai surat dikenakan di atas kamisol atau strip logam dipasang. Penunggang kuda dengan pedang dan pedang memiliki perisai yang terbuat dari kulit atau willow, dan penunggang kuda dengan busur melakukannya tanpa perisai. 2

Infanteri dipersenjatai dengan berbagai bentuk senjata tiang: gada, enam-pointer, chaser, picks dan flails. Para prajurit dilindungi oleh cangkang pipih dan helm. 3

____________________

1 Majalah sejarah "Tanah Air". - M.: 1997. - hal 75 dari 129.

2 Sumber daya internet: Denisov memerintahkan invasi Tatar-Mongol? Moskow: Flinta, 2008

3 Sumber daya Internet: http://ru. wikipedia. org/wiki/Army_of_Mongol_Empire

“Mereka tidak tahu bagaimana bertarung dengan pisau dan tidak membawanya telanjang. Perisai tidak digunakan, dan sangat sedikit yang menggunakan tombak. Dan ketika mereka menggunakannya, mereka menyerang dari samping. Dan di ujung tombak mereka mengikatkan seutas tali dan memegangnya di tangan mereka. Namun, beberapa memiliki kait di ujung tombak ... ”- kata penulis Abad Pertengahan Vincent dari Beauvais.

Orang-orang Mongol mengenakan pakaian dalam sutra Cina, yang tidak ditusuk oleh panah, tetapi ditarik ke dalam luka bersama dengan ujungnya, menunda penetrasinya. Tentara Mongol memiliki ahli bedah dari Cina.

4. Taktik tempur

Perang itu dilakukan oleh bangsa Mongol biasanya menurut sistem berikut:

1. Seorang kurultai sedang bertemu, di mana masalah perang yang akan datang dan rencananya dibahas. Mereka juga memutuskan segala sesuatu yang diperlukan untuk pembentukan tentara, dan juga menentukan tempat dan waktu untuk pengumpulan pasukan.

2. Mata-mata dikirim ke negara musuh dan "bahasa" diperoleh.

Informasi menarik tentang invasi Tatar-Mongol, yang mungkin belum Anda ketahui. Ada banyak informasi yang membuat Anda melihat versi yang akrab dari sekolah secara berbeda.

Kita semua tahu dari pelajaran sejarah sekolah bahwa Rusia pada awal abad ke-13 ditangkap oleh tentara asing Batu Khan. Penjajah ini datang dari stepa Mongolia modern. Gerombolan besar jatuh ke Rusia, penunggang kuda tanpa ampun, dipersenjatai dengan pedang bengkok, tidak mengenal belas kasihan dan bertindak sama baiknya baik di stepa maupun di hutan Rusia, dan mereka menggunakan sungai beku untuk bergerak cepat di sepanjang jalan yang tidak dapat dilewati Rusia. Mereka berbicara dalam bahasa yang tidak dapat dipahami, adalah orang-orang kafir dan memiliki penampilan Mongoloid.

Benteng-benteng kami tidak bisa menahan prajurit terampil yang dipersenjatai dengan mesin pemecah dinding. Masa-masa gelap yang mengerikan datang ke Rusia, ketika tidak ada seorang pangeran pun yang bisa memerintah tanpa "label" seorang khan, untuk mendapatkan apa yang perlu dengan memalukan merangkak berlutut beberapa kilometer terakhir ke markas besar khan kepala Golden Horde. Kuk "Mongol-Tatar" ada di Rusia selama sekitar 300 tahun. Dan hanya setelah kuk dilempar, Rusia, yang dilemparkan kembali berabad-abad yang lalu, dapat melanjutkan perkembangannya.

Namun, ada banyak informasi yang membuat Anda melihat versi yang familiar dari sekolah secara berbeda. Selain itu, kita tidak berbicara tentang beberapa rahasia atau sumber baru yang tidak diperhitungkan oleh sejarawan. Kita berbicara tentang semua kronik yang sama dan sumber-sumber lain dari Abad Pertengahan, yang diandalkan oleh para pendukung versi kuk "Mongol-Tatar". Seringkali fakta yang tidak menyenangkan dibenarkan oleh "kesalahan" penulis sejarah atau "ketidaktahuan" atau "minatnya".

1. Tidak ada orang Mongol di gerombolan "Mongol-Tatar"

Ternyata prajurit tipe Mongoloid tidak disebutkan dalam pasukan "Tatar-Mongol". Dari pertempuran pertama "penjajah" dengan pasukan Rusia di Kalka, ada pengembara di pasukan "Mongol-Tatar". Brodniki adalah pejuang Rusia bebas yang tinggal di tempat-tempat itu (pendahulu Cossack). Dan di kepala pengembara dalam pertempuran itu adalah gubernur Ploskinya - Rusia dan Kristen.

Sejarawan percaya bahwa partisipasi Rusia dalam pasukan Tatar dipaksa. Tetapi mereka harus mengakui bahwa, “mungkin, partisipasi paksa tentara Rusia dalam tentara Tatar berhenti kemudian. Ada tentara bayaran yang sudah secara sukarela bergabung dengan pasukan Tatar” (M.D. Poluboyarinova).

Ibn-Batuta menulis: "Ada banyak orang Rusia di Sarai Berke." Selain itu: "Sebagian besar angkatan bersenjata dan angkatan kerja Golden Horde adalah orang-orang Rusia" (A. A. Gordeev)

"Mari kita bayangkan absurditas situasi: orang-orang Mongol yang menang karena suatu alasan mentransfer senjata ke "budak Rusia" yang mereka taklukkan, dan mereka (yang dipersenjatai sampai mati) dengan tenang melayani di pasukan penakluk, membentuk "massa utama" di mereka! Mari kita ingat sekali lagi bahwa Rusia diduga baru saja dikalahkan dalam perjuangan terbuka dan bersenjata! Bahkan dalam sejarah tradisional, Roma kuno tidak pernah mempersenjatai budak yang baru ditaklukkan. Sepanjang sejarah, para pemenang telah mengambil senjata dari yang ditaklukkan, dan jika mereka kemudian menerimanya untuk digunakan, maka mereka merupakan minoritas yang tidak signifikan dan dianggap, tentu saja, tidak dapat diandalkan.

“Tapi apa yang bisa dikatakan tentang komposisi pasukan Batu? Raja Hongaria menulis kepada Paus: “Ketika negara Hongaria, dari invasi bangsa Mongol, seperti dari wabah, sebagian besar, berubah menjadi gurun, dan seperti kandang domba dikelilingi oleh berbagai suku kafir, yaitu: Rusia, pengembara dari timur, Bulgar, dan bidat lainnya dari selatan …”

“Mari kita ajukan pertanyaan sederhana: di mana orang Mongol di sini? Rusia, pengembara, Bulgaria disebutkan - yaitu, suku Slavia dan Turki. Menerjemahkan kata "Mongol" dari surat raja, kita mendapatkan secara sederhana bahwa "bangsa besar (= megaliun) menyerbu", yaitu: Rusia, pengembara dari timur. Oleh karena itu, rekomendasi kami: ada baiknya setiap kali mengganti kata Yunani “Mongol = megalion” dengan terjemahannya = “hebat”. Akibatnya, teks yang benar-benar bermakna akan diperoleh, untuk pemahaman yang tidak perlu melibatkan beberapa orang yang jauh dari perbatasan Cina (omong-omong, tidak ada sepatah kata pun tentang Cina dalam semua laporan ini). ” (G.V. Nosovsky, A.T. Fomenko)

2. Tidak jelas berapa banyak "Mongol-Tatar" itu

Dan berapa banyak orang Mongol di awal kampanye Batu? Pendapat tentang hal ini berbeda-beda. Tidak ada data pasti, jadi hanya ada perkiraan sejarawan. Dalam tulisan-tulisan sejarah awal, diasumsikan bahwa pasukan Mongol berjumlah sekitar 500 ribu penunggang kuda. Tetapi semakin modern karya sejarah, semakin kecil pasukan Jenghis Khan. Masalahnya adalah bahwa untuk setiap pengendara Anda membutuhkan 3 kuda, dan kawanan 1,5 juta kuda tidak dapat bergerak, karena kuda depan akan memakan semua padang rumput dan kuda belakang akan mati kelaparan. Secara bertahap, para sejarawan sepakat bahwa pasukan "Tatar-Mongol" tidak melebihi 30 ribu, yang, pada gilirannya, tidak cukup untuk menangkap seluruh Rusia dan memperbudaknya (belum lagi penaklukan lain di Asia dan Eropa).

Ngomong-ngomong, populasi Mongolia modern sedikit lebih dari 1 juta, sementara bahkan 1000 tahun sebelum penaklukan Cina oleh bangsa Mongol, sudah ada lebih dari 50 juta .. Dan populasi Rusia sudah di abad ke-10 adalah sekitar 1 juta.Pada saat yang sama, tidak ada yang diketahui tentang genosida yang ditargetkan di Mongolia. Artinya, tidak jelas bagaimana negara sekecil itu bisa menaklukkan negara sebesar itu?

3. Tidak ada kuda Mongolia di pasukan Mongolia

Diyakini bahwa rahasia kavaleri Mongolia adalah jenis khusus kuda Mongolia - kuat dan bersahaja, mampu memperoleh makanan secara mandiri bahkan di musim dingin. Tetapi di padang rumput mereka sendiri mereka dapat memecahkan kerak dengan kuku mereka dan mengambil untung dari rumput ketika mereka merumput, dan apa yang bisa mereka dapatkan di musim dingin Rusia, ketika semuanya tersapu oleh lapisan salju setinggi satu meter, dan Anda juga perlu untuk membawa pengendara. Diketahui bahwa pada Abad Pertengahan ada zaman es kecil (yaitu, iklimnya lebih keras dari sekarang). Selain itu, para ahli dalam pemuliaan kuda, berdasarkan miniatur dan sumber lain, hampir dengan suara bulat menyatakan bahwa kavaleri Mongol bertempur melawan wanita Turkmenistan - kuda dari jenis yang sama sekali berbeda yang tidak dapat memberi makan diri mereka sendiri tanpa bantuan manusia di musim dingin.

4. Bangsa Mongol terlibat dalam penyatuan tanah Rusia

Diketahui bahwa Batu menginvasi Rusia pada saat perjuangan internecine permanen. Selain itu, pertanyaan tentang suksesi takhta itu akut. Semua perselisihan sipil ini disertai dengan pogrom, kehancuran, pembunuhan dan kekerasan. Misalnya, Roman Galitsky mengubur hidup-hidup di tanah dan membakar para bangsawannya yang bandel di tiang, memotong "pada persendian", merobek kulit dari yang hidup. Sekelompok Pangeran Vladimir, diusir dari meja Galicia karena mabuk dan pesta pora, berjalan di sekitar Rusia. Seperti yang disaksikan oleh kronik, wanita merdeka yang berani ini “menyeret gadis-gadis dan wanita yang sudah menikah untuk percabulan, membunuh pendeta selama ibadah, dan menaruh kuda di gereja. Artinya, ada perselisihan sipil biasa dengan tingkat kekejaman abad pertengahan yang normal, sama seperti di Barat pada waktu itu.

Dan, tiba-tiba, "Mongol-Tatars" muncul, yang dengan cepat mulai memulihkan ketertiban: mekanisme suksesi yang ketat ke takhta dengan label muncul, vertikal kekuasaan yang jelas dibangun. Perambahan separatis sekarang sudah mulai dicabut. Sangat menarik bahwa tidak ada tempat, kecuali Rusia, orang Mongol tidak menunjukkan keasyikan seperti memulihkan ketertiban. Tetapi menurut versi klasik, setengah dari dunia yang beradab saat itu berada di kerajaan Mongol. Misalnya, selama kampanye baratnya, gerombolan itu membakar, membunuh, merampok, tetapi tidak memaksakan upeti, tidak mencoba membangun kekuatan vertikal, seperti di Rusia.

5. Berkat kuk "Mongol-Tatar", Rusia mengalami kebangkitan budaya

Dengan munculnya "penyerbu Mongol-Tatar" di Rusia, Gereja Ortodoks mulai berkembang: banyak gereja didirikan, termasuk di gerombolan itu sendiri, pangkat gereja dinaikkan, dan gereja menerima banyak manfaat.

Sangat menarik bahwa bahasa Rusia tertulis selama "kuk" membawa ke tingkat yang baru. Inilah yang ditulis Karamzin:

”Bahasa kami,” tulis Karamzin, ”dari abad ke-13 hingga ke-15 memperoleh lebih banyak kemurnian dan kebenaran.” Selanjutnya, menurut Karamzin, di bawah Tatar-Mongol, alih-alih "dialek Rusia yang tidak berpendidikan, penulis lebih hati-hati mengikuti tata bahasa buku-buku gereja atau bahasa Serbia kuno, yang mereka ikuti tidak hanya dalam deklinasi dan konjugasi, tetapi juga dalam pengucapan. .”

Jadi, di Barat, bahasa Latin klasik muncul, dan di negara kita, bahasa Slavonik Gereja dalam bentuk klasiknya yang benar. Menerapkan standar yang sama seperti untuk Barat, kita harus mengakui bahwa penaklukan Mongol adalah masa kejayaan budaya Rusia. Mongol adalah penakluk yang aneh!

Menariknya, tidak di mana-mana "penjajah" begitu memanjakan gereja. Dalam kronik Polandia ada informasi tentang pembantaian yang dilakukan oleh Tatar di antara para imam dan biarawan Katolik. Selain itu, mereka terbunuh setelah merebut kota (yaitu, bukan dalam panasnya pertempuran, tetapi dengan sengaja). Ini aneh, karena versi klasik memberi tahu kita tentang toleransi beragama yang luar biasa dari bangsa Mongol. Tetapi di tanah Rusia, orang-orang Mongol mencoba mengandalkan pendeta, memberikan gereja dengan konsesi yang signifikan, hingga pembebasan penuh dari pajak. Sangat menarik bahwa Gereja Rusia sendiri menunjukkan kesetiaan yang luar biasa kepada "penjajah asing".

6. Tidak ada yang tersisa setelah kekaisaran besar

Sejarah klasik memberi tahu kita bahwa "Mongol-Tatar" berhasil membangun negara terpusat yang besar. Namun, keadaan ini menghilang dan tidak meninggalkan jejak. Pada 1480, Rusia akhirnya melepaskan kuk, tetapi sudah di paruh kedua abad ke-16, Rusia mulai bergerak ke timur - di luar Ural, ke Siberia. Dan mereka tidak menemukan jejak bekas kekaisaran, meskipun hanya 200 tahun telah berlalu. Tidak ada kota dan desa besar, tidak ada saluran Yamsky yang panjangnya ribuan kilometer. Nama Jenghis Khan dan Batu sudah tidak asing lagi bagi siapa pun. Hanya ada populasi nomaden yang langka, yang terlibat dalam peternakan, perikanan, dan pertanian primitif. Dan tidak ada legenda tentang penaklukan besar. Ngomong-ngomong, Karakoram yang agung tidak pernah ditemukan oleh para arkeolog. Tapi itu adalah kota besar, di mana ribuan dan puluhan ribu pengrajin dan tukang kebun dibawa pergi (omong-omong, menarik bagaimana mereka didorong melalui stepa sejauh 4-5 ribu km).

Juga tidak ada sumber tertulis yang tersisa setelah bangsa Mongol. Di arsip Rusia, tidak ditemukan label "Mongolia" untuk memerintah, yang seharusnya banyak, tetapi ada banyak dokumen pada waktu itu dalam bahasa Rusia. Beberapa label ditemukan tetapi sudah di abad ke-19:

Dua atau tiga label ditemukan di abad ke-19 Dan bukan di arsip negara, tetapi di makalah sejarawan. Misalnya, label terkenal Tokhtamysh, menurut Pangeran M.A. ada di tangan sejarawan Polandia Narushevich” Mengenai label ini, Obolensky menulis: "Dia (label Tokhtamysh - Auth) secara positif menyelesaikan pertanyaan dalam bahasa apa dan huruf apa yang ditulis label khan kuno kepada Adipati Agung Rusia Dari tindakan yang sampai sekarang kita ketahui, ini adalah diploma kedua" Ternyata , lebih lanjut , bahwa label ini “ditulis dalam beragam aksara Mongolia, sangat berbeda, tidak sedikit pun mirip dengan label Timur-Kutluy yang sudah dicetak oleh Pak Hammer pada tahun 1397”

7. Nama Rusia dan Tatar sulit dibedakan

Nama dan nama panggilan Rusia kuno tidak selalu mirip dengan nama modern kita. Ini adalah nama dan nama panggilan Rusia kuno yang dapat disalahartikan sebagai Tatar: Murza, Saltanko, Tatarinko, Sutorma, Eyancha, Vandysh, Smoga, Sugonai, Saltyr, Suleisha, Sumgur, Sunbul, Suryan, Tashlyk, Temir, Tenbyak, Tursulok, Shaban, Kudiyar, Murad, Nevruy. Nama-nama ini ditanggung oleh orang-orang Rusia. Tetapi, misalnya, pangeran Tatar Oleks Nevruy memiliki nama Slavia.

8. Khan Mongol berteman dengan bangsawan Rusia

Sering disebutkan bahwa pangeran Rusia dan "khan Mongol" menjadi saudara, kerabat, menantu dan ayah mertua, melakukan kampanye militer bersama. Menariknya, tidak ada negara lain yang dikalahkan atau ditaklukkan oleh mereka, Tatar tidak berperilaku seperti ini.

Berikut adalah contoh lain dari kedekatan luar biasa antara kami dan bangsawan Mongol. Ibukota kerajaan nomaden besar berada di Karakorum. Setelah kematian Khan Agung, saatnya tiba untuk pemilihan penguasa baru, di mana Batu juga harus ambil bagian. Tetapi Batu sendiri tidak pergi ke Karakorum, tetapi mengirim Yaroslav Vsevolodovich ke sana untuk mewakili orangnya. Tampaknya alasan yang lebih penting untuk pergi ke ibu kota kekaisaran tidak dapat dibayangkan. Sebaliknya, Batu mengirim seorang pangeran dari tanah yang diduduki. Menakjubkan.

9. Tatar Super-Mongol

Sekarang mari kita bicara tentang kemampuan "Mongol-Tatar", tentang keunikan mereka dalam sejarah.

Batu sandungan bagi semua pengembara adalah perebutan kota dan benteng. Hanya ada satu pengecualian - tentara Jenghis Khan. Jawaban sejarawan sederhana: setelah penangkapan Kekaisaran Cina, pasukan Batu menguasai mesin itu sendiri dan teknik menggunakannya (atau menangkap spesialis).

Mengejutkan bahwa para perantau berhasil menciptakan negara terpusat yang kuat. Faktanya, tidak seperti petani, perantau tidak terikat pada tanah. Karena itu, dengan ketidakpuasan apa pun, mereka dapat mengambil dan pergi begitu saja. Misalnya, ketika pada tahun 1916 para pejabat tsar melakukan sesuatu terhadap pengembara Kazakh, mereka mengambil dan bermigrasi ke negara tetangga Cina. Tetapi kita diberitahu bahwa bangsa Mongol berhasil pada akhir abad XII.

Tidak jelas bagaimana Jenghis Khan dapat membujuk sesama anggota sukunya untuk melakukan kampanye "ke laut terakhir", tidak mengetahui peta dan tidak tahu apa-apa tentang mereka yang harus berjuang di sepanjang jalan. Ini bukan serangan terhadap tetangga yang Anda kenal baik.

Semua pria dewasa dan sehat di antara bangsa Mongol dianggap sebagai pejuang. Di masa damai, mereka menjalankan rumah tangga mereka, dan di masa perang, mereka mengangkat senjata. Tapi siapa yang ditinggalkan "Mongol-Tatar" di rumah setelah mereka berkampanye selama beberapa dekade? Siapa yang menggembalakan ternak mereka? Orang tua dan anak-anak? Ternyata di belakang tentara ini tidak ada ekonomi yang kuat. Maka tidak jelas siapa yang menjamin pasokan makanan dan senjata yang tidak terputus untuk tentara Mongol. Ini adalah tugas yang sulit bahkan untuk negara-negara besar yang terpusat, belum lagi negara nomaden dengan ekonomi yang lemah. Selain itu, ruang lingkup penaklukan Mongol sebanding dengan teater operasi Perang Dunia II (dan dengan mempertimbangkan pertempuran dengan Jepang, dan bukan hanya Jerman). Pasokan senjata dan perbekalan sama sekali tidak mungkin.

Pada abad ke-16, penaklukan Siberia oleh Cossack dimulai bukanlah tugas yang mudah: butuh sekitar 50 tahun untuk berperang beberapa ribu kilometer ke Baikal, meninggalkan rantai benteng yang dibentengi. Namun, Cossack memiliki negara bagian yang kuat di belakang, dari mana mereka dapat menarik sumber daya. Dan pelatihan militer orang-orang yang tinggal di tempat-tempat itu tidak dapat dibandingkan dengan Cossack. Namun, "Mongol-Tatar" berhasil menempuh jarak dua kali lebih jauh ke arah yang berlawanan dalam beberapa dekade, menaklukkan negara-negara dengan ekonomi maju. Kedengarannya fantastis. Ada juga contoh lain. Misalnya, pada abad ke-19, Amerika membutuhkan waktu sekitar 50 tahun untuk menempuh jarak 3-4 ribu km: perang India berlangsung sengit dan kerugian tentara AS signifikan, terlepas dari keunggulan teknis yang sangat besar. Masalah serupa dihadapi penjajah Eropa di Afrika pada abad ke-19. Hanya "Mongol-Tatar" yang berhasil dengan mudah dan cepat.

Menariknya, semua kampanye besar bangsa Mongol di Rusia adalah musim dingin. Ini tidak khas untuk masyarakat nomaden. Sejarawan memberi tahu kami bahwa ini memungkinkan mereka untuk bergerak cepat melintasi sungai yang membeku, tetapi ini, pada gilirannya, membutuhkan pengetahuan yang baik tentang medan, yang tidak dapat dibanggakan oleh penakluk asing. Mereka berjuang sama-sama sukses di hutan, yang juga aneh untuk stepa.

Ada bukti bahwa Horde mendistribusikan surat palsu atas nama raja Hongaria Bela IV, yang menyebabkan kebingungan besar di kamp musuh. Tidak buruk untuk stepa?

10. Tatar terlihat seperti orang Eropa

Sezaman dengan perang Mongol, sejarawan Persia Rashid-ad-Din menulis bahwa dalam keluarga Jenghis Khan, anak-anak "kebanyakan dilahirkan dengan mata abu-abu dan pirang." Penulis sejarah menggambarkan penampilan Batu dalam ekspresi yang sama: berambut pirang, berjanggut terang, bermata cerah. Omong-omong, judul "Genghis" diterjemahkan, menurut beberapa sumber, sebagai "laut" atau "samudera". Mungkin ini karena warna matanya (secara umum, aneh bahwa bahasa Mongolia abad ke-13 memiliki kata "lautan").

Dalam Pertempuran Liegnitz, di tengah pertempuran kecil, pasukan Polandia panik, dan mereka melarikan diri. Menurut beberapa sumber, kepanikan ini dipicu oleh orang-orang Mongol yang licik, yang menyusup ke dalam formasi pertempuran pasukan Polandia. Ternyata "Mongol" itu tampak seperti orang Eropa.

Pada tahun 1252-1253, dari Konstantinopel melalui Krimea ke markas besar Batu dan selanjutnya ke Mongolia, duta besar Raja Louis IX, William Rubrikus, melakukan perjalanan dengan pengiringnya, yang mengemudi di sepanjang hilir Don, menulis: “Di mana-mana di antara pemukiman Tatar Rus tersebar; Ruses bercampur dengan Tatar ... mempelajari cara mereka, serta pakaian dan gaya hidup. Wanita menghiasi kepala mereka dengan hiasan kepala yang mirip dengan wanita Prancis; bagian bawah gaun itu dipangkas dengan bulu, berang-berang, tupai, dan cerpelai. Pria memakai pakaian pendek; kaftan, chekminis dan topi kulit domba… Semua rute transportasi di negara yang luas ini dilayani oleh Rus; di penyeberangan sungai - di mana-mana orang Rusia.

Rubricus melakukan perjalanan melalui Rusia hanya 15 tahun setelah penaklukannya oleh bangsa Mongol. Bukankah orang Rusia terlalu cepat bergaul dengan orang Mongol liar, mengadopsi pakaian mereka, mempertahankannya sampai awal abad ke-20, serta kebiasaan dan cara hidup mereka?

Pada saat itu, tidak semua Rusia disebut "Rus", tetapi hanya: kerajaan Kiev, Pereyaslav dan Chernigov. Seringkali ada referensi untuk perjalanan dari Novgorod atau Vladimir ke "Rus". Misalnya, kota-kota Smolensk tidak lagi dianggap "Rus".

Kata "gerombolan" sering disebutkan tidak dalam kaitannya dengan "Tatar Mongol", tetapi hanya untuk pasukan: "gerombolan Swedia", "gerombolan Jerman", "gerombolan Zalesia", "Tanah Gerombolan Cossack". Artinya, itu hanya berarti - tentara dan tidak ada warna "Mongolia" di dalamnya. Ngomong-ngomong, dalam bahasa Kazakh modern "Kzyl-Orda" diterjemahkan sebagai "Tentara Merah".

Pada 1376, pasukan Rusia memasuki Volga Bulgaria, mengepung salah satu kotanya dan memaksa penduduknya untuk bersumpah setia. Pejabat Rusia ditanam di kota. Menurut cerita tradisional, ternyata Rusia, sebagai pengikut dan anak sungai dari "Golden Horde", menyelenggarakan kampanye militer di wilayah negara yang merupakan bagian dari "Golden Horde" ini dan memaksanya untuk mengambil pengikutnya. sumpah. Adapun sumber tertulis dari China. Misalnya, pada periode 1774-1782 di Cina, penyitaan dilakukan sebanyak 34 kali. Koleksi semua buku cetak yang pernah diterbitkan di Cina dilakukan. Hal ini disebabkan oleh visi politik sejarah oleh dinasti yang berkuasa. Omong-omong, kami juga memiliki perubahan dari dinasti Rurik ke Romanov, jadi urutan historisnya sangat mungkin. Sangat menarik bahwa teori perbudakan "Mongol-Tatar" di Rusia lahir bukan di Rusia, tetapi di antara sejarawan Jerman jauh lebih lambat dari dugaan "kuk".

Sejarawan berbeda dalam menilai bakat militer Jenghis Khan. Beberapa menganggapnya sebagai salah satu dari empat komandan terbesar dalam sejarah umat manusia, yang lain menghubungkan kemenangan dengan bakat para pemimpin militernya. Satu hal yang pasti: tentara yang diciptakan oleh Jenghis Khan tak terkalahkan, terlepas dari apakah khan agung itu sendiri atau salah satu rekannya yang memimpin. Strategi dan taktiknya mengejutkan musuh dengan keterkejutan mereka. Prinsip utamanya adalah sebagai berikut:

• - perang, bahkan diselingi dengan gencatan senjata, dilakukan hingga kehancuran total atau penyerahan musuh:
• - tidak seperti penyerbuan nomaden yang biasa dilakukan untuk tujuan perampokan, tujuan akhir Jenghis Khan selalu penaklukan penuh wilayah musuh;
• - negara-negara yang diserahkan di bawah kondisi pengakuan ketergantungan bawahan ditempatkan di bawah kendali ketat Mongolia. Pengikut nominal, tersebar luas di Abad Pertengahan, kadang-kadang hanya diperbolehkan pada awalnya.

Dasar-dasar strategi militer Jenghis Khan juga harus mencakup prinsip mempertahankan inisiatif strategis, mobilitas maksimum dan kemampuan manuver formasi. Di hampir semua perang, bangsa Mongol bertindak melawan musuh yang unggul secara jumlah, tetapi sebagai ganti pukulan utama mereka selalu mencapai keunggulan jumlah yang signifikan. Pukulan selalu dilakukan ke beberapa arah sekaligus. Berkat teknik ini, musuh mendapat kesan bahwa dia diserang oleh gerombolan yang tak terhitung jumlahnya.

Efisiensi tersebut dicapai dengan kombinasi disiplin besi dengan dorongan inisiatif, pengembangan keterampilan interaksi dan saling membantu. Dalam pelatihan pasukan, perburuan yang digerakkan banyak digunakan, ketika detasemen pemburu, bergerak dari arah yang berbeda, secara bertahap menekan cincin itu. Metode yang sama diterapkan dalam perang.

Perlu dicatat keterlibatan luas orang asing di ketentaraan, formasi apa pun yang siap berperang di pihak Mongol. Misalnya, di Sungai Kalka, di jajaran bangsa Mongol, ada pengembara yang tinggal di stepa Eropa Timur.

Juga tidak mungkin untuk tidak memperhitungkan studi terus-menerus tentang pengalaman tempur dan pengenalan inovasi. Contoh yang paling mencolok adalah penggunaan prestasi rekayasa Cina, meluasnya penggunaan pengepungan dan berbagai senjata lempar. Kemampuan bangsa Mongol untuk merebut kota-kota, termasuk yang dibentengi dengan baik, memiliki konsekuensi fatal bagi lawan mereka: taktik yang biasa digunakan melawan pengembara - mengirim pasukan ke benteng dan duduk - baik di Asia Tengah maupun di Rusia ternyata berakibat fatal. .

Kavaleri Mongolia mampu bertempur di hampir semua lingkungan alam, termasuk di garis lintang utara (hanya iklim gurun India yang ternyata tak tertahankan untuk itu).

Para penakluk menggunakan sumber daya lokal secara ekstensif untuk perang melalui penjarahan terorganisir yang kejam. Mereka juga menemukan pengrajin dan spesialis di antara penduduk setempat.

Bangsa Mongol banyak menggunakan intelijen strategis dan taktis, metode perang psikologis, konflik nasional, diplomasi untuk menipu dan membingungkan musuh.

Perang abad pertengahan umumnya ditandai dengan kekejaman, dan kengerian itu tidak banyak disebabkan oleh penggunaan metode teror oleh bangsa Mongol melainkan oleh penggunaan metode itu secara sistematis. Pemusnahan massal penduduk di wilayah pendudukan seharusnya merusak sumber daya perlawanan dan melumpuhkan para penyintas dengan ngeri.

Semua benteng dihancurkan di wilayah bawahan, dan perpajakan reguler diperkenalkan. Manajemen dipercayakan kepada tuan tanah feodal lokal, yang ditempatkan di bawah kendali ketat "komisar" Mongolia - darugachi. Yang terakhir, seperti anggota lain dari administrasi Mongol, juga kebanyakan non-etnis Mongol. Dengan demikian, negara-negara yang ditaklukkan menjadi basis untuk penaklukan lebih lanjut.

Banyak kerajaan besar runtuh selama hidup atau tak lama setelah kematian pendiri mereka. Sistem tanpa ampun yang diciptakan oleh Jenghis Khan, setelah membuktikan keefektifannya, hidup lebih lama darinya selama beberapa dekade.

Tentara Mongolia era Jenghis Khan dan penerusnya adalah fenomena yang benar-benar luar biasa dalam sejarah dunia. Sebenarnya, ini tidak hanya berlaku untuk tentara itu sendiri: secara umum, seluruh organisasi urusan militer di negara Mongolia benar-benar unik. Keluar dari kedalaman masyarakat suku dan diperintahkan oleh jenius Jenghis Khan, pasukan ini dalam kualitas pertempurannya jauh melampaui pasukan negara-negara dengan sejarah seribu tahun. Dan banyak elemen organisasi, strategi, disiplin militer berada di depan waktu mereka selama berabad-abad dan hanya pada abad 19-20 memasuki praktik seni perang. Jadi apa aria dari Kekaisaran Mongol di abad ke-13?

Mari kita beralih ke masalah yang berkaitan dengan struktur, manajemen, disiplin, dan elemen lain dari organisasi militer di antara orang Mongol. Dan di sini tampaknya penting untuk mengatakan sekali lagi bahwa semua dasar urusan militer di Kekaisaran Mongol diletakkan dan dikembangkan oleh Jenghis Khan, yang sama sekali tidak dapat disebut sebagai komandan besar (di medan perang), tetapi orang dapat dengan percaya diri berbicara tentangnya. dia sebagai seorang jenius militer sejati.

Mulai dari kurultai besar tahun 1206, di mana Temujin diproklamasikan sebagai Jenghis Khan dari Kekaisaran Mongol yang dia ciptakan, sistem desimal yang ketat ditempatkan di dasar organisasi tentara. Dalam prinsip membagi tentara menjadi puluhan, ratusan dan ribuan, tidak ada yang baru bagi para perantau.

Namun, Jenghis Khan membuat prinsip ini benar-benar komprehensif, mengerahkan tidak hanya tentara, tetapi seluruh masyarakat Mongolia ke dalam unit struktural seperti itu.

Mengikuti sistemnya sangat ketat: tidak seorang prajurit pun yang berhak dalam keadaan apa pun untuk meninggalkan sepuluhnya, dan tidak seorang mandor pun dapat menerima siapa pun menjadi sepuluh. Satu-satunya pengecualian untuk aturan ini adalah perintah Khan sendiri.

Skema seperti itu membuat selusin atau seratus unit tempur yang benar-benar kohesif: tentara selama bertahun-tahun dan bahkan puluhan tahun bertindak dalam satu komposisi, mengetahui sepenuhnya kemampuan, plus dan minus dari rekan seperjuangan mereka. Selain itu, prinsip ini membuat sangat sulit bagi pengintai musuh dan hanya orang-orang acak untuk menembus tentara Mongol.

Jenghis Khan juga meninggalkan prinsip umum membangun pasukan.

Dan di ketentaraan, prinsip subordinasi suku benar-benar dihapuskan: instruksi para pemimpin suku tidak memiliki kekuatan untuk para prajurit; perintah komandan militer - manajer sepuluh, perwira, manajer seribu - harus dilaksanakan tanpa ragu-ragu, di bawah ancaman eksekusi segera karena ketidakpatuhan.

Awalnya, unit militer utama tentara Mongolia adalah seribu. Pada 1206, Jenghis Khan menunjuk sembilan puluh lima ribu orang dari antara orang-orang yang paling tepercaya dan setia.

Tak lama setelah kurultai agung, melanjutkan dari kebijaksanaan militer, Jenghis Khan membuat ribuan temnik terbaiknya, dan dua kawan lama - Boorchu dan Mukhali - masing-masing memimpin sayap kanan dan kiri pasukan Mongol.

Struktur tentara Mongol, yang mencakup pasukan tangan kanan dan kiri, serta tengah, semuanya disetujui pada tahun 1206 yang sama.

Namun, kemudian, pada 1220-an, kebutuhan strategis yang disebabkan oleh pertumbuhan jumlah teater perang memaksa Jenghis Khan untuk benar-benar meninggalkan prinsip ini.

Setelah kampanye Asia Tengah dan munculnya beberapa front, struktur ini diubah. Jenghis Khan terpaksa meninggalkan prinsip tentara tunggal. Secara formal, tumen tetap menjadi unit militer terbesar, tetapi untuk melaksanakan tugas-tugas strategis yang paling penting, kelompok-kelompok tentara besar diciptakan, sebagai aturan, dua atau tiga, lebih jarang dari empat tumen, dan bertindak sebagai unit tempur otonom. Perintah umum kelompok semacam itu diberikan kepada temnik yang paling terlatih, yang dalam situasi ini menjadi, seolah-olah, wakil khan sendiri.

Tuntutan dari komandan untuk kinerja misi tempur sangat besar. Bahkan Shigi-Khutuhu favoritnya, setelah ia mengalami kekalahan tak terduga dari Jalal ad-Din di Pervan, Jenghis Khan dicopot selamanya dari komando militer tertinggi.

Namun, dengan memberikan preferensi tanpa syarat kepada rekan-rekan seperjuangannya yang tepercaya, Jenghis Khan menjelaskan bahwa karier terbuka untuk semua prajuritnya, hingga posisi tertinggi. Dia berbicara tentang ini dengan tegas dalam instruksinya (bilika), yang sebenarnya menjadikan praktik seperti itu sebagai hukum negara: “Siapa pun yang dapat memimpin rumahnya dengan setia, juga dapat memimpin kepemilikan; Barangsiapa dapat mengatur sepuluh orang sesuai dengan syarat, sudah sepatutnya memberinya seribu satu tumen, dan ia dapat mengaturnya dengan baik. Dan sebaliknya, setiap komandan yang tidak melaksanakan tugasnya direndahkan, dan bahkan hukuman mati; kepala baru diangkat seseorang dari unit militer yang sama, yang paling cocok untuk posisi komando ini. Jenghis Khan juga mengeluarkan prinsip komando penting lainnya - sebuah prinsip yang mendasar dalam tentara modern, tetapi sepenuhnya dimasukkan dalam piagam tentara Eropa hanya pada abad ke-19. Yaitu, dengan tidak adanya seorang komandan karena alasan apa pun, bahkan yang paling tidak penting, seorang komandan sementara segera ditempatkan di tempatnya. Aturan ini berlaku bahkan jika bos tidak hadir selama beberapa jam. Sistem seperti itu sangat efektif dalam kondisi permusuhan yang tidak terduga. Cukup unik untuk Abad Pertengahan, dengan pujian yang tak terkendali dari kualitas pertempuran individu seorang pejuang, tampak seperti prinsip lain dari pemilihan personel komando. Aturan ini sangat mengejutkan dan dengan jelas membuktikan bakat organisasi militer Jenghis Khan sehingga layak untuk dikutip di sini secara lengkap. Jenghis Khan berkata: “Tidak ada Bahadur seperti Yesunbay, dan tidak ada orang seperti dia dalam bakat. Tetapi karena dia tidak menderita dari kesulitan kampanye dan tidak menyebabkan kelaparan dan kehausan, dia menganggap semua orang lain, nuker dan pejuang serupa dengan diri mereka sendiri dalam menanggung kesulitan, mereka tidak mampu (untuk menanggungnya). Untuk alasan ini, dia tidak cocok untuk menjadi bos. Orang yang layak menjadi seperti itu adalah orang yang sendiri tahu apa itu lapar dan haus, dan karena itu menilai keadaan orang lain, orang yang pergi di jalan dengan perhitungan dan tidak membiarkan tentara kelaparan dan merasa haus, dan ternak untuk menjadi kurus.

Dengan demikian, tanggung jawab yang dibebankan kepada para komandan pasukan sangat tinggi. Antara lain, setiap kepala tingkat junior dan menengah bertanggung jawab atas kesiapan fungsional prajuritnya: sebelum kampanye, ia memeriksa semua peralatan setiap prajurit - dari satu set senjata hingga jarum dan benang. Salah satu artikel Yasa Agung mengklaim bahwa untuk kesalahan prajuritnya - kelemahan, kesiapan yang buruk, terutama kejahatan militer - komandan dihukum dengan tindakan yang sama seperti mereka: yaitu, jika prajurit itu berada di hukuman mati, maka komandan bisa dieksekusi. Besar adalah permintaan dari komandan, tetapi tidak kalah hebatnya adalah kekuatan yang dia nikmati di unitnya. Perintah kepala suku mana pun harus dilaksanakan secara implisit. Di tentara Mongolia, sistem komando dan transmisi perintah dari atasan dinaikkan ke ketinggian yang tepat.

Kontrol operasional dalam kondisi pertempuran dilakukan dengan berbagai cara: atas perintah lisan komandan atau atas namanya melalui utusan, memberi isyarat dengan tandan dan panah bersiul yang mudah diingat, sistem sinyal suara yang dikembangkan dengan jelas yang ditransmisikan oleh pipa dan drum perang - “nakars ”. Namun, tidak hanya (dan bahkan tidak terlalu banyak) ketertiban dan disiplin yang membuat pasukan Mongol Jenghis Khan menjadi fenomena unik dalam sejarah dunia. Ini adalah perbedaan serius antara tentara Mongolia dan tentara, baik di masa lalu maupun di masa depan: mereka tidak membutuhkan komunikasi atau kereta wagon; Padahal, dalam kampanye militer, dia sama sekali tidak membutuhkan pasokan dari luar. Dan dengan alasan yang bagus, prajurit Mongol mana pun dapat mengungkapkan hal ini dengan kata-kata dari peribahasa Latin yang terkenal: "Aku membawa semuanya bersamaku."

Dalam sebuah kampanye, tentara Mongol bisa bergerak selama berbulan-bulan, dan bahkan bertahun-tahun tanpa mengangkut makanan dan pakan ternak. Kuda Mongolia itu benar-benar merumput: dia tidak membutuhkan kandang atau sekarung gandum untuk malam itu. Bahkan dari bawah salju, dia bisa mendapatkan makanannya sendiri, dan orang-orang Mongol tidak pernah tahu prinsip yang dipatuhi oleh hampir semua tentara Abad Pertengahan: "mereka tidak berperang di musim dingin." Detasemen khusus Mongol dikirim ke depan, tetapi tugas mereka bukan hanya pengintaian taktis; tetapi juga kecerdasan ekonomi - padang rumput terbaik dipilih dan tempat penyiraman ditentukan.

Ketahanan dan kesederhanaan prajurit Mongol itu luar biasa. Pada kampanye, dia puas dengan apa yang dia dapatkan dengan berburu atau merampok, jika perlu, dia bisa makan selama berminggu-minggu di atas khurutnya yang keras, yang ditampung di kantong pelana. Ketika dia benar-benar tidak punya apa-apa untuk dimakan, prajurit Mongol itu bisa makan ... darah kudanya sendiri. Dari seekor kuda Mongolia, tanpa banyak kerusakan pada kesehatannya, seseorang dapat mengambil hingga setengah liter darah. Akhirnya, kuda yang mati atau lumpuh juga bisa dimakan. Nah, pada kesempatan pertama, kawanan kuda itu diisi kembali karena ternak yang ditangkap.

Fitur-fitur inilah yang menjadikan tentara Mongolia yang paling tahan lama, paling mobile, paling independen dari kondisi eksternal dari semua tentara yang ada dalam sejarah umat manusia. Dan kita dapat mengatakan tanpa blak-blakan: pasukan seperti itu benar-benar mampu menaklukkan seluruh dunia: kemampuan tempurnya cukup memungkinkan. Sebagian besar pasukan Mongol adalah pemanah kuda bersenjata ringan. Tetapi ada kelompok penting dan signifikan lainnya dalam hal jumlah - kavaleri berat, dipersenjatai dengan pedang dan tombak. Mereka memainkan peran "Taran", menyerang dalam formasi dalam untuk menerobos formasi pertempuran musuh. Baik penunggang maupun kuda dilindungi oleh baju besi - pada awalnya kulit, dari kulit kerbau yang direbus secara khusus, yang sering dipernis untuk kekuatan yang lebih besar.

Pernis pada baju besi juga melakukan fungsi lain: dengan pukulan tidak langsung, panah atau bilah akan meluncur dari permukaan yang dipernis - oleh karena itu, misalnya, baju besi kuda hampir selalu dipernis; orang sering menjahit plakat logam di baju besi mereka. Interaksi dua cabang angkatan bersenjata yang dibawa ke otomatisme ini unik, pertempuran selalu dimulai oleh pemanah kuda. Mereka menyerang musuh dalam beberapa gelombang paralel terbuka, terus menerus menembakkan busur mereka; pada saat yang sama, para penunggang kuda dari barisan pertama, yang rusak atau telah menghabiskan persediaan panah mereka, segera digantikan oleh tentara dari barisan belakang. Kepadatan penembakan luar biasa: menurut sumber, panah Mongolia dalam pertempuran "menutupi matahari." Jika musuh tidak dapat menahan penembakan besar-besaran ini dan berbelok ke belakang, maka kavaleri ringan, yang dipersenjatai selain busur dan pedang, menyelesaikan kekalahannya sendiri. Jika musuh melakukan serangan balik, maka orang Mongol tidak menerima pertempuran jarak dekat. Taktik favorit adalah mundur untuk memancing musuh ke serangan tak terduga karena pengepungan. Pukulan ini dilakukan oleh kavaleri berat dan hampir selalu membawa kesuksesan. Fungsi pengintaian pemanah juga penting: menimbulkan serangan yang tampaknya tidak sistematis di sana-sini, dengan demikian mereka memeriksa kesiapan pertahanan musuh.

Dan arah pukulan utama sudah bergantung pada ini. Persenjataan kavaleri ringan sangat sederhana: itu adalah busur, anak panah dengan panah dan pedang. Baik para prajurit maupun kuda tidak memiliki baju besi, tetapi ini, anehnya, sama sekali tidak membuat mereka terlalu rentan. Alasan untuk ini adalah keunikan busur tempur Mongolia - mungkin senjata militer paling kuat dari seorang prajurit sebelum penemuan bubuk mesiu. Busur Mongolia berukuran relatif kecil, tetapi sangat kuat dan jangkauannya jauh. Busur Mongolia sangat kuat, dan pemanah Mongolia memiliki kekuatan fisik yang cukup besar. Ini tidak mengherankan jika kita ingat bahwa seorang anak laki-laki Mongolia menerima busur pertamanya pada usia tiga tahun, dan latihan menembak adalah hiburan favorit orang Mongol. Dalam pertempuran, prajurit Mongol, tanpa banyak kerusakan pada akurasi api, mampu menembakkan 6-8 panah per menit. Kepadatan api yang luar biasa seperti itu membutuhkan jumlah anak panah yang sangat banyak. Setiap prajurit Mongol, sebelum memulai kampanye militer, harus mempersembahkan kepada pemimpinnya "tiga tabung besar penuh anak panah". Kapasitas quiver adalah 60 anak panah.

Orang Mongol berperang dengan satu, dan jika perlu dengan dua tabung penuh - jadi, dalam pertempuran besar, amunisi prajurit adalah 120 anak panah. Panah Mongolia adalah sesuatu yang istimewa dalam diri mereka. Ada tip penusuk baju besi khusus, dan mereka juga berbeda - untuk surat berantai, untuk pelat dan baju besi kulit. Ada anak panah dengan ujung yang sangat lebar dan tajam (yang disebut "potong"), yang mampu memotong tangan, atau bahkan kepala. Kepala selalu memiliki beberapa panah sinyal bersiul. Ada jenis lain yang digunakan tergantung pada sifat pertempuran. Selama penggalian di Kremlin Nizhny Novgorod pada 2001-2002, para arkeolog menemukan lebih dari 15 jenis mata panah yang berbeda. Hampir semuanya berasal dari Mongolia (Tatar) dan berasal dari abad ke-13-14. Senjata penting lainnya dari prajurit kuda ringan adalah pedang. Bilah pedang sangat ringan, sedikit melengkung dan dipotong di satu sisi. Pedang, hampir tanpa kecuali, adalah senjata pertempuran melawan musuh yang mundur, yaitu, musuh yang melarikan diri dipotong dari belakang, tidak berharap untuk menghadapi perlawanan serius.

Setiap penunggang kuda Mongol memiliki laso bersamanya, dan seringkali bahkan beberapa. Senjata Mongol yang mengerikan ini menakutkan musuh - mungkin tidak kurang dari panahnya. Meskipun pemanah kuda adalah kekuatan utama tentara Mongol, ada banyak informasi tentang penggunaan berbagai macam senjata. Tombak-panah lempar kecil sangat banyak digunakan, yang dalam penanganannya orang-orang Mongol benar-benar ahli. Pemilik baju besi secara aktif menggunakan senjata tangan berat, yang memberikan keuntungan dalam pertempuran kontak: kapak dan tongkat perang, tombak dengan bilah panjang dan lebar. Mustahil untuk tidak mengatakan tentang yang paling, mungkin, senjata utama prajurit Mongol mana pun. Ini adalah kuda Mongolia yang terkenal. Kuda Mongolia berukuran sangat kecil. Tingginya di layu biasanya tidak melebihi satu meter tiga puluh lima sentimeter, dan beratnya berkisar antara dua ratus hingga tiga ratus kilogram. Seekor kuda Mongolia yang ringan, tentu saja, tidak dapat dibandingkan dalam hal kekuatan pukulan serudukan dengan kuda ksatria yang sama. Tetapi orang-orang Mongol sangat terbantu oleh satu kualitas penting yang melekat pada kuda stepa mereka: secara signifikan lebih rendah kecepatannya daripada kuda-kuda musuh, mereka memiliki daya tahan yang hampir luar biasa. Kuda Mongolia bertahan selama berjam-jam pertempuran dan pendakian yang sangat panjang dengan mudah yang belum pernah terjadi sebelumnya. Kecakapan tertinggi kuda Mongolia juga penting. Prajurit Mongolia dan kudanya bertindak sebagai satu makhluk dalam pertempuran. Kuda itu menuruti sedikit perintah pemiliknya. Dia mampu melakukan tipuan dan manuver yang paling tak terduga. Hal ini memungkinkan orang Mongol, bahkan selama mundur, untuk menjaga ketertiban dan kualitas pertempuran: mundur dengan cepat, tentara Mongol bisa langsung berhenti dan segera melakukan serangan balik atau menembakkan panah ke musuh. Fakta yang menakjubkan: kuda Mongolia tidak pernah diikat atau tertatih-tatih. Kuda-kuda Mongolia tidak pernah meninggalkan pemiliknya, secara umum, pemiliknya yang agak keras.

Dimulai dengan kampanye Cina, unit infanteri muncul di tentara, yang digunakan selama pengepungan. Kelompok ini adalah "kerumunan pengepungan" atau, dalam bahasa Mongolia, "khashar", yang dikenal luas dalam sejarah. Ini hanyalah populasi sipil besar dari negara yang ditaklukkan yang didorong ke satu tempat. Massa orang seperti itu digunakan terutama selama pengepungan benteng dan kota oleh bangsa Mongol. Teknik pengepungan bangsa Mongol sangat beragam. Kami mencatat di sini berbagai perangkat lempar: pelempar batu pusaran, ketapel, pelempar panah, mesin pelempar batu yang kuat. Perangkat pengepungan lain dari berbagai jenis juga tersedia: tangga serbu dan menara serbu, pendobrak dan "kubah serbu" (tampaknya, tempat perlindungan khusus untuk prajurit yang menggunakan ram), serta "api Yunani" (kemungkinan besar campuran Cina dari berbagai minyak yang mudah terbakar ) dan bahkan biaya bubuk. Unit struktural penting lainnya dari pasukan Mongol adalah sekelompok "detasemen pengintai" yang cukup besar dari prajurit kuda ringan. Tugas mereka juga termasuk "pembersihan" massal penduduk di sepanjang rute tentara, sehingga tidak ada yang bisa memperingatkan musuh tentang kampanye Mongol. Mereka juga menjelajahi kemungkinan rute sebelumnya, menentukan tempat berkemah untuk tentara, dan mencari padang rumput yang cocok dan tempat minum untuk kuda. Kisah prinsip-prinsip strategi dan pelatihan militer di antara bangsa Mongol tidak akan lengkap, jika tidak dikatakan tentang fenomena yang sangat aneh, yang sebenarnya memainkan peran latihan militer skala penuh. Kita berbicara tentang perburuan batu yang terkenal. Atas perintah Jenghis Khan, perburuan semacam itu diadakan sekali atau dua kali setahun, oleh seluruh pasukan. Tanpa gagal, perburuan batu digunakan selama kampanye militer dan melakukan dua tugas: pengisian kembali persediaan makanan oleh tentara dan peningkatan keterampilan tempur dan taktis para prajurit Mongol. Di akhir topik seni militer Mongolia, perlu dikatakan tentang subjek khusus seperti peralatan (bukan pertempuran) prajurit Mongolia. Dalam banyak hal, amunisi inilah yang menjadikan tentara Mongol seperti sekarang ini - "tak terkalahkan dan legendaris". Mari kita mulai dengan pakaiannya. Pakaian prajurit Mongol sederhana dan murni fungsional. Di musim panas - celana wol domba dan jubah Mongolia yang terkenal. Sepatu bot, yang bagian bawahnya terbuat dari kulit, dan bagian atasnya terbuat dari kain kempa, berfungsi sebagai alas kaki sepanjang tahun. Sepatu bot ini sedikit mirip dengan sepatu bot Rusia, tetapi jauh lebih nyaman karena tidak takut lembab. Sepatu bot musim dingin bisa dibuat dari bahan yang lebih tebal dan mampu menahan embun beku apa pun. Selain itu, di musim dingin, topi bulu dengan penutup telinga dan mantel bulu berlipat ganda di bawah lutut ditambahkan ke pakaian Mongol - dengan wol baik di dalam maupun di luar. Sangat mengherankan bahwa setelah penaklukan Cina, banyak prajurit Mongol mulai memakai pakaian dalam sutra. Tapi tidak sama sekali untuk mengesankan para wanitanya. Faktanya adalah bahwa sutra cenderung tidak ditembus dengan panah, tetapi ditarik ke dalam luka bersama dengan ujungnya. Tentu saja, jauh lebih mudah untuk mengeluarkan panah seperti itu dari luka: Anda hanya perlu menarik ujung-ujung linen sutra ini. Ini adalah operasi orisinal. Item peralatan wajib termasuk satu set lengkap harness, kikir atau rautan khusus untuk mengasah panah, penusuk, batu api, pot tanah liat untuk memasak, tas kulit dua liter dengan koumiss (selama kampanye itu juga digunakan sebagai wadah untuk air). Dalam dua kantong pelana, persediaan bahan makanan darurat disimpan: di satu - potongan daging yang dikeringkan di bawah sinar matahari, di khurut lainnya. Selain itu, perlengkapannya juga berupa kantong air berukuran besar yang biasanya terbuat dari kulit sapi. Penggunaannya multifungsi: saat mendaki, bisa berfungsi sebagai selimut biasa dan seperti kasur; saat melintasi padang pasir, itu digunakan sebagai wadah untuk persediaan air yang besar.

Dan, akhirnya, dipompa dengan udara, itu menjadi sarana yang sangat baik untuk menyeberangi sungai; menurut sumber, bahkan penghalang air yang serius seperti Volga, bangsa Mongol diatasi dengan bantuan perangkat sederhana ini. Dan penyeberangan instan Mongol seperti itu sering juga menjadi kejutan bagi tim bertahan. Peralatan yang dipikirkan dengan matang seperti itu membuat prajurit Mongol siap menghadapi segala perubahan nasib militer. Dia dapat bertindak sepenuhnya secara mandiri dan dalam kondisi yang paling sulit - misalnya, dalam cuaca beku yang parah atau tanpa makanan sama sekali di padang rumput yang sepi. Dan dikalikan dengan disiplin tinggi, mobilitas, dan daya tahan pengembara, itu menjadikan tentara Mongolia sebagai alat tempur paling canggih pada masanya, yang mampu menyelesaikan tugas-tugas militer dengan tingkat kerumitan apa pun.

Selama setengah abad perang terus menerus
wilayah dari Laut Kuning ke laut
Jenghis Khan Hitam menaklukkan 720 orang.
Hanya dalam perlindungan pribadi komandan
ada 10 ribu penunggang kuda; sendiri
tentara berjumlah 120.000
manusia, dan jika perlu orang Mongol
bisa memasang 300,000th
tentara.
Bangsa Mongol adalah penggembala. Jadi
tentara mereka dipasang. Penunggangnya luar biasa
memegang busur, tombak, pedang.
Tombak dilengkapi dengan kait untuk
menarik musuh dari kuda.
Panah dengan ujung yang mengeras
pasukan kavaleri menembaki tentara yang dilindungi
baju besi, panah ringan
digunakan dalam menembaki jarak yang tidak terlindungi
sasaran.
Untuk memudahkan pengelolaannya
pertempuran, detasemen mengenakan pakaian tertentu
warna, kuda dalam regu dipilih
satu setelan.
Bangsa Mongol menghindari pertempuran frontal
dan pertarungan tangan kosong. Mereka menyerang
sayap dan belakang musuh, diatur
penyergapan, retret palsu.
Biksu Italia Plano Carpini, yang mengunjungi
di Mongolia pada tahun 1246, jadi
berbicara tentang taktik mereka: “Anda perlu tahu
bahwa setiap kali mereka melihat musuh,
mereka menyerang mereka dan semua orang melempar
tiga atau empat anak panah lawan mereka;
dan jika mereka melihat bahwa mereka tidak bisa
menang, maka mereka mundur kembali ke mereka sendiri.
Dan mereka melakukannya demi penipuan, sehingga
musuh mengejar mereka ke tempat-tempat di mana
mereka melakukan penyergapan...
Pemimpin atau komandan pasukan
bergabung dalam pertarungan, tetapi berdiri jauh melawan
pasukan musuh dan ada di samping mereka
kuda-kuda para pemuda, serta wanita ... Terkadang
mereka membuat gambar orang dan
menempatkan mereka di atas kuda; ini yang mereka lakukan
untuk membuatmu berpikir tentang
sejumlah besar pejuang ...
Di hadapan musuh, mereka mengirim detasemen tahanan ... mungkin bersama mereka
beberapa Tatar juga datang. Unit sendiri
mereka mengirim paling kanan dan
di sebelah kiri, sehingga lawan tidak melihatnya,
dan dengan demikian mengelilingi lawan
dan tutup di tengah; dan dengan demikian
mereka mulai berkelahi dengan semua orang
Pihak ... Dan jika kebetulan lawan
bertarung dengan sukses, lalu Tatar mengatur
mereka jalan keluar, dan sekaligus,
bagaimana mereka mulai berlari dan berpisah
dari satu sama lain, mereka mengejar mereka dan kemudian
lebih banyak yang terbunuh saat melarikan diri,
daripada yang bisa mereka bunuh dalam perang.
Tentara Mongol itu kejam
disiplin. “Jika dari sepuluh orang
berjalan sendiri, atau dua, atau tiga, atau bahkan
lagi, mereka semua dihukum mati,
dan jika kesepuluhnya berjalan, dan tidak ada yang lain lari
seratus, lalu semuanya dihukum mati; dan dengan mengatakan
singkatnya, jika mereka tidak mundur bersama-sama,
maka semua yang lari dihukum mati.
Demikian pula, jika satu, atau dua, atau
lebih berani memasuki pertempuran, dan sepuluh
yang lain tidak diikuti, mereka juga dihukum mati,
dan jika dari sepuluh mereka jatuh ke dalam
satu atau lebih ditangkap, kawan lainnya
jangan lepaskan mereka, maka mereka juga
dibunuh."
Mongol di Cina dan Persia mengambil alih
menangkap banyak spesialis militer. Jadi
semua peralatan militer saat itu
mereka dipersenjatai. Ketapel mereka
melemparkan batu seberat sepuluh pon.
Mereka menghancurkan dinding benteng dengan domba jantan,
dibakar dengan bom minyak atau
diledakkan dengan mesiu. Putra
Jenghis Khan Tului di pengepungan Merv in
Asia Tengah menggunakan 3 ribu balista,
300 ketapel, 700 mesin lempar
pot dengan campuran yang mudah terbakar, 4 ribu
tangga penyerangan.
Karena kami menyebutkan Merv, kami tidak bisa
belum lagi pemusnahan massal
penduduknya, ketika kota di 1221
menjatuhkan. Para penakluk berjuang selama tiga belas hari
menghitung orang mati.
Pengalaman militer. kelas utama
senjata. Disiplin besi. tak habis-habisnya
cadangan. Kekuatan bersatu. Di Sini
musuh apa yang harus dihadapi
tentara Rusia.

Pertanyaan tentang jumlah tentara Mongol selama kampanye melawan Eropa Timur adalah salah satu pertanyaan yang paling tidak jelas dalam sejarah invasi. Kurangnya indikasi langsung dari sumber yang dapat dipercaya menyebabkan penentuan ukuran pasukan Batu yang sewenang-wenang oleh berbagai sejarawan. Satu-satunya hal yang disepakati oleh para peneliti adalah pengakuan dari sejumlah besar gerombolan Batu.

Sebagian besar sejarawan pra-revolusioner Rusia menentukan jumlah gerombolan yang dipimpin oleh Batu untuk menaklukkan Rusia pada 300 ribu orang, dan bersama dengan detasemen orang-orang yang ditaklukkan selama pergerakan bangsa Mongol ke Volga - bahkan setengah juta. Sejarawan Soviet tidak secara khusus membahas masalah jumlah pasukan Batu. Mereka berfokus pada angka 300 ribu orang, tradisional dalam historiografi Rusia, atau membatasi diri pada pernyataan sederhana tentang fakta bahwa tentara Mongol sangat banyak.

Sumber berbicara sedikit dan samar-samar tentang ukuran pasukan Mongol-Tatar. Penulis sejarah Rusia membatasi diri pada indikasi bahwa bangsa Mongol maju "dengan kekuatan berat", "ada banyak sekali orang, seperti makan rumput." Tentang cara yang sama mereka katakan tentang tentara Batu dan sumber-sumber Armenia. Catatan orang Eropa - orang-orang sezaman dengan invasi memberikan angka yang benar-benar fantastis. Plano Carpini, misalnya, menentukan kekuatan tentara Batu, yang mengepung Kyiv, sebanyak 600.000 orang; penulis sejarah Hongaria Simon mengklaim bahwa "500 ribu bersenjata" menyerbu Hongaria dengan Batu.

Penulis Timur sangat melebih-lebihkan ukuran tentara Mongol. Namun, masih mungkin untuk memperkirakan jumlah pasukan Batu sebelum invasi ke Eropa Timur, berdasarkan bukti sejarawan Persia Rashid-ad-Din, yang dekat dengan markas besar Mongol dan tampaknya memiliki akses ke dokumen-dokumen kantor kekaisaran Mongol, serta berbagai data tidak langsung.

Jilid pertama Rashid ad-Din's Collection of Chronicles memberikan daftar rinci tentang pasukan Mongol yang sebenarnya, yang tersisa setelah kematian Jenghis Khan dan dibagi olehnya di antara ahli warisnya. Secara total, Jenghis Khan mendistribusikan pasukan Mongol ke "seratus dua puluh sembilan ribu orang" di antara "putra, saudara, dan keponakan". Daftar terperinci pasukan Mongol, pembagian mereka menjadi ribuan dan bahkan ratusan, menunjukkan nama dan silsilah para pemimpin militer, daftar ahli waris dan tingkat hubungan mereka dengan khan agung - semua ini membuktikan sifat dokumenter Rashid ad Informasi -Din. Kesaksian Rashid-ad-Din sampai batas tertentu dikonfirmasi oleh sumber lain yang kredibel - kronik feodal Mongolia abad ke-13. Jadi, ketika menentukan jumlah pasukan Batu, seseorang tampaknya dapat melanjutkan dari data ini.

Menurut Rashid-ad-Din dan Juvayni, pangeran Chingizid berikut mengambil bagian dalam kampanye Batu melawan Rusia: Batu, Buri, Orda, Shiban, Tangut, Kadan, Kulkan, Monke, Bujik, Baydar, Mengu, Buchek dan Guyuk.

Menurut kehendak Jenghis Khan, "pangeran" yang berpartisipasi dalam kampanye tersebut dialokasikan sekitar 40-45 ribu pasukan Mongol. Tetapi jumlah pasukan Batu tentu saja tidak terbatas pada angka ini. Selama kampanye, orang-orang Mongol terus-menerus memasukkan detasemen orang-orang yang ditaklukkan ke dalam pasukan mereka, mengisi kembali "ratusan" Mongolia dengan mereka dan bahkan menciptakan korps khusus dari mereka. Sulit untuk menentukan berat spesifik detasemen Mongol yang tepat dalam gerombolan multi-suku ini. Plano Carpini menulis bahwa pada 40-an abad XIII. di pasukan Batu Mongol, ada sekitar 74 (160 ribu orang Mongol dan hingga 450 ribu prajurit dari orang-orang yang ditaklukkan). Dapat diasumsikan bahwa pada malam invasi Eropa Timur, bangsa Mongol agak lebih besar, sebelum Uz, karena kemudian sejumlah besar Alan, Kypchaks, dan Bulgar bergabung dengan gerombolan Batu. Berdasarkan rasio ini, jumlah total pasukan Batu pada malam invasi bisa sangat ditentukan sekitar 120-140 ribu tentara.

Angka-angka ini dikonfirmasi oleh sejumlah data tidak langsung. Biasanya, khan "Chingizid" memerintahkan "tumen" dalam kampanye, yaitu detasemen 10 ribu penunggang kuda. Jadi, misalnya, selama kampanye Mongol Khan Hulagu ke Bagdad: sebuah sumber Armenia menyebutkan "7 putra khan, masing-masing dengan satu tentara." Kampanye Batu melawan Eropa Timur dihadiri oleh 12-14 khan "Genghisid", yang dapat memimpin 12-14 pasukan Tumen, yaitu, sekali lagi, 120-140 ribu tentara. Akhirnya, kekuatan Juchi ulus, bahkan dengan pasukan Mongol pusat yang terlibat dalam kampanye, hampir tidak dapat melebihi pasukan gabungan Jenghis Khan sebelum invasi ke Asia Tengah, yang jumlahnya ditentukan oleh berbagai sejarawan dalam kisaran dari 120 menjadi 200 ribu orang.

Jadi, tampaknya mustahil bagi kita untuk berasumsi bahwa ada 300 ribu orang (belum lagi setengah juta) dalam pasukan Mongol sebelum invasinya ke Eropa Timur. 120-140 ribu orang, tentang sumber mana yang berbicara, adalah pasukan yang sangat besar untuk waktu itu. Dalam kondisi abad ke-13, ketika pasukan yang terdiri dari beberapa ribu orang mewakili kekuatan yang signifikan, lebih dari yang tidak dapat diajukan oleh kerajaan dan kota feodal individu, lebih dari seratus ribu pasukan Mongol, disatukan oleh satu komando, memiliki kualitas pertempuran yang baik dan pengalaman dalam operasi militer dengan massa kuda yang besar, memberikan keunggulan luar biasa Batu atas milisi feodal dan beberapa regu pangeran Rusia.

2

Taktik dan senjata Mongol dibahas dalam sejumlah karya khusus sejarawan militer dan di bagian yang sesuai dari karya sejarah umum. Tanpa mengulanginya, kami membatasi diri pada poin-poin utama yang diperlukan untuk menjelaskan tindakan militer bangsa Mongol selama invasi Batu ke Rusia.

F. Engels merujuk pasukan Mongol ke "kavaleri ringan bergerak dari Timur" dan menulis tentang keunggulannya atas kavaleri ksatria berat. Dari esensi tentara Mongol sebagai "kavaleri ringan dan bergerak" mengikuti fitur taktik dan metode perangnya.

Taktik bangsa Mongol bersifat ofensif. Orang-orang Mongol berusaha untuk memberikan pukulan kejutan pada musuh yang terkejut, untuk mengacaukan dan memperkenalkan perpecahan ke dalam barisannya, menggunakan cara militer dan diplomatik murni. Bangsa Mongol menghindari pertempuran frontal besar sejauh mungkin, menghancurkan musuh sepotong demi sepotong, melelahkannya dengan pertempuran kecil yang tak henti-hentinya dan serangan mendadak.

Invasi biasanya didahului dengan pengintaian menyeluruh dan persiapan diplomatik yang bertujuan untuk mengisolasi musuh dan mengobarkan perselisihan internal. Lalu ada konsentrasi tersembunyi pasukan Mongolia di dekat perbatasan. Invasi negara musuh biasanya dimulai dari sisi yang berbeda, dengan detasemen terpisah, menuju, sebagai suatu peraturan, ke satu titik yang telah diamati sebelumnya. Dalam upaya terutama untuk menghancurkan tenaga musuh dan merampas kesempatannya untuk mengisi kembali pasukan, orang-orang Mongol menembus jauh ke dalam negeri, menghancurkan segala sesuatu di jalan mereka, memusnahkan penduduk dan mengusir ternak. Detasemen pengamatan ditempatkan di benteng dan kota berbenteng, menghancurkan lingkungan sekitar dan bersiap untuk pengepungan.

Dengan mendekatnya pasukan musuh, detasemen individu Mongol dengan cepat berkumpul dan mencoba menyerang dengan sekuat tenaga, secara tak terduga dan, jika mungkin, sampai pasukan musuh benar-benar terkonsentrasi. Untuk pertempuran, orang-orang Mongol dibangun dalam beberapa baris, memiliki cadangan kavaleri Mongol yang berat, dan di barisan depan - formasi dari orang-orang yang ditaklukkan dan pasukan ringan. Pertempuran dimulai dengan lemparan panah, yang dengannya orang-orang Mongol berusaha membawa kebingungan ke barisan musuh. Dalam pertarungan satu lawan satu, kavaleri ringan berada dalam posisi yang kurang menguntungkan, dan pasukan Mongol jarang menggunakannya. Pertama-tama, mereka berusaha menerobos bagian depan musuh dengan pukulan mendadak, membaginya menjadi beberapa bagian, secara luas menggunakan cakupan sayap, serangan sayap dan belakang.

Kekuatan tentara Mongol adalah kepemimpinan pertempuran yang berkelanjutan. Khan, temnik, dan ribu tidak bertarung bersama dengan tentara biasa, tetapi berada di belakang formasi, di tempat-tempat tinggi, mengarahkan pergerakan pasukan dengan bendera, sinyal cahaya dan asap, sinyal pipa dan drum yang sesuai.

Taktik Mongol berhubungan dengan senjata mereka. Prajurit Mongol adalah seorang pengendara, gesit dan cepat, mampu melakukan pawai besar dan serangan mendadak. Menurut orang-orang sezamannya, bahkan massa pasukan Mongolia, jika perlu, dapat melakukan pawai setiap hari hingga 80 ayat. Senjata utama bangsa Mongol adalah busur dan anak panah, yang dimiliki setiap prajurit. Selain itu, persenjataan prajurit termasuk kapak dan tali untuk menyeret mesin pengepungan. Senjata yang sangat umum adalah tombak, seringkali dengan kail untuk menarik musuh dari kuda, dan perisai. Hanya sebagian tentara yang memiliki pedang dan senjata pertahanan berat, terutama staf komandan dan kavaleri berat, yang terdiri dari orang-orang Mongol sendiri. Pukulan kavaleri Mongol yang berat biasanya menentukan hasil pertempuran.

Bangsa Mongol dapat melakukan perjalanan panjang tanpa mengisi kembali persediaan air dan makanan mereka. Daging kering, "krut" (keju yang dikeringkan di bawah sinar matahari), yang dimiliki semua prajurit dalam jumlah tertentu, serta ternak yang secara bertahap disuling setelah tentara, memberi orang Mongol makanan bahkan selama perjalanan panjang melalui gurun atau perang- daerah yang rusak.

Dalam literatur sejarah, taktik Mongol kadang-kadang didefinisikan sebagai "taktik pengembara" dan dikontraskan dengan seni militer yang lebih maju dari "masyarakat menetap" (M. Ivanin, N. Golitsin). Ini tidak sepenuhnya benar jika kita berbicara tentang taktik Mongol-Tatar pada tahun-tahun terakhir kehidupan Jenghis Khan atau saat invasi Batu ke Eropa Timur. Tentu saja, taktik kavaleri Mongol memiliki ciri khas masyarakat nomaden, tetapi seni militer Tatar Mongol tidak terbatas pada ini. Bangsa Mongol mengadopsi banyak metode perang dari Cina, terutama metode pengepungan kota, yang melampaui "taktik pengembara". Bangsa Mongol dicirikan oleh penggunaan semua peralatan pengepungan modern (domba jantan, mesin lempar, "api Yunani", dll.), Dan dalam skala terbesar. Banyak insinyur Cina dan Persia, yang terus-menerus berada di pasukan Mongol, memberi para penakluk mesin pengepungan dalam jumlah yang cukup. Seperti yang dilaporkan D "Osson, selama pengepungan kota Nishabur di Asia Tengah, orang-orang Mongol menggunakan 3000 ballista, 300 ketapel, 700 mesin untuk melempar pot minyak, 400 tangga, 2500 gerobak batu. Orang Cina (Yuan-shih) berulang kali laporan tentang penggunaan besar-besaran mesin pengepungan oleh sumber-sumber Mongol, Persia (Rashid-ad-Din, Juvaini) dan Armenia ("Sejarah Kirakos"), serta bukti dari orang-orang Eropa sezaman (Plano Carpini, Marco Polo).

Penting untuk dicatat satu sisi lagi dari seni militer bangsa Mongol - pengintaian menyeluruh dari teater operasi militer di masa depan. Sebelum memulai perang, orang-orang Mongol melakukan pengintaian strategis yang mendalam, menemukan situasi internal dan kekuatan militer negara itu, menjalin hubungan rahasia, mencoba memenangkan yang tidak puas dan memisahkan pasukan musuh. Tentara Mongol termasuk pejabat khusus, "yurtji", yang terlibat dalam intelijen militer dan studi teater operasi militer. Tugas mereka termasuk: untuk menemukan kamp pengembara musim dingin dan musim panas, untuk menunjuk tempat berkemah selama kampanye, untuk mengetahui rute pergerakan pasukan, kondisi jalan, persediaan makanan dan air.

Eksplorasi teater operasi masa depan dilakukan dengan berbagai metode dan seringkali jauh sebelum dimulainya perang. Kampanye pengintaian adalah metode pengintaian yang sangat efektif. 14 tahun sebelum invasi Batu, tentara Subedei dan Jebe merambah jauh ke barat, yang pada intinya mengikuti jalan penaklukan di masa depan dan mengumpulkan informasi tentang negara-negara Eropa Timur. Kedutaan adalah sumber informasi yang sangat penting tentang negara-negara tetangga. Kita tahu tentang kedutaan Tatar yang melewati Rusia tepat sebelum invasi: seorang misionaris Hongaria abad ke-13. Julian melaporkan bahwa duta besar Tatar mencoba melewati Rusia ke raja Hongaria Bela IV, tetapi ditahan oleh Grand Duke Yuri Vsevolodovich di Suzdal. Dari pesan yang diambil dari duta besar Tatar dan diterjemahkan oleh Julian, diketahui bahwa ini jauh dari kedutaan Tatar pertama di barat: "Saya mengirim duta besar kepada Anda untuk ketiga puluh kalinya," tulis Batu kepada Raja Bela.

Sumber informasi militer lainnya adalah para pedagang yang mengunjungi negara-negara yang menarik bagi bangsa Mongol dengan karavan dagang. Diketahui bahwa di Asia Tengah dan negara-negara Transkaukasia, bangsa Mongol berusaha memenangkan para pedagang yang terkait dengan perdagangan transit. Karavan dari Asia Tengah terus-menerus pergi ke Volga Bulgaria dan selanjutnya, ke kerajaan Rusia, memberikan informasi berharga kepada orang Mongol. Di antara orang Mongol ada orang yang tahu bahasa dengan sangat baik, yang berulang kali bepergian dengan instruksi ke negara tetangga. Julian melaporkan, misalnya, bahwa selama perjalanan ke Eropa Timur ia secara pribadi bertemu "duta besar pemimpin Tatar, yang tahu bahasa Hongaria, Rusia, Teutonik, Cuman, Serac, dan Tatar" .

Setelah bertahun-tahun pengintaian, Tatar Mongol sangat menyadari situasi di kerajaan Rusia dan fitur teater operasi militer di Rusia Timur Laut. Hal inilah yang dapat menjelaskan pemilihan musim dingin sebagai waktu yang paling tepat untuk menyerang Rusia Timur Laut. Biksu Hungaria Julian, yang lewat di dekat perbatasan selatan kerajaan Rusia pada musim gugur 1237, secara khusus mencatat bahwa Tatar “menunggu bumi, sungai, dan rawa membeku dengan awal musim dingin, setelah itu akan mudah untuk seluruh orang Tatar untuk mengalahkan seluruh Rusia, negara Rusia”.

Batu juga tahu betul tentang negara bagian Eropa Tengah, misalnya tentang Hongaria. Mengancam raja Hongaria Bela IV, ia menulis: "Tetapi Anda, yang tinggal di rumah-rumah, memiliki kastil dan kota, bagaimana Anda bisa lolos dari tangan saya?"

Arah kampanye Mongol-Tatar selama invasi Rusia di sepanjang rute komunikasi yang nyaman, jalan memutar yang terencana dan serangan sayap, "serangan" muluk yang menangkap ribuan kilometer ruang angkasa dan bertemu pada satu titik - semua ini hanya bisa dijelaskan oleh kenalan baik para penakluk dengan teater operasi militer.

Kekuatan apa yang bisa ditentang Rusia feodal terhadap 1500 tentara Mongol?

Kronik Rusia tidak memuat jumlah total pasukan Rusia pada malam invasi Batu. cm. Solovyov percaya bahwa Rusia Utara dengan wilayah Novgorod, Rostov dengan Beloozero, Murom dan Ryazan dapat menempatkan 50 ribu tentara jika terjadi bahaya militer; “Rusia Selatan dapat menempatkan jumlah yang sama,” yaitu, sekitar 100 ribu tentara secara total. Sejarawan militer Soviet A.A. Strokov mencatat bahwa "dalam bahaya yang luar biasa, Rusia dapat menempatkan lebih dari 100 ribu orang."

Tetapi tidak hanya jumlah pasukan Rusia yang tidak mencukupi yang telah menentukan kekalahan dalam perang dengan penakluk Mongol-Tatar. Faktor utama yang menentukan kelemahan militer Rusia adalah fragmentasi feodal dan sifat feodal angkatan bersenjata Rusia yang terkait dengannya. Pasukan pangeran dan kota tersebar di wilayah yang luas, pada kenyataannya mereka tidak terhubung satu sama lain, dan konsentrasi kekuatan yang signifikan menemui kesulitan besar. Fragmentasi feodal Rusia memungkinkan banyak dan disatukan oleh satu komando tentara Mongol untuk memecah rati Rusia yang tersebar di beberapa bagian.

Dalam literatur sejarah, sebuah ide telah berkembang tentang angkatan bersenjata kerajaan Rusia sebagai tentara yang lebih unggul dari kavaleri Mongol dalam hal senjata, taktik dan formasi tempur. Seseorang tidak bisa tidak setuju dengan ini ketika datang ke regu pangeran. Memang, pasukan pangeran Rusia adalah pasukan yang sangat baik pada waktu itu. Persenjataan prajurit Rusia, baik ofensif maupun defensif, terkenal jauh melampaui perbatasan Rusia. Penggunaan baju besi berat - surat berantai dan "baju besi" sangat besar. Bahkan seorang pangeran kelas satu yang jauh dari Yuri Vladimirovich Belozersky dapat menempatkan, menurut penulis sejarah, "seribu unit lapis baja dari regu Belozersky." Kronik penuh dengan cerita tentang rencana taktis yang kompleks, kampanye yang terampil, dan penyergapan pasukan pangeran Rusia.

Namun untuk membatasi diri dalam menilai angkatan bersenjata Rusia di pertengahan abad XIII. hanya dengan menyatakan fakta seni militer tinggi dan persenjataan pasukan pangeran Rusia, berarti mempertimbangkan fenomena itu secara sepihak. Untuk semua kualitas bertarung mereka yang luar biasa, regu pangeran biasanya tidak melebihi beberapa ratus orang. Jika jumlah seperti itu cukup untuk perang internecine, maka ini tidak cukup untuk pertahanan terorganisir seluruh negara dari musuh yang kuat. Selain itu, bahkan bahan tempur yang sangat baik seperti regu pangeran, karena sifat feodal pasukan Rusia, tidak banyak berguna untuk massa besar aksi, di bawah satu komando, menurut satu rencana. Sifat feodal regu pangeran, bahkan dalam kasus konsentrasi pasukan yang signifikan, mengurangi nilai tempur tentara. Jadi, misalnya, dalam pertempuran di Sungai Kalka, ketika pasukan pangeran Rusia tidak dapat berhasil, terlepas dari keunggulan jumlah mereka.

Jika regu pangeran dapat dianggap sebagai pasukan yang lebih unggul dalam persenjataan daripada kavaleri Mongol, maka ini tidak dapat dikatakan tentang bagian utama, paling banyak dari angkatan bersenjata Rusia - milisi perkotaan dan pedesaan, yang direkrut pada saat yang terbesar. bahaya. Pertama-tama, milisi lebih rendah daripada pengembara dalam persenjataan. A.V. Artsikhovsky menunjukkan pada bahan penggalian gundukan pemakaman di wilayah Leningrad bahwa dalam penguburan penduduk pedesaan - kontingen utama dari mana milisi direkrut - "pedang, senjata prajurit profesional, sangat langka"; hal yang sama berlaku untuk senjata pertahanan berat. Senjata smerd dan warga kota yang biasa adalah kapak ("senjata kampungan"), tombak, lebih jarang - tombak. Menyerah kepada Tatar sebagai senjata, milisi feodal, yang direkrut dengan tergesa-gesa dari petani dan penduduk kota, tentu saja kalah dengan kavaleri Mongol dalam hal kemampuan menggunakan senjata.

Mereka tidak bisa menjadi hambatan yang tidak dapat diatasi bagi para penakluk Mongol-Tatar dan penguatan kota-kota Rusia. Pertama-tama, kota-kota Rusia abad XIII. memiliki populasi yang relatif kecil. Menurut M.N. Tikhomirov, yang terbesar dari mereka (Novgorod, Chernigov, baik Vladimir, Galich, Kyiv) berjumlah 20-30 ribu jiwa dan dapat menempatkan 3-5 ribu tentara jika terjadi bahaya besar; Rostov, Suzdal, Ryazan, Pereyaslavl-Rusia bahkan lebih kecil, dan "populasi kota-kota lain jarang melebihi 1000 orang"