Pada tanggal 3 September 1260, salah satu pertempuran penting dalam sejarah dunia terjadi di Palestina dekat kota Ain Jalut. Tentara Mesir di bawah pimpinan Sultan Kutuz dan Emir Baybars mengalahkan tentara Tatar-Mongol yang dipimpin oleh komandan Naiman Kitbuka (Kitbuga). Bangsa Mongol mengalami kekalahan telak untuk pertama kalinya, menghentikan ekspansi mereka di Timur Tengah. Selama setengah abad sebelumnya, mereka memenangkan semua pertempuran besar dengan semua lawan mereka - ksatria Cina, Persia, Arab, Cuman, Bulgar, Rusia, dan Eropa, berkat itu mereka berhasil menaklukkan hampir seluruh Eurasia, dari Indochina hingga Hongaria dan Polandia. Ada legenda tentang tak terkalahkannya Tatar-Mongol, tetapi Mamluk Mesir, mungkin karena ketidaktahuan mereka, tidak takut pada musuh yang begitu tangguh.
Menariknya, Kitbuka adalah seorang Kristen. Orang-orang Kristen merupakan bagian penting dari pasukannya, yang tidak mencegahnya untuk bertindak dengan kekejaman yang khas dari Horde. Pada tahun 1258, Kitbuka dipimpin oleh salah satu tumen yang merebut Bagdad, menghancurkannya hingga rata dengan tanah dan membantai seluruh penduduk kota. Menurut berbagai perkiraan, bangsa Mongol kemudian membunuh 90 hingga 200 ribu orang. Setelah itu, “berlian berkilau Mesopotamia” menjadi tidak berpenghuni untuk waktu yang lama dan tidak pernah bisa mendapatkan kembali kehebatannya.
Pada tahun 1259 giliran Suriah. Tentara berkekuatan 70.000 orang yang dipimpin oleh Khan Hulagu menyerbunya dari timur laut dan merebut Damaskus, Aleppo, Baalbek dan Sidon. Terhadap penduduk Aleppo, yang dengan keras kepala membela diri, bangsa Mongol melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan terhadap orang Bagdad, hanya menyisakan satu ahli perhiasan yang masih hidup. Tampaknya nasib yang sama akan segera menanti kota-kota lain di Suriah dan Palestina, tetapi pada bulan Juni 1260, berita kematian mendadak Mongke, Khan Agung Kekaisaran Mongol, sampai ke Hulagu. Hulagu dengan sebagian besar tentaranya buru-buru berangkat ke timur untuk ikut memperebutkan takhta, meninggalkan 20 ribu tentara di Suriah di bawah komando Kitbuki. Dia segera harus membayar mahal atas kesombongan dan meremehkan musuh.
Namun, Kitbuka awalnya berhasil: ia menyerbu Samaria, dengan mudah merebut Nablus, dan kemudian Gaza. Percaya diri dengan kemampuannya, ia mengirimkan utusan ke Sultan Kairo Kutuz dengan ultimatum berikut:
Yang Mulia memilih Jenghis Khan dan keluarganya, dan memberi kita semua negara di bumi. Semua orang tahu bahwa setiap orang yang menolak untuk menaati kami tidak ada lagi bersama istri, anak, kerabat, dan budaknya. Rumor tentang kekuatan kita yang tak terbatas menyebar seperti kisah Rustem dan Isfendiyar. Jadi, jika Anda tunduk kepada kami, maka kirimkan upeti, muncullah sendiri dan minta untuk mengirimkan gubernur kami kepada Anda, dan jika tidak, maka bersiaplah untuk perang.
Kutuz, yang sebelumnya tidak pernah berkomunikasi dengan bangsa Mongol, sangat marah atas kelancangan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Korban pertama dari kemarahan Sultan adalah seorang utusan yang tidak bersalah, yang diperintahkan Kutuz untuk dieksekusi. Kemudian dia mengumumkan mobilisasi di Mesir. Tidak diketahui berapa banyak prajurit yang berhasil ia kumpulkan; berbagai penulis sejarah dan sejarawan memberikan angka yang berbeda, namun bagaimanapun juga, tentara Mesir, yang diikuti oleh suku Kurdi yang melarikan diri dari bangsa Mongol, ternyata tidak lebih kecil, melainkan lebih besar, dibandingkan Kitbuki.
Tanpa diduga, tentara salib, yang masih menduduki beberapa kota berbenteng di Palestina, disatukan oleh jalur sempit pantai Mediterania, mendukung musuh bebuyutan mereka - umat Islam. Raja Yerusalem, Conrad Hohenstaufen, menyatakan kesiapannya untuk dengan bebas membiarkan orang Mesir melewati tanahnya hingga ke belakang Tatar-Mongol, serta memberi mereka makanan dan pakan ternak.
Tindakan ini dapat dimengerti: meskipun Kitbuka dan banyak prajuritnya menganggap diri mereka Kristen, hal ini tidak akan menyelamatkan tentara salib dari penaklukan dan penjarahan. Terlebih lagi, orang-orang Mongol menganut aliran Kristen Nestorian bagian timur, yang berarti, menurut umat Katolik, mereka adalah bidah yang tercela.
Pertempuran Ain Jalut diawali dengan penyerangan kavaleri Mongol terhadap pusat tentara Mesir. Setelah pertarungan singkat, pasukan kavaleri Mesir melarikan diri, dan bangsa Mongol mulai mengejar mereka. Terhanyut oleh pengejaran, mereka terlambat menyadari bahwa kedua sisi mereka diselimuti oleh lava kuda orang Mesir, yang sampai sekarang tersembunyi di balik bukit. Bangsa Mongol jatuh ke dalam perangkap pura-pura mundur, yang berulang kali mereka atur untuk lawan mereka. Pasukan mereka tercampur aduk, terjebak dalam “gerakan menjepit”, dan Mamluk Mesir menyerang mereka dari kedua sisi. Pusat yang melarikan diri juga membalikkan kudanya dan memasuki pertempuran lagi.
Akibat pembantaian besar-besaran tersebut, pasukan Kitbuki yang dikepung hancur total, dan hampir tidak ada yang berhasil melarikan diri. Dia sendiri ditangkap dan dipenggal pada hari yang sama. Segera orang-orang Mesir, satu demi satu, merebut kembali kota-kota yang direbut oleh bangsa Mongol, di mana garnisun-garnisun kecil tetap ada, dan sepenuhnya memulihkan kendali atas Suriah, Samaria, dan Galilea.
Bangsa Mongol menginvasi Suriah lebih dari sekali, tetapi mereka tidak pernah berhasil mendapatkan pijakan di sana. Pertempuran Ain Jalut memiliki signifikansi psikologis yang besar, menghilangkan mitos Horde yang tak terkalahkan. Ada poin penting lainnya di dalamnya: menurut sejumlah sumber Arab, dalam pertempuran ini pihak Mesir untuk pertama kalinya menggunakan prototipe senjata api tertentu, namun tidak ada rinciannya, juga tidak ada gambar dari senjata tersebut.
Tentara Mongol sedang bergerak.
Pemanah Mongol dan penunggang kuda bersenjata lengkap.
Tentara Muslim Mesir dengan latar belakang piramida.
Pejuang kuda dan kaki Mesir abad 13-14
Kavaleri Mesir dari perang Arab-Mongol.
Bangsa Mongol mengejar bangsa Arab, bangsa Arab mengejar bangsa Mongol. Gambar dari manuskrip abad pertengahan Eropa Barat.
Khan Hulagu dengan pengiringnya, miniatur Persia kuno.
Kiri: Jenderal berpangkat tinggi tentara Mongol. Kanan: halaman dari Alkitab Nestorian Syria, yang anehnya memperlihatkan Khan Hulagu dan istrinya Doktuz-Khatun.
Kronologi
- 1123 Pertempuran Rusia dan Cuman dengan bangsa Mongol di Sungai Kalka
- 1237 - 1240 Penaklukan Rus oleh bangsa Mongol
- 1240 Kekalahan ksatria Swedia di Sungai Neva oleh Pangeran Alexander Yaroslavovich (Pertempuran Neva)
- 1242 Kekalahan tentara salib di Danau Peipsi oleh Pangeran Alexander Yaroslavovich Nevsky (Pertempuran Es)
- 1380 Pertempuran Kulikovo
Awal penaklukan Mongol atas kerajaan Rusia
Pada abad ke-13 masyarakat Rus harus menanggung perjuangan yang sulit Penakluk Tatar-Mongol, yang memerintah tanah Rusia hingga abad ke-15. (abad terakhir dalam bentuk yang lebih ringan). Secara langsung atau tidak langsung, invasi Mongol berkontribusi pada jatuhnya institusi politik pada masa Kyiv dan bangkitnya absolutisme.
Pada abad ke-12. Tidak ada negara terpusat di Mongolia, penyatuan suku-suku dicapai pada akhir abad ke-12. Temuchin, pemimpin salah satu klan. Pada rapat umum (“kurultai”) perwakilan seluruh marga di 1206 dia diproklamasikan sebagai khan agung dengan nama itu Jenghis(“kekuatan tak terbatas”).
Setelah kekaisaran terbentuk, ia mulai memperluas wilayahnya. Organisasi tentara Mongol didasarkan pada prinsip desimal - 10, 100, 1000, dll. Penjaga kekaisaran diciptakan yang mengendalikan seluruh pasukan. Sebelum munculnya senjata api Kavaleri Mongol menang dalam perang stepa. Dia lebih terorganisir dan terlatih daripada pasukan pengembara mana pun di masa lalu. Alasan keberhasilannya bukan hanya kesempurnaan organisasi militer bangsa Mongol, tetapi juga ketidaksiapan lawan mereka.
Pada awal abad ke-13, setelah menaklukkan sebagian Siberia, bangsa Mongol mulai menaklukkan Tiongkok pada tahun 1215. Mereka berhasil menguasai seluruh bagian utaranya. Dari Tiongkok, bangsa Mongol membawa peralatan dan spesialis militer terkini pada masa itu. Selain itu, mereka mendapat kader pejabat yang berkompeten dan berpengalaman dari kalangan Tionghoa. Pada tahun 1219, pasukan Jenghis Khan menyerbu Asia Tengah. Mengikuti Asia Tengah ada Iran Utara ditangkap, setelah itu pasukan Jenghis Khan melakukan kampanye predator di Transcaucasia. Dari selatan mereka mencapai stepa Polovtsian dan mengalahkan Polovtsia.
Permintaan Polovtsy untuk membantu mereka melawan musuh yang berbahaya diterima oleh para pangeran Rusia. Pertempuran antara pasukan Rusia-Polovtsian dan Mongol terjadi pada tanggal 31 Mei 1223 di Sungai Kalka di wilayah Azov. Tidak semua pangeran Rusia yang berjanji untuk ikut serta dalam pertempuran mengirimkan pasukannya. Pertempuran berakhir dengan kekalahan pasukan Rusia-Polovtsian, banyak pangeran dan prajurit tewas.
Pada tahun 1227 Jenghis Khan meninggal. Ögedei, putra ketiganya, terpilih sebagai Khan Agung. Pada tahun 1235, Kurultai bertemu di ibu kota Mongol, Kara-korum, di mana diputuskan untuk memulai penaklukan wilayah barat. Niat ini merupakan ancaman besar bagi tanah Rusia. Yang memimpin kampanye baru ini adalah keponakan Ogedei, Batu (Batu).
Pada tahun 1236, pasukan Batu memulai kampanye melawan tanah Rusia. Setelah mengalahkan Volga Bulgaria, mereka berangkat untuk menaklukkan kerajaan Ryazan. Para pangeran Ryazan, pasukan mereka, dan penduduk kota harus melawan penjajah sendirian. Kota itu dibakar dan dijarah. Setelah Ryazan direbut, pasukan Mongol pindah ke Kolomna. Dalam pertempuran di dekat Kolomna, banyak tentara Rusia yang tewas, dan pertempuran itu sendiri berakhir dengan kekalahan bagi mereka. Pada tanggal 3 Februari 1238, bangsa Mongol mendekati Vladimir. Setelah mengepung kota, penjajah mengirim satu detasemen ke Suzdal, yang mengambilnya dan membakarnya. Bangsa Mongol berhenti hanya di depan Novgorod, berbelok ke selatan karena jalan berlumpur.
Pada tahun 1240, serangan Mongol dilanjutkan. Chernigov dan Kyiv ditangkap dan dihancurkan. Dari sini pasukan Mongol pindah ke Galicia-Volyn Rus'. Setelah merebut Vladimir-Volynsky, Galich pada tahun 1241 Batu menyerbu Polandia, Hongaria, Republik Ceko, Moravia, dan kemudian pada tahun 1242 mencapai Kroasia dan Dalmatia. Namun, pasukan Mongol yang memasuki Eropa Barat melemah secara signifikan karena perlawanan kuat yang mereka temui di Rus. Hal ini sebagian besar menjelaskan fakta bahwa jika bangsa Mongol berhasil membangun kekuasaan mereka di Rus, Eropa Barat hanya mengalami invasi dan kemudian dalam skala yang lebih kecil. Inilah peran historis perlawanan heroik rakyat Rusia terhadap invasi Mongol.
Hasil dari kampanye besar-besaran Batu adalah penaklukan wilayah yang luas - stepa Rusia selatan dan hutan Rus Utara, wilayah Danube Bawah (Bulgaria dan Moldova). Kekaisaran Mongol kini mencakup seluruh benua Eurasia dari Samudera Pasifik hingga Balkan.
Setelah kematian Ogedei pada tahun 1241, mayoritas mendukung pencalonan putra Ogedei, Hayuk. Batu menjadi kepala khanat regional terkuat. Ia mendirikan ibu kotanya di Sarai (utara Astrakhan). Kekuasaannya meluas ke Kazakhstan, Khorezm, Siberia Barat, Volga, Kaukasus Utara, Rus'. Lambat laun bagian barat ulus ini dikenal dengan sebutan Gerombolan Emas.
Perjuangan rakyat Rusia melawan agresi Barat
Ketika bangsa Mongol menduduki kota-kota Rusia, Swedia, yang mengancam Novgorod, muncul di muara Neva. Mereka dikalahkan pada Juli 1240 oleh pangeran muda Alexander, yang menerima nama Nevsky atas kemenangannya.
Pada saat yang sama, Gereja Roma melakukan akuisisi di negara-negara Laut Baltik. Pada abad ke-12, kaum ksatria Jerman mulai merebut tanah milik Slavia di luar Oder dan di Baltik Pomerania. Pada saat yang sama, serangan dilakukan di tanah masyarakat Baltik. Invasi Tentara Salib ke wilayah Baltik dan Rus Barat Laut disetujui oleh Paus dan Kaisar Jerman Frederick II. Ksatria Jerman, Denmark, Norwegia, dan pasukan dari negara-negara Eropa utara lainnya juga ambil bagian dalam perang salib. Serangan terhadap tanah Rusia merupakan bagian dari doktrin “Drang nach Osten” (tekanan ke timur).
Negara-negara Baltik pada abad ke-13.
Bersama pasukannya, Alexander membebaskan Pskov, Izborsk, dan kota-kota lain yang direbut dengan serangan mendadak. Setelah menerima berita bahwa kekuatan utama Ordo sedang menuju ke arahnya, Alexander Nevsky memblokir jalur para ksatria, menempatkan pasukannya di atas es Danau Peipsi. Pangeran Rusia menunjukkan dirinya sebagai komandan yang luar biasa. Penulis sejarah menulis tentang dia: “Kami menang di mana-mana, tetapi kami tidak akan menang sama sekali.” Alexander menempatkan pasukannya di bawah perlindungan tepian curam di atas es danau, menghilangkan kemungkinan pengintaian musuh terhadap pasukannya dan merampas kebebasan bermanuver musuh. Mempertimbangkan formasi para ksatria dalam bentuk "babi" (dalam bentuk trapesium dengan irisan tajam di depan, yang terdiri dari kavaleri bersenjata lengkap), Alexander Nevsky mengatur resimennya dalam bentuk segitiga, dengan ujung beristirahat di tepi pantai. Sebelum pertempuran, beberapa tentara Rusia dilengkapi dengan kait khusus untuk menarik ksatria dari kudanya.
Pada tanggal 5 April 1242, terjadi pertempuran di atas es Danau Peipsi, yang kemudian dikenal dengan nama Pertempuran Es. Baji ksatria itu menembus bagian tengah posisi Rusia dan mengubur dirinya di pantai. Serangan sayap resimen Rusia menentukan hasil pertempuran: seperti penjepit, mereka menghancurkan “babi” ksatria. Para ksatria, yang tidak mampu menahan serangan itu, melarikan diri dengan panik. Rusia mengejar musuh, “mencambuk, mengejarnya seolah-olah melalui udara,” tulis penulis sejarah. Menurut Novgorod Chronicle, dalam pertempuran tersebut “400 orang Jerman dan 50 orang ditangkap”
Dengan gigih melawan musuh-musuh Barat, Alexander sangat sabar dalam menghadapi serangan gencar dari timur. Pengakuan kedaulatan Khan membebaskan tangannya untuk mengusir Perang Salib Teutonik.
Kuk Tatar-Mongol
Dengan gigih melawan musuh-musuh Barat, Alexander sangat sabar dalam menghadapi serangan gencar dari timur. Bangsa Mongol tidak ikut campur dalam urusan agama rakyatnya, sementara Jerman berusaha memaksakan keyakinan mereka pada bangsa yang ditaklukkan. Mereka menerapkan kebijakan agresif dengan slogan “Siapa pun yang tidak mau dibaptis harus mati!” Pengakuan kedaulatan Khan membebaskan kekuatan untuk mengusir Perang Salib Teutonik. Namun ternyata “banjir Mongol” tidak mudah untuk dihilangkan. RTanah Rusia, yang dihancurkan oleh bangsa Mongol, terpaksa mengakui ketergantungan bawahan pada Golden Horde.
Selama periode pertama pemerintahan Mongol, pengumpulan pajak dan mobilisasi Rusia ke dalam pasukan Mongol dilakukan atas perintah Khan Agung. Baik uang maupun rekrutan dikirim ke ibu kota. Di bawah Gauk, para pangeran Rusia pergi ke Mongolia untuk menerima label memerintah. Nanti, perjalanan ke Sarai sudah cukup.
Perjuangan terus-menerus yang dilakukan oleh rakyat Rusia melawan penjajah memaksa Mongol-Tatar meninggalkan pembentukan otoritas administratif mereka sendiri di Rus. Rus' mempertahankan status kenegaraannya. Hal ini difasilitasi oleh kehadiran pemerintahan dan organisasi gerejanya sendiri di Rus.
Untuk mengontrol tanah Rusia, lembaga gubernur Baskaq dibentuk - para pemimpin detasemen militer Tatar Mongol yang memantau aktivitas para pangeran Rusia. Penolakan Baskak terhadap Horde pasti berakhir dengan pemanggilan sang pangeran ke Sarai (seringkali labelnya dicabut, atau bahkan nyawanya), atau dengan kampanye hukuman di negeri pemberontak. Cukuplah dikatakan bahwa hanya pada kuartal terakhir abad ke-13. 14 kampanye serupa diselenggarakan di tanah Rusia.
Pada tahun 1257, bangsa Mongol-Tatar melakukan sensus penduduk - “mencatat jumlahnya”. Besermen (pedagang Muslim) dikirim ke kota-kota, yang bertugas mengumpulkan upeti. Besaran upeti (“output”) sangat besar, hanya “upeti tsar”, yaitu. upeti untuk khan, yang pertama-tama dikumpulkan dalam bentuk barang dan kemudian dalam bentuk uang, berjumlah 1.300 kg perak per tahun. Upeti yang terus-menerus dilengkapi dengan "permintaan" - tuntutan satu kali demi kepentingan khan. Selain itu, pemotongan bea perdagangan, pajak untuk “memberi makan” pejabat khan, dll. masuk ke kas khan. Total ada 14 jenis upeti yang mendukung Tatar.
Kuk Horde memperlambat perkembangan ekonomi Rus untuk waktu yang lama, menghancurkan pertaniannya, dan merusak budayanya. Invasi Mongol menyebabkan penurunan peran kota dalam kehidupan politik dan ekonomi Rus, pembangunan perkotaan terhenti, dan seni rupa dan seni terapan mengalami kemunduran. Konsekuensi serius dari kuk ini adalah semakin mendalamnya perpecahan di Rus dan terisolasinya bagian-bagiannya. Negara yang melemah tidak mampu mempertahankan sejumlah wilayah barat dan selatan, yang kemudian direbut oleh penguasa feodal Lituania dan Polandia. Hubungan dagang antara Rusia dan Barat mendapat pukulan: hanya Novgorod, Pskov, Polotsk, Vitebsk, danSmolensk yang mempertahankan hubungan dagang dengan negara-negara asing.
Titik balik terjadi pada tahun 1380, ketika ribuan pasukan Mamai dikalahkan di Lapangan Kulikovo.
Pertempuran Kulikovo 1380
Rus mulai menguat, ketergantungannya pada Horde semakin melemah. Pembebasan terakhir terjadi pada tahun 1480 di bawah Kaisar Ivan III. Pada saat ini periode telah berakhir, pengumpulan tanah Rusia di sekitar Moskow dan.
Prasyarat untuk invasi Mongol-Tatar
Pada awal abad ke-13, negara Mongolia terbentuk di wilayah luas di Asia Tengah. Pada $1206, Kurultai, sebuah kongres bangsawan tertinggi seluruh Mongolia, memberi Timuchin nama Jenghis Khan dan menyatakannya sebagai Khan Agung. Dengan menyatukan seluruh suku Mongol, Jenghis Khan berhasil menciptakan kekuatan kuat yang tidak akan ada tanpa kampanye militer.
Sebagai hasil dari kampanye Jenghis Khan, Tiongkok, Asia Tengah, Iran, dan Kaukasus ditaklukkan. Pada $1223, pasukan Mongol-Tatar menyerbu wilayah padang rumput Polovtsian. Polovtsian Khan meminta bantuan dari para pangeran Rus Selatan, yang sebagian besar menanggapi permintaan ini. Namun, perselisihan tentang senioritas yang dimulai di antara para pangeran menghalangi mereka untuk mengoordinasikan tindakan bersama. Akibatnya, tentara Rusia tidak bersatu dan sebenarnya terdiri dari pasukan pangeran yang berbeda-beda yang tidak memiliki komando yang sama.
$31$ Mei $1223$ Bangsa Mongol mengalahkan kekuatan gabungan Rusia dan Cuman di Sungai Kalka. Pangeran Kiev Mstislav Romanovich tidak ambil bagian dalam pertempuran itu, memperkuat dirinya dengan pasukannya di atas bukit. Setelah pengepungan selama tiga hari, Mstislav, yang mempercayai janji bangsa Mongol untuk melepaskan tentara Rusia dengan hormat, dengan sukarela meletakkan senjatanya. Namun, setelah menyerah, dia dan prajuritnya dibunuh secara brutal.
Catatan 1
Kebanyakan sejarawan mencatat beberapa alasan kekalahan tersebut: pelarian pasukan Polovtsian dari medan perang; meremehkan kekuatan Tatar-Mongol, tetapi alasan utamanya adalah ketidakkonsistenan tindakan para pangeran dan, sebagai akibatnya, kurangnya komando terpadu pasukan Rusia.
Hanya sekitar sepersepuluh tentara yang kembali dari medan perang ke Rus. Bangsa Mongol, setelah mencapai Dnieper, tidak berani memasuki perbatasan Rus dan berbalik. Kembali ke padang rumput, para pemimpin tentara Mongol, yang meraih kemenangan di Kalka, memberi tahu Jenghis Khan bahwa ada banyak negeri kaya di barat. Namun kematian Khan Agung menunda penaklukan lebih lanjut untuk beberapa waktu. Ahli waris penakluk besar membagi sebagian kerajaannya di antara mereka sendiri. Berdasarkan ketentuan pembagian ini, putra sulung Jenghis Khan, Jochi, diberikan seluruh wilayah di sebelah barat Sungai Irtysh, wilayah Khorezm, dan selain itu Volga Bulgaria, Rus', dan Eropa, yang belum ditaklukkan. Namun, Jochi segera meninggal, dan tanahnya diwarisi oleh putra sulungnya Batu Khan, yang di Rus mulai disebut Batu.
Invasi tanah Ryazan
Pada $1236, Khan Batu menginvasi wilayah Volga Bulgaria. Dan pada musim gugur $1237, pasukan Mongol memasuki tanah Rusia. Terlepas dari kenyataan bahwa para pangeran Rusia sangat menyadari tingkat ancaman yang akan datang, fragmentasi feodal dan perselisihan internal serta perjuangan yang ditimbulkannya di antara para pangeran menghalangi mereka untuk menyatukan kekuatan untuk mengusir musuh yang berbahaya dan kuat.
Pada tahun 1237, kerajaan Ryazan menjadi korban pertama invasi Mongol. Pangeran Vladimir dan Chernigov menolak membantu pangeran Ryazan. Selama pengepungan Ryazan, bangsa Mongol mengirim duta besar ke penduduk kota, yang menuntut kepatuhan dan sepersepuluh “dalam segala hal”. Hal ini diikuti dengan jawaban yang berani: “Jika kami semua pergi, maka segalanya akan menjadi milikmu.” Setelah pengepungan enam hari, kota itu dilanda badai, dan para pembela kota yang masih hidup terbunuh.
Contoh 1
Contoh perjuangan tanpa pamrih dan berani dari warga Ryazan menjadi dasar munculnya sebuah legenda. Menurut yang mana, seorang pedagang Ryazan (menurut versi lain, seorang boyar) yang secara ajaib melarikan diri selama penyerangan Evpatiy Kolovrat setelah mengumpulkan sebuah detasemen kecil, ia melanjutkan perjuangan partisan untuk waktu yang lama di belakang pasukan Mongolia, tetapi meninggal, menyerang Batu sendiri dengan keberanian dan keberaniannya.
Ryazan mengalami kehancuran yang belum pernah terjadi sebelumnya, akibatnya kota ini tidak pernah terlahir kembali di tempat asalnya. Ryazan modern terletak $60$ km dari lokasi sebelumnya.
Kekalahan kerajaan Vladimir
Pada bulan Januari $1238, pasukan Mongol menyerbu wilayah kerajaan Vladimir-Suzdal. Satu demi satu, selama sebulan, bangsa Mongol membakar dan menghancurkan kota-kota, meskipun ada perlawanan putus asa dari para pembela mereka.
$4$ Februari $1238$ Batu mendekati Vladimir. Selama tiga hari bangsa Mongol mencoba merebut kota itu namun gagal. Pada hari keempat, penjajah berhasil masuk ke kota melalui celah di tembok benteng. Sisa-sisa tentara, warga kota dan keluarga Pangeran Yuri Vsevolodovich dari Vladimir berlindung di Katedral Assumption, di mana mereka dibakar hidup-hidup oleh bangsa Mongol.
Setelah penangkapan Vladimir, Batu membagi pasukannya dan membuat seluruh Timur Laut Rus mengalami kehancuran parah. Pangeran Yuri Vsevolodovich, bahkan sebelum pengepungan Vladimir, pergi ke utara wilayahnya untuk mengumpulkan pasukan. Pasukan pangeran yang direkrut dengan tergesa-gesa dikalahkan pada tanggal 4 Maret 1238 di Sungai Kota. Pangeran Yuri dari Vladimir sendiri tewas dalam pertempuran ini.
Mendaki ke Novgorod
Setelah kekalahan pasukan Rusia di Sungai Kota, bangsa Mongol menuju Novgorod. Dalam perjalanannya, Batu memutuskan untuk merebut kota tersebut Torzhok, karena menurut intelijen Mongol, kota ini memiliki cadangan biji-bijian dalam jumlah besar, yang diperlukan untuk melanjutkan kampanye ke tanah subur Veliky Novgorod.
Namun, penduduk Torzhok berhasil mempersiapkan diri untuk pertempuran yang akan datang dengan musuh. Mereka membekukan lapisan es di tembok dan gerbang kota, yang seharusnya mencegah mereka mengamankan tangga penyerangan dan membakar kota. Selama dua minggu, para pembela kota berhasil menghalau semua serangan musuh. Dan bahkan setelah Torzhok direbut, bangsa Mongol-Tatar tidak mampu mengisi kembali persediaan makanan, karena warga membakar gudang tempat penyimpanan gandum. Pada bulan Maret, pasukan Mongol melanjutkan kampanye mereka melawan Veliky Novgorod. Namun pasukan Batu terlihat semakin menipis dalam pertempuran dengan pasukan Rusia; persediaan makanan dan pakan kuda jelas tidak cukup. Oleh karena itu, sebelum mencapai Novgorod seratus kilometer, Batu berhenti. Intelijen melaporkan kepadanya bahwa kota itu memiliki benteng yang kuat, dan pemimpin pasukan Novgorod adalah Pangeran Alexander, yang bahkan memiliki reputasi sebagai komandan berpengalaman. Setelah banyak pertimbangan, Batu Khan berbelok ke selatan.
Pada akhirnya Maret $1238$ Mongol-Tatar mendekati sebuah benteng kecil Kozelsk.
Contoh 2
Contoh lain dari keberanian dan perlawanan keras kepala terhadap penjajah adalah pertahanan Kozelsk. Pengepungan kota kecil ini berlangsung $49$ hari. Para pembela kota tidak hanya berhasil menghalau serangan dengan ganas, namun juga berani melakukan penyerangan. Dalam salah satu serangan, sekitar tiga ratus tentara Rusia berhasil merusak mesin pemukul dan menghancurkan pasukan Mongol senilai lebih dari $4.000. Kozelsk direbut hanya setelah semua pembela dan warga kota tewas. Bangsa Mongol tidak memiliki tawanan. Karena tidak tahu harus melampiaskan amarahnya kepada siapa, Batu memerintahkan agar kepala tentara Rusia yang tewas dipenggal, dan dia memerintahkan Kozelsk sendiri untuk disebut "kota jahat" dan diratakan dengan tanah.
Pasukan Batu, yang kelelahan karena pertempuran berdarah, pergi ke stepa Don, tempat mereka tinggal sepanjang musim panas. Pada musim gugur tahun yang sama mereka melancarkan serangan ke Murom, Nizhny Novgorod dan kota-kota lain di Rus Timur Laut.
Invasi Rus Barat Daya dan Eropa Timur
Dalam $1239$ - $1240$, Rus Barat Daya mengalami pukulan telak dari bangsa Mongol. DENGAN $5$ September hingga $19$ November (menurut sumber lain, hingga $6$ Desember) $1240$ pengepungan Kyiv berlanjut, setelah itu kota itu direbut. Hal ini diikuti dengan penjarahan wilayah barat daya Rus', termasuk kerajaan Galicia-Volyn, oleh pasukan Batu. Meskipun bangsa Mongol tidak dapat merebut beberapa kota yang dibentengi dengan baik.
Catatan 2
Menurut sebagian besar sejarawan, akibat invasi Batu, puluhan kota di Rusia hancur, seluruh kerajaan kehilangan penduduknya, dan ribuan orang Rusia dijadikan budak. Selain itu, sebagai akibat dari berdirinya kuk Mongol-Tatar, Rus terpaksa membayar upeti kepada Mongol-Tatar, yang berjumlah sepersepuluh dari seluruh pendapatan, dan para pangeran Rusia dengan rendah hati meminta label kepada khan ( dokumen tertulis dari khan Mongol) untuk memerintah.
Setelah itu, bangsa Mongol melanjutkan perjalanannya ke Eropa. Pukulan ke Polandia, Hongaria dan Jerman, dan kemudian Kroasia. Namun, perjuangan sengit rakyat Rusia secara signifikan melemahkan kekuatan penjajah dan memaksa mereka meninggalkan kelanjutan kampanye di Eropa. Selain itu, pada $1242, Batu menerima berita kematian pamannya, Khan Ogedei Agung, dan memutuskan untuk kembali.
Pilih jawaban yang benar.
1. Keputusan tentang “pelajaran musim panas”:
A) melarang peralihan bebas dari satu pemilik ke pemilik lainnya
B) menetapkan jangka waktu lima tahun untuk mencari petani buronan
B) menetapkan jangka waktu penyelidikan selama lima belas tahun
D) memulihkan hari St. George
2. Keberhasilan aksesi mudah False Dmitry I ke takhta Rusia dijelaskan oleh:
A) harapan rakyat terhadap raja yang baik dan adil
B) dukungan tentara Polandia
B) pengakuan negara asing
D) dukungan seluruh bangsawan dan bangsawan
3. Pemerintahan boyar diundang ke takhta Rusia:
A) putra raja Polandia Vladislav
B) Raja Polandia Sigismund
B) Dmitry II Palsu
D) Dmitry Shuisky
^ 4. K Minin dan D. Pozharsky menjadi terkenal dalam sejarah Rusia sebagai pemimpin:
A) pemberontakan petani
B) pertahanan Smolensk
B) milisi yang membebaskan Moskow dari penjajah
D) konspirasi para bangsawan melawan False Dmitry I
^ 5. Campur tangan asing dalam urusan dalam negeri Rusia pada Masa Kesulitan dilakukan oleh:
A) Denmark, Norwegia
B) Persemakmuran Polandia-Lithuania, Swedia
B) Inggris, Swedia
D) Türkiye, Kekhanan Krimea
^ 6. Tunjukkan pernyataan yang benar:
A) dengan kematian Tsar Fedor, dinasti yang berkuasa di Rusia terputus
B) nama asli False Dmitry I Grigory Otrepiev
C) False Dmitry I berhasil bertahan di takhta Moskow untuk waktu yang lama
D) kekuatan militer utama gerakan I. Bolotnikov adalah para pemanah
D) melemahnya kekuasaan pusat menyebabkan terjadinya Masalah
E) Tsar terpilih kedua yang menduduki takhta Rusia adalah pangeran Polandia Vladislav
G) setelah penggulingan Vasily Shuisky, peralihan pemerintahan dimulai di negara itu
3) pada musim panas 1611 Rusia berada dalam situasi yang sangat sulit
I) Gereja Ortodoks Rusia memainkan peran penting dalam memukul mundur kaum intervensionis
K) Milisi pertama berhasil membebaskan Moskow, tetapi mereka tidak mampu mempertahankan ibu kota dalam waktu lama
^7. Pilihlah jawaban yang benar. Hasil utama dari kegiatan kebijakan luar negeri Boris Godunov:
A) kesimpulan dari gencatan senjata dengan Persemakmuran Polandia-Lithuania
B) masuknya wilayah Siberia Barat ke Rusia
C) kekalahan Tatar Krimea
D) perang yang sukses dengan Swedia untuk Rusia
D) mendapatkan akses ke Laut Baltik
E) memperkuat perbatasan selatan dari serangan Tatar Krimea
G) perluasan perdagangan luar negeri
^8. Tetapkan kecocokan yang benar:
1598-1605 a) pertahananSmolensk
1605-1606 b) periode “Tujuh Boyar”
1606-1607 c) pemerintahan Boris Godunov
1609-1611 d) pemerintahan False Dmitry I
1610-1612 e) pemberontakan yang dipimpin oleh I. Bolotnikov
^ 9. Kembalikan urutan kejadian:
A) pembentukan Milisi Pertama
6) kekalahan pemberontakan yang dipimpin oleh I. Bolotnikov
B) kematian Fyodor Ivanovich
D) penangkapanSmolensk oleh pasukan Polandia
D) awal pemerintahan False Dmitry I
E) aksi pasukan Rusia di bawah komando M. Skopin-Shuisky
^ 10. Siapa yang sedang kita bicarakan?
“Ini adalah sosok tragis di takhta Rusia. Penguasa yang mencari
memberikan bantuan nyata kepada rakyat, memperkuat kekuatan militer negara dan
situasi kebijakan luar negeri, dianggap sebagai penyebab semua kemalangan,
turun ke negeri ini, dan dibenci oleh rakyatnya"
^ 11. Apa yang sedang kita bicarakan?
“Dan kami, Tuan-tuan, menurut keputusan kami, akan memilih yang kuat, dan masuk akal, dan
orang sebenarnya dari tingkat spiritual - lima orang. Dari warga kota dan dari
orang daerah - dua puluh orang. Dari para pemanah - lima orang... Setelah memberi mereka
dari saya sendiri kalimat yang cukup lengkap, adapun mereka tentang kasus zemstvo yang besar dengan
Kami menerima saran daripada kalian semua…”
^ 12. Berdasarkan prinsip apa deret tersebut terbentuk?
Voivode P. Lyapunov, Pangeran D. Trubetskoy, Ataman I. Zarubin
Akhir kepahlawanan Kit Buk menjadi lagu terakhir kebesaran Mongolia. Maka hari ini biarlah lagu ini menjadi seruan yang membangkitkan keberanian yang telah memudar dalam diri kita, menginspirasi pikiran kita, mengembalikan iman yang hilang dan membangkitkan kekuatan yang terpendam dalam diri kita.
Untuk esai sejarah ini, jurnalis dan penulis Baasangiin Nominchimid dianugerahi Penghargaan Baldorj pada tahun 2010, yang diberikan di Mongolia untuk karya jurnalisme terbaik. Untuk pertama kalinya dalam bahasa Rusia - diterjemahkan oleh S. Erdambileg khusus untuk ARD.
Namun nasib paling kejam menanti umat Kristen di Damaskus. Kutuz, memasuki kota dalam prosesi kemenangan, merayakan kemenangannya, membuat mereka dimusnahkan total. Nilai-nilai budaya umat Kristiani di Suriah dibakar hingga menjadi abu, yang bahkan para penganut Islam paling fanatik dari Dinasti Arab Umayyah dan Kurdi semi-liar dari Dinasti Fatimiyah-Ayyubiyah pun tidak tersentuh. Dia tidak berhenti di situ. Penganiayaan terhadap umat Kristen terjadi di seluruh Suriah.
Seorang saksi mata saat itu menulis bahwa darah yang ditumpahkan Tentara Salib jauh melebihi darah umat Islam yang tertumpah saat invasi Hulagu Khan. Keserakahan tentara salib di Acre, Tirus dan Sidon mengakibatkan mengalirnya darah umat Kristiani ke seluruh Syria, hancurnya nilai-nilai budaya dan agama Kristen. Tentara Salib akhirnya kehilangan harta benda mereka di bagian barat daya Suriah.
Semua sultan yang ikut serta di pihak Qutuz dalam Pertempuran Ain Jalut dianugerahi kepemilikan tanah. Sultan Musa, yang pada saat kritis pertempuran meninggalkan sayap kanan pasukan Mongol, yang mempunyai pengaruh menentukan hasil pertempuran, tetap memiliki hak untuk memiliki tanahnya. Tanah-tanah ini diserahkan kepadanya oleh bangsa Mongol karena dia menyatakan kesetiaannya untuk mengabdi pada mereka. Pengkhianatan ganda itu membuahkan hasil.
Namun Baybars, rekan terdekat dalam pertempuran Ain Jalut, yang mencapai kesuksesan dengan mengejar bangsa Mongol di seluruh wilayah Suriah, dan merebut banyak garnisun Mongol di berbagai kota hingga Aleppo, kehilangan belas kasihan Qutuz. Sejak zaman kuno, telah terjadi simpul kontradiksi di antara keduanya.
Kutuz pernah ikut serta dalam konspirasi untuk membunuh Aktay, penguasa Bahrain. Dan Baybars adalah salah satu perwakilan terpercaya Aktai. Perseteruan mereka untuk sementara mereda karena kebutuhan mendesak untuk bersatu melawan musuh bersama yang kuat - masing-masing dari mereka memiliki banyak hal yang harus diselesaikan dengan bangsa Mongol. Tercatat dalam sumbernya, Baybars berharap Kutuz mengangkatnya menjadi Sultan Aleppo, namun hal itu tidak terjadi. Dan permusuhan lama berkobar lagi, namun menjadi semakin tidak dapat didamaikan. Salah satu dari mereka harus mengalah; dua sultan tidak bisa duduk di singgasana yang sama. Kutuz sangat berhati-hati dalam memperkuat Baybars yang haus kekuasaan dan kuat.
Sumber tersebut menjelaskan bahwa setelah menyelesaikan kampanye yang sukses di Suriah, Kutuz akhirnya memutuskan untuk kembali ke Misir. Sepanjang perjalanan saya bersenang-senang berburu. Suatu kali saya menembak kelinci atau rubah dengan busur. Ketika dia berlari menuju mangsa yang terbunuh, seseorang berlari ke arahnya, tampaknya telah dipersiapkan sebelumnya oleh Baybars. Pria itu sebelumnya pernah dijatuhi hukuman mati, namun Kutuz memaafkannya. Sebagai rasa syukur atas keselamatannya, dia bersumpah untuk setia padanya selamanya dan meminta izin untuk menyentuh tangan kanannya untuk menerima berkah.
Tanpa curiga, Kutuz mengulurkan tangannya padanya, dan kemudian Baybars, yang berdiri di sampingnya, mengambil pedang dari sarungnya dan memotong tangan itu. Lalu dia menebasnya sepenuhnya. Orang-orang terdekat Kutuz yang menemaninya terkejut dan kaget. Pastinya ada pendukung Baybars di antara mereka yang mendampingi Kutuz. Sekembalinya ke Misir, semua kejayaan kemenangan besar atas bangsa Mongol tidak jatuh ke tangan Kutuz, tetapi ke Baybars; orang banyak menyambutnya dengan gembira di Kairo.
Kutuz berakhir dengan memalukan, dibacok sampai mati oleh tangan rakyatnya sendiri. Penakluk bangsa Mongol tidak layak mati di medan perang. Suatu ketika dia menggulingkan Sultan Ayyubiyah, yang membesarkannya dan mempercayakannya dengan komando tentara Mamluk. Setelah menggulingkan Sultan, Kutuz kemudian tanpa ampun membunuh putranya. Kit Buka Noyon benar, tidak ragu sama sekali bahwa, atas kehendak Huh Tengri, kehidupan pengkhianat akan berakhir dengan kematian yang menyedihkan. Pengkhianat dibunuh oleh pengkhianat.
Mengapa tidak ada balasan dari Hulagu Khan atas kematian komandannya
Hulagu Khan sangat sedih ketika diberitahu tentang kematian komandan setianya. Tapi dia tidak bisa berperang melawan Misir, untuk membalas kematian nukernya. Khan menghadapi tantangan yang lebih besar daripada kekalahan pasukannya yang terpisah di Ain Jalut.
Sepeninggal Khan Agung Mongke, terjadi perebutan takhta khan antara saudara Hulagu, Kubilai dan Arigbukha. Di wilayah kekuasaan bangsa Mongol, api perang internecine berkobar, saudara kandung saling mengangkat senjata, dan pembantaian timbal balik dimulai.
Perseteruan ini berlangsung selama empat tahun. Namun perlawanan terhadap kebijakan Khubilai, yang memindahkan pusat Kekaisaran Mongol ke Tiongkok, terus berlanjut dalam skala yang berbeda-beda selama 40 tahun berikutnya. Khaidu, keturunan Ogedei Khan, tidak bisa berdamai dengan Kublai.
Putra Hulagu Khan bersama pasukannya bertempur di pihak Arigbukha, sedangkan Hulagu sendiri berpihak pada Kublai.
Dalam miniaturnya - Hulagu Khan.
Setelah penggulingan Hulagu oleh Khan Bagdad - benteng dunia Islam saat itu - dan eksekusi Khalifah Bagdad yang merupakan tokoh tertingginya, Berke, Khan dari Golden Horde, pewaris Batu Khan, yang menjadi seorang Muslim yang taat, menjadi sakit hati terhadap Hulagu dan tidak menyembunyikan ancaman. Dia berulang kali bertukar pesan dengan Baybars, menyetujui tindakan bersama melawan ulus Ilkhan Hulagu.
Selain itu, perselisihan antara Hulagu dan Berke juga muncul atas tanah kaya bule yang berdekatan dengan harta benda mereka. Masalah ini diperburuk oleh fakta bahwa beberapa pangeran darah khan dari Golden Horde, yang bertugas di pasukan Hulagu Khan, terbunuh secara misterius. Semua ini mengarah pada fakta bahwa pada akhir tahun 1260, di dekat Derbent, dua tentara Mongol saling bentrok dalam pertempuran saudara, tanpa ampun saling menumpahkan darah.
Jumlah prajurit yang belum pernah terjadi sebelumnya mengambil bagian dalam pertempuran ini di kedua sisi. Mereka menulis bahwa pertempuran yang belum pernah terjadi sebelumnya belum pernah terjadi, baik dalam semua perang sebelumnya di bawah Jenghis Khan, maupun setelahnya. Di sini, hanya dalam beberapa hari, jauh lebih banyak darah Mongol yang tertumpah daripada darah yang tertumpah sepanjang sejarah penaklukan Mongol.
Bersamaan dengan itu, keturunan ulus Jaghatai, yang menganggap mereka tidak layak dirampas, mulai mengklaim tanah Golden Horde dan tanah Ilkhan. Di persimpangan negara-negara ini, di perbatasan Asia Tengah, bentrokan bersenjata sesekali terjadi.
Karena semua keadaan sulit ini, Hulagu Khan tidak dapat mengirimkan pasukan utama pasukannya ke Suriah dan Misir. Hal ini memungkinkan Mamluk untuk mendapatkan pijakan di Suriah dan kemudian menimbulkan kekalahan lagi pada sekelompok besar pasukan Mongol pada tahun 1281 di dekat kota Homs.
Untuk pertama kalinya, ujung pedang Mongol ditumpulkan di Ain Jalut. Namun hampir bersamaan dengan ini, baik secara alami maupun tidak sengaja, pemikiran dan perbuatan skismatis mulai menyebar ke seluruh Kekaisaran Mongol seperti penyakit menular, tanpa ampun menghancurkan persatuan dan kekuatannya. Tidak banyak waktu berlalu sebelum Kekaisaran Mongol yang besar terpecah. Dari situ terbentuk: dengan pusat di Cina, negara adidaya Asia - Kekaisaran Yuan atau Gerombolan Biru Mongolia, di Asia Tengah - ulus Jagatai, di Iran, di Timur Tengah - Kekaisaran Ilkhan, dari pinggiran timur negara Dari padang rumput Kipchak hingga Sungai Dniester, Golden Horde muncul.
Jika bangsa Mongol tidak terjerumus ke dalam perang internecine, seperti yang diyakini Kit Buka, kavaleri Hulagu Khan akan menghancurkan Suriah dan Misir hingga rata dengan tanah, dan baik bakat militer Baybars maupun keberanian orang-orang Turki Mamluk tidak akan bisa mencegah hal ini. Para sejarawan Arab sendiri mengakui hal ini.
Di era tersebut, tidak ada seorang pun yang mampu menahan tekanan dahsyat bangsa Mongol yang telah mencapai titik tertinggi kekuasaannya. Di seluruh medan perang - baik di Tiongkok, Rusia, Eropa, atau Timur Tengah - tidak ada satu kekuatan pun yang mampu menahan serangan gencar kavaleri Mongol. Kecuali bangsa Mongol sendiri bisa berperang satu sama lain secara setara. Sayangnya, itulah yang terjadi.
Dalam setiap tindakan sejarah, ada titik awal, perkembangan progresif, mencapai titik tertinggi - puncak, kemudian gerakan sebaliknya dimulai - kemunduran, yang banyak disaksikan umat manusia. Pada abad ke-13, perbuatan bangsa Mongol mencapai puncaknya, kemudian hitungan mundur pun dimulai, Mamluk ternyata menjadi titik tolak gerakan ini.
Namun, belum ada negara lain yang berhasil menciptakan kerajaan super besar seperti itu. Hingga saat ini, banyak sejarawan yang bertanya-tanya: mengapa dan bagaimana bangsa Mongol begitu tak terkalahkan.
Pada saat itu, Kekaisaran Mongol mencakup sepersembilan dari seluruh daratan yang diketahui pada saat itu, sekitar 33 juta km persegi. Pada abad ke-18 dan ke-19, wilayah kekuasaan kolonial Inggris Raya, pada masa kekuasaan terbesarnya, mencakup luas lebih dari 33,7 juta meter persegi. km, tetapi pada saat itu semua daratan yang tidak diketahui telah ditemukan, dan dengan mempertimbangkan hal ini, wilayah kolonialnya mencakup kurang dari sepertiga seluruh daratan di Bumi.
Telah dicatat bahwa, sejak masa Jenghis Khan, bangsa Mongol hanya memperlakukan satu bangsa dengan sangat kejam, menganiaya mereka di mana-mana dan berusaha menindas mereka. Mereka adalah Kipchak-Turki, yang berasal dari suku Mongol, menjelajahi wilayah yang luas dari kaki Pegunungan Altai hingga Sungai Dnieper, yang tidak kalah dengan bangsa Mongol dalam keterampilan dan keberanian militer. Mungkin justru karena suku Kipchak bersaing dengan mereka secara setara, bangsa Mongol memperlakukan mereka dengan keras kepala. Subedey-Bogatur pertama kali bertemu dengan Kipchak saat mengejar sisa-sisa Merkit di Sungai Chui, dan sejak saat itu penganiayaan Mongol terhadap mereka berlanjut hingga ke Hongaria, hingga ke Magyar. Dan lebih jauh lagi - ke perbatasan Misir (Mesir).
Dinasti pertama negara Mamluk, yang disebut dinasti Bahrain dan berdiri dari tahun 1250 hingga 1382, justru merupakan keturunan dari Kipchak dan Turki ini. Kutuz lahir di Khorezm, dan Baybars lahir di Krimea atau di Karakhan di Kazakhstan saat ini.
Bagi masyarakat Kazakh, Baybars adalah kebanggaan nasional; mereka memujanya sebagai pahlawan epik mereka. Monumen didirikan untuk menghormatinya, dan di zaman kita, sebuah film serial dibuat tentang dia. Masjid Baybars di Kairo dan makamnya di Suriah dibangun kembali oleh pemerintah Kazakh. (Dan di Kazakhstan terdapat makam makam Jochi Khan. Sayangnya, belum lagi rekonstruksi apa pun, tidak ada satu pun pejabat atau delegasi dari Mongolia yang mengunjungi makam makam ini; secara umum, hanya sedikit orang yang mengetahui keberadaannya).
Kemenangan Baybars di Ain Jalut atas salah satu tumen bangsa Mongol membawa ketenarannya yang tidak kalah dengan kejayaan Sultan Saladin yang agung, yang mengalahkan pasukan gabungan Tentara Salib pada tahun 1187 di daerah Hattin, sedikit berakhir. 60 kilometer dari Ain Jalut.
Untuk menghormati kemenangan di Ain Jalut, sejarawan Islam menjuluki Baybars sebagai “Singa Islam”.
Selama penaklukan Khorezm oleh Jenghis Khaan, sebuah suku kecil Turki yang tinggal di utara kota Merv pindah ke barat, untuk sementara mencari perlindungan di Armenia. Kemudian, melarikan diri dari serangan pasukan Mongol di Timur Tengah yang dipimpin oleh Chormogan dan Baychu, suku ini mencapai Anadolia (Anatolia Modern). Belakangan, mereka meletakkan dasar bagi munculnya Kesultanan Utsmaniyah yang maha kuasa di wilayah yang terbentang dari Asia hingga separuh benua Eropa. Dapat dikatakan bahwa kerajaan ini lahir dari jejak dan reruntuhan kerajaan sedunia yang diciptakan oleh bangsa Mongol.
Epilog
Kekuatan militer bangsa Mongol, yang tak terkalahkan selama satu abad, habis di tengah perbukitan berpasir Ain Jalut di Gurun Sinai. Telah mengering - seperti aliran hujan deras yang menghilang ke dalam pasir.
Gagasan yang mapan dan tidak perlu dipertanyakan lagi baik di Timur maupun di Barat tentang tak terkalahkannya para penakluk Mongol - pelaksana perintah Tuhan - telah hilang. Hanya legenda yang tersisa. Nasib seperti itu menanti penaklukan ini.
Seluruh dunia Arab-Muslim melihat bahwa bangsa Mongol juga bisa dikalahkan, bahwa mereka, seperti orang lain, diciptakan dari daging dan darah. Dan ketika saatnya tiba, mereka juga sedang menyeimbangkan antara kemenangan dan kekalahan.
Tentara Mongol yang bertempur di Ain Jalut merupakan satu kelompok kecil, hanya satu tumen dari Kerajaan Besar. Ini adalah salah satu dari ratusan pertempuran mereka. Kekalahan di Ain Jalut mengakhiri penaklukan selanjutnya, namun tidak sedikit pun menggoyahkan fondasi Kekaisaran Mongol; kebesaran dan kekuatannya masih menimbulkan ketakutan dan rasa hormat di mana-mana.
Ain Jalut dalam maknanya menandai perpisahan dengan gagasan dominasi Kekaisaran Mongol Besar atas seluruh dunia. Sebuah ide yang awalnya tidak dapat direalisasikan dan pasti akan menemui kegagalan.
Jenghis Khan membagi orang menjadi dua kelompok. Bukan kaum bangsawan dan para pelayannya, bukan pula kaum kaya dan miskin. Dan dia membagi mereka menurut pengabdian mereka pada tujuan yang mereka layani, menghormati kejujuran dan kesetiaan, membenci orang yang tamak, penjilat, membenci pengkhianat. Jenghis Khan, di mana pun dia bertemu orang-orang seperti itu, menghancurkan mereka seperti reptilia, kutu, dan kutu busuk.
Jenghis Khan yang marah mengeksekusi rekan-rekan Jamukha ketika mereka, setelah mengkhianati tuan mereka, membawanya ke penangkaran. Pada saat yang sama, dia menaruh kepercayaan tinggi pada Nayan Batyr, yang datang untuk melayaninya, tetapi pertama-tama memberi kesempatan kepada tuannya, Targudai Khan, untuk pergi. Selanjutnya, Nayan menjadi salah satu pemimpin militer Jenghis Khan dan mengabdi padanya dengan hormat sampai akhir. Jenghis Khan menghormati keberanian dan dedikasi Zurgadai, khan dari Taichiuts, meskipun dia adalah musuh bebuyutannya.
Jenghis Khan di atas takhta. Miniatur Persia abad pertengahan.
Karena kesetiaan dan keberaniannya, Chinggis Khan menganggap para nukernya sebagai sasaran Khukh Tengri. Nuker tersebut adalah Jebe, Subudai, Nayaa, Mukhulai, Kit Buka dan masih banyak lainnya. Menurut definisi LN Gumilyov, ini adalah “ orang-orang yang berkeinginan panjang.” Mereka jelas menonjol dari yang lain karena pengabdian mereka yang tanpa pamrih, kesediaan mereka untuk mengorbankan diri demi tujuan bersama. Kualitas-kualitas ini dimanifestasikan secara luas di kalangan bangsa Mongol pada abad ke-13. Kit Buka yang gugur di Ain Jalut dan pejuang lainnya merupakan wakil terakhir generasi ini.
Gambaran Komandan Buku Kit dari kedalaman berabad-abad berdiri di hadapan kita, penuh kebanggaan dan keberanian, pada saat kematiannya yang tragis, menyapa keturunannya: “Biarlah keturunanku tidak malu padaku, mereka tidak akan mengatakan bahwa aku menyelamatkan kulitku dengan melarikan diri dari musuh dan menunjukkan punggungku kepada mereka.” Dia tidak perlu malu di hadapan keturunannya, tetapi keturunannya memiliki sesuatu yang memalukan di hadapannya.
Akhir heroik Kit Buk ternyata menjadi lagu terakhir kehebatan bangsa Mongol. Biarlah lagu hari ini menjadi panggilan yang membangkitkan keberanian yang telah padam dalam diri kita, menginspirasi pikiran kita, memulihkan iman yang hilang dan membangkitkan kekuatan yang terpendam dalam diri kita.
