“Etnis Mongol Kuno”, Pendiri Negara Mongol, Siapakah Mereka? Nama dan nama diri kelompok etnis “Mongol kuno”
“Fakta bahwa seorang penulis yang berpikiran patriotik tertarik pada sejarah Tanah Air adalah wajar, begitu pula sikapnya terhadap historiografi tradisional tidak hanya kritis, tetapi juga skeptis. Setiap peneliti berhak atas penilaian orisinal, dan pembaca hanya tertarik pada seberapa meyakinkan konsep baru tersebut dibandingkan konsep sebelumnya.”
L.N.Gumilev.
Sejarawan pertama era Soviet yang memutuskan untuk mengkritik keras legenda “invasi dan kuk Mongol-Tatar” yang terkandung dalam historiografi resmi adalah Lev Nikolaevich Gumilyov. Sudah diketahui secara luas berapa harga yang harus dibayar ilmuwan besar itu karena memutuskan mempertahankan pendapatnya di era totalitarianisme. Dan pada saat yang sama, dia tidak dapat mengungkapkan semua pemikiran dan kesimpulannya dalam teks biasa, yang saya harap wajar dan dapat dimengerti oleh banyak orang. Dalam salah satu edisi terbaru karya L. N. Gumilyov, yang diterbitkan pada era pasca-Soviet, editor ilmiah mencatat: “penulis terpaksa membuat sisipan seperti itu agar artikel dapat diterima untuk diterbitkan” ( 34 , 245). Dalam kasus khusus ini, editor ilmiah memikirkan “istilah teori Marxis yang disangkal oleh L.N. Gumilyov” (ibid.). Namun mari kita ingat bahwa orang Eurasia yang agung juga menyangkal banyak “klise” ilmu sejarah Soviet, mengulangi dogma historiografi Eurosentris, yang juga terpaksa ia utarakan dalam karyanya dalam banyak kasus - agar dapat menyampaikannya. bagi kami hal utama yang terkandung dalam penelitiannya. Artinya, bahan yang sangat berharga untuk mengungkap "legenda hitam" tentang nenek moyang orang Rusia - caranya sangat lembut Lev Nikolaevich mengatakannya - "sebuah fiksi yang jauh dari tidak berbahaya dalam kaitannya dengan orang Rusia dan Tatar" ( 36 , 261).
Saya percaya bahwa dalam karyanya tentang sejarah Eurasia mengenai isu-isu sejarah yang “belum terpecahkan”, L. N. Gumilyov melakukan hal yang paling penting bagi para pengikutnya. Seperti yang ia tulis dalam salah satu karya terakhirnya, “From the History of Eurasia,” yang diterbitkan dari sebuah manuskrip, setelah kematiannya, L. N. Gumilyov memberi kita materi yang luas dan sistematis serta tentang isu-isu sejarah yang “tidak jelas” - “sebuah pernyataan masalah, yang berisi solusi, meskipun dalam bentuk implisit” ( 34 , 127).
Setelah penerbitan buku “In Search of an Imaginary Kingdom” pada tahun 1970, kejatuhan L.N. Gumilyov selama 15 tahun dimulai. Rupanya, para pembela Eurosentrisme dalam ilmu sejarah menyadari, meski terlambat, bahwa ilmuwan besar itu mampu menerbitkan banyak hal yang bertentangan dengan “pendapat yang diterima secara umum”.
Dan kita akan melihat dalam karya ini bahwa sebenarnya ada banyak hal, tetapi yang utama: dia membuat kesimpulan yang "sangat penting" - dengan kata-katanya sendiri, kesimpulan negatif dalam karyanya: "Jelas, sumber tidak akan memberi tahu kebenaran, dan para sejarawan, yang mempercayai mereka, membangun “sejarah palsu bangsa Mongol” ( 30 , 221).
Kami masih akan beralih ke penilaian sejarah resmi bangsa Mongol, yang diberikan oleh Eurasia Besar dan para pendahulunya, berulang kali ketika mempertimbangkan informasi tentang sejarah abad pertengahan Tatar dan Negara Mongol, keduanya diberikan kepada kami oleh L. N. Gumilyov, dan dengan membandingkan informasinya dengan informasi dari karya penulis lain. Termasuk para penulis yang kepadanya L. N. Gumilyov, tanpa memaparkan isi karya mereka dalam karyanya, mengarahkan kita secara langsung dalam setiap kasus tertentu, “mengajukan masalah yang berisi solusi” atas isu-isu tertentu yang tidak jelas dalam sejarah Eurasia.
Pertanyaan yang diajukan pada judul bagian ini dianggap salah satu pertanyaan serupa, paling membingungkan dan masih dianggap belum terselesaikan dalam sejarah resmi ( 34 , 128; 87 , 28–29).
Disusun oleh para ahli sejarah Tiongkok dan Persia dan didukung oleh berbagai sejarawan “tentang bangsa Mongol” hingga hari ini hampir tidak berubah, konsep resmi tentang sejarah “bangsa Mongol kuno” sebelumnya telah dan sedang mengalami, terutama baru-baru ini, keraguan yang cukup beralasan dan kritik dalam berbagai aspek dan oleh berbagai penulis.
Namun jawaban yang masuk akal dan beralasan terhadap pertanyaan-pertanyaan utama: tentang etnisitas “Mongol kuno”, sesama anggota suku Chyngyz Khan, tentang apa yang menjelaskan keberhasilan mereka dalam menciptakan suatu negara, dan apa alasan keruntuhannya selanjutnya dan hal-hal yang tidak dapat dijelaskan. “pembubaran tanpa jejak” dari “kelompok etnis Mongol kuno” itu sendiri di antara orang-orang lain yang hidup hingga hari ini di wilayah luas Eurasia - belum diterima.
Namun yang terpenting, pertanyaan tentang etnisitas orang-orang pembentuk negara Kekaisaran Mongol abad pertengahan - sesama suku Chyngyz Khan - masih belum terselesaikan.
Pada pandangan pertama, semua ini tampak aneh, terutama jika Anda mempertimbangkan bahwa pada prinsipnya terdapat cukup informasi tentang kelompok etnis “Mongol kuno” untuk memungkinkan pengambilan kesimpulan yang cukup beralasan dan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang ada. dipertimbangkan. Informasi yang sifatnya sangat berbeda, termasuk historiografi, linguistik, antropologis, geografis, dan banyak lainnya, telah dilestarikan, meskipun banyak dokumen dasar tentang negara “Mongol kuno” telah hilang. Meskipun banyak yang dihancurkan oleh otoritas Tiongkok kata demi kata dinyatakan dalam kronik Tiongkok, “ buku dalam bahasa Tatar dan makalah dengan tulisan Tatar“sejak penggulingan Dinasti Mongol-Tatar Yuan di Tiongkok, Mongolia dan Turkestan Timur, sejak akhir abad ke-14. dan sampai abad ke-19. inklusif ( 111 , 15–16).
Pertama-tama mari kita beralih ke pertanyaan tentang etnisitas para pendiri Kekaisaran Mongol dan pemimpin mereka Chyngyz Khan dalam karya-karya L.N. Gumilyov, kemudian kita akan melengkapi dan memperjelas informasinya tentang isu-isu kontroversial dengan informasi dari karya-karya sejarawan lain - seperti seperti yang dirujuk oleh L.N kepada kita . Gumilev, dan dari orang lain, yang karyanya, karena alasan yang jelas, tidak dapat dia berikan tautannya - misalnya, seperti Akhmetzaki Val dan Tugan.
Alasan utama keberadaan hingga hari ini dalam ilmu sejarah Eurosentris (dan juga Cina) tentang legenda "keajaiban Mongol kuno" dan dukungan konsep sejarah yang diterima secara umum tentang asal usul Chyngyz Khan dari klan "etnis proto-Mongol" - nenek moyang Khalkha Mongol dan penciptaan Kekaisaran Mongol oleh mereka adalah politisasi historiografi, tidak diragukan lagi, ada pada saat penciptaan mitos ini.
Tujuan utama historiografi Eropa mendukung mitos bangsa Mongol kuno adalah pengembara semi-liar secara ajaib(yaitu, sepenuhnya secara tidak sengaja) yang berhasil menciptakan Kekuatan Eurasia yang besar dan stabil dengan undang-undang dan sistem administrasi publik yang maju pada masanya dan “memenuhi kebutuhan seluruh komunitas masyarakat negara Mongolia”, dengan ekonomi dan budaya yang maju Pada masanya, pendapat tentang sifat peradaban Barat yang tidak diragukan lagi maju langsung masuk ke dalam kesadaran masyarakat dibandingkan dengan peradaban lain, yaitu Eropa Timur dan Oriental. Dengan demikian, kemungkinan besar untuk memiliki peradaban Eurasia yang sebanding dengan peradaban Eropa Barat dalam tingkat perkembangan budaya dan ekonomi menjadi tertolak. Mitos ini dipertahankan, dengan sedikit perubahan, dalam historiografi Soviet - sesuai dengan kebijakan nasional dan kebutuhan pembangunan negara kaum Bolshevik.
Analisis paling obyektif dan tidak memihak tentang sejarah bangsa Mongol tidak diragukan lagi diberikan oleh L.N. Gumilyov, meskipun sampai batas tertentu ia terpaksa menggunakan alegori dalam karyanya karena alasan yang dapat dimengerti (lihat di atas).
Ketika mempertimbangkan “misteri bangsa Mongol kuno”, dalam hal ini pertanyaan tentang etnisitas mereka, saya yakin perlu berpedoman pada definisi etnos yang diberikan oleh L. N. Gumilyov: “kelompok etnis terbentuk secara alami. non-sosial kumpulan orang – negara yang berbeda.” Kelompok etnis terdiri dari orang-orang yang, beserta ciri-ciri lainnya (antropologis, linguistik, dan lain-lain), dibedakan berdasarkan ciri-ciri tertentu yang hanya melekat pada anggota suatu kelompok etnis tertentu, stereotip perilaku, yang mereka peroleh pada masa kanak-kanak dari orang tua dan sesama anggota suku dan yang dengannya mereka mendefinisikan (mengenali) satu sama lain. Sebuah tanda objektif (ekspresi) yang integral, juga diperoleh sejak masa kanak-kanak, dari stereotip ini adalah identifikasi diri dari perwakilan suatu kelompok etnis, yang diekspresikan dalam penunjukan diri etnis.
Artinya, suku bangsa adalah obyek (sistem) yang diciptakan oleh alam itu sendiri dan berkembang menurut hukum alam. Oleh karena itu, suatu etnos memiliki “budaya asli”, namanya sendiri, yang digunakan untuk menunjuk anggota kelompok etnis lain - sebuah etnonim, yang dalam banyak kasus bertepatan dengan nama diri etnos tersebut.
Tidak mungkin untuk secara artifisial, “atas perintah”, menciptakan kelompok etnis ini atau itu - misalnya, “Soviet” atau “rakyat” lainnya - ini sudah menjadi sistem politik, komunitas sosial masyarakat, dan bukan kelompok etnis. Dengan demikian. Dan komunitas ini tidak akan memiliki kualitas yang dimiliki suatu kelompok etnis, meskipun mereka diberkahi dengan “bahasa, tulisannya sendiri”, dll. Dan yang paling penting, komunitas ini tidak akan memiliki kesatuan dan stabilitas sebagai suatu sistem, kualitas pemersatu pada tingkat atau tingkat yang sama. lain.
Durasi alami keberadaan suatu etnos, menurut kesimpulan L.N. Gumilyov, rata-rata adalah 1200–1500 tahun. Kondisi yang diperlukan untuk munculnya kelompok etnis baru adalah interaksi (pencampuran penuh atau sebagian) kelompok etnis satu sama lain - yaitu, suatu kelompok etnis dapat memiliki dua atau lebih “nenek moyang” langsung ( 34 ).
Pembenaran atas posisi di atas tentang etno dikemukakan oleh L.N. Gumilyov dalam karyanya dan saya yakin tidak perlu menyatakannya kembali di sini; kami hanya akan menyajikan apa yang relevan dengan topik karya ini secara keseluruhan: kelompok etnis hidup berdampingan dan berkembang dalam interaksi dengan tetangganya dalam “perkembangan tempat”, dalam bentuk sistem yang stabil - super-etno: “Hampir semua kelompok etnis yang kita kenal dikelompokkan ke dalam struktur unik - “budaya” atau “super-etnis integritas". Nama-nama “budaya” bersifat konvensional: Bizantium, Eropa Barat (Romano-Jerman), Rusia, Stepa Besar, Cina, dunia Muslim, dll. Namun masing-masing budaya merupakan integritas unik dari keberadaan sejarah, dan bukan generalisasi acak. diterima untuk kemudahan klasifikasi » ( 34 , 173).
“Satu-satunya kriteria yang dapat diandalkan untuk membedakan kelompok super-etnis, serta kelompok etnis, bukanlah bahasa, bukan agama, tetapi stereotip perilaku (ibid.). Superetnosa merupakan sistem etnis yang bertahan lama, namun bukan sistem etnis yang hidup selamanya. Batas-batasnya bersifat mobile tidak hanya dalam ruang, yang dikaitkan dengan variasi iklim sekuler yang besar, namun juga dalam waktu. Alasannya adalah hukum internal etnogenesis dan interaksi tetangga. Yang sangat penting dalam kontak adalah tanda saling melengkapi dari kelompok superetnis yang saling berinteraksi. Komplementaritas positif dari dua kelompok superetnis utama negara kita - Rusia dan Stepa - adalah kunci bagi pembentukan Negara Moskow, dan kemudian perluasan wilayah Kekaisaran Rusia, dan Uni Soviet yang tidak dapat diganggu gugat selama Perang Dunia Kedua. . Saling melengkapi adalah rasa simpati timbal balik yang tidak disadari dan tidak terdefinisi antara kelompok super-etnis dan bahkan individu yang berbeda.
Saling melengkapi itulah yang menjadi alasan persahabatan Alexander Nevsky dan putra Batu, Sartak. Namun ternyata, hal itu juga terjadi di tingkat kelompok etnis: Rusia dan Tatar, karena ketergantungan politik Rus' pada Sarai tidak menghalangi pembukaan tahta uskup di ibu kota Golden Horde pada tahun 1260 dengan seorang uskup Rusia, dan kemudian setelah "Jame Agung" menerima Rus' dari Jenghisid dan Mongol biasa... Ivan IV mengakhiri kemerdekaan politik Horde, tetapi ini tidak menghentikan mereka untuk berbicara bahasa Tatar di Kremlin dan bahkan menempatkan Kasimov Khan di atas takhta” (ibid., 177–178).
Sehubungan dengan topik bab ini, sesuai dengan uraian di atas, timbul asumsi bahwa kelompok etnis “Mongol kuno” dapat atau seharusnya, meskipun kekuasaan mereka runtuh, “ada” hingga saat ini, dengan memiliki tanda-tanda yang cukup. dan harta benda yang dimiliki kelompok etnis ini pada masa pembentukan dan kekuasaan negaranya.
Tampaknya kelompok etnis yang telah lama mendominasi negara dan masyarakat dengan kekuatan yang besar dan berkuasa harus melestarikan bahasanya (dengan mempertimbangkan perubahannya dari waktu ke waktu), ciri-ciri antropologis mayoritas perwakilannya (dasar, memperhitungkan perkawinan campuran dalam jumlah yang cukup dengan perwakilan jenis lain) dan banyak tanda lainnya. Dan yang terpenting, perwakilan kelompok etnis ini harus mempertahankan kemampuan untuk mengidentifikasi dirinya sebagai satu bangsa, komunitas, dan pertahankan stereotip perilaku dan nama etnis Anda.
Sejarah resmi menawarkan versinya sendiri tentang solusi untuk masalah ini: etnisitas “Mongol kuno” sebagian dilestarikan di Republik Rakyat Mongolia dan sebagian besar - sekitar 70% dari jumlah total mereka - di Mongolia Dalam - wilayah otonom Rakyat Republik Tiongkok berupa Khalkha Mongol. Bangsa Mongol Khalkha (nama sendiri “Khalkha”), menurut sejarawan resmi, melestarikan bahasa nenek moyang “Mongol kuno”, karakteristik antropologis (ras Mongoloid tipe kontinental), dan keterampilan metode utama pertanian (peternakan sapi nomaden). Dan kecenderungan terhadap cara hidup yang baik juga telah dilestarikan di kalangan sebagian besar masyarakat ini dalam bentuk kebiasaan tinggal di tempat tinggal berpindah-pindah - yurt. Di wilayah Eurasia yang tersisa, di mana kekuasaan Kekaisaran Mongol diperluas, menurut sejarawan resmi, etnisitas “Mongol kuno” tidak dipertahankan, karena mereka “dibubarkan” (diasimilasi) oleh orang-orang yang ditaklukkannya dalam sebuah negara. waktu yang sangat singkat menurut standar sejarah - berbagai penulis menyebut periode waktu yang berbeda - dari sekitar 10–20 hingga 100 tahun. Oleh karena itu, harus diasumsikan bahwa inilah sebabnya “bangsa Mongol kuno” tidak punya waktu untuk meninggalkan dokumen tertulis yang membuktikan kegiatan kenegaraan mereka dalam bahasa mereka (Khalkha-Mongol kuno), yang berasal paling lambat abad ke-18. ( 111 ).
Untuk menilai keandalan versi sejarah resmi di atas tentang penciptaan Kekaisaran Mongolia oleh nenek moyang Khalkha Mongol, kami akan mencoba menentukan berdasarkan bahan yang tersedia karakteristik dan sifat etnis apa yang dimiliki kelompok etnis ini - yaitu, kelompok etnis "Mongol kuno" yang diasumsikan oleh ilmu sejarah resmi - "bangsa Mongol sebelum Chyngyz Khan" .
Dengan cara yang sama, yaitu “Mongol kuno”, L.N. Gumilev dalam karyanya menyebut kelompok etnis para pendiri Mongol dan sesama anggota suku Penguasa Tertinggi pertamanya Chyngyz Khan. Dan mari kita lihat apakah ciri-ciri etnis dan sifat-sifat "Mongol kuno" sesuai dengan ciri-ciri dan sifat-sifat etno Khalkha Mongol modern - sampai batas tertentu sehingga yang pertama dapat dianggap sebagai nenek moyang yang terakhir, dan jika ternyata bahwa, kemungkinan besar, hal ini tidak sepenuhnya benar, maka kami juga akan mencoba menentukan kelompok etnis modern mana yang paling sesuai dengan semua karakteristik ini.
Pertama, seperti disebutkan di atas, ada banyak informasi sejarah yang sepenuhnya dapat dipercaya Nama, Dan nama diri kelompok etnis ini ditunjuk dengan kata yang sama - "Tatar": mengenai pertanyaan tentang asal usul Chyngyz Khan, L. N. Gumilev menunjuk pada sudut pandang akademisi Rusia, sejarawan orientalis V. P. Vasiliev ( 31 , 412), informasi yang karyanya jarang diberikan dalam sejarah resmi bangsa Mongol, dan jika informasi ini disebutkan, esensi isinya tidak terungkap - pada dasarnya hanya dinyatakan bahwa sudut pandang Akademisi V.P “tidak berdasar”, tanpa memberikan argumen apa pun. L. N. Gumilyov mendefinisikan sikap sejarawan resmi Barat terhadap sudut pandang V. P. Vasiliev secara spesifik dan adil - dia “ tidak diterima secara umum"(ibid.).
Mari kita perhatikan informasi apa dari sumber sejarah Tiongkok kuno yang terkandung dalam karya V.P. Vasiliev, dan kesimpulan apa, yang “tidak diakui” oleh orang Barat, yang dibuat oleh akademisi Rusia berdasarkan informasi ini. Dan yang paling penting, kami juga akan mempertimbangkan bagaimana data V.P. Vasiliev tentang masalah yang sedang dipertimbangkan sejalan dengan data dari sumber lain, termasuk data yang diperoleh oleh sejarawan Orientalis jauh setelah kematian akademisi tersebut, pada abad ke-20.
V.P.Vasiliev menulis: “ Pendapat kami tentang asal usul nama Mongol berbeda dengan tafsir yang diterima orang lain(yaitu, sejarawan Barat. - GE.). Kami percaya bahwa nama ini tidak disandang oleh rakyat sebenarnya dari Jenghis Khan sebelum ia mengambil gelar kekaisaran (pada tahun 1206), dan tidak hanya ulus tempat ia dilahirkan, tetapi juga generasi dari suku yang sama dengannya, jika mereka hanya mempunyai nama umum, maka tak lain adalah Tatar" ( 17 , 159).
Pada saat yang sama, V.P. Vasiliev menekankan bahwa dua nama - "Tatar" dan "Tatan", yang ditemukan dalam sumber-sumber Tiongkok, berarti suku (komunitas etnis) yang sama - Tatar. Nama kedua - "Tatan", muncul sehubungan dengan distorsi nama "Tatar" dalam bahasa Cina tertentu, dan kedua kata tersebut berarti komunitas etnis (kebangsaan atau orang) yang sama ( 17 , 135).
V.P. Vasiliev menyelamatkan kita dari kebingungan yang ditimbulkan oleh para sejarawan Barat berkat “bantuan” yang diberikan kepada orang Eropa oleh orang Cina dan Persia dalam bentuk memberi mereka legenda “tentang etnis Mongol awal, sesama anggota suku Chyngyz Khan” (yang tentangnya akan ada penjelasan lebih detail di bawah ini): “Tidak perlu berpikir seperti itu nama Tatar atau Tatan sebelum Jenghis Khan umum bagi semua suku, yang lalu mereka menyebut mereka orang Mongol"(tekankan milikku. - GE.). “Para orientalis Eropa yang sudah lama mengenal nama ini, entah kenapa saya tidak tahu, ingin memisahkan kata Tatar dari Tatan. Yang pertama, kata mereka, adalah nama satu generasi saja (suku, bangsa. - GE.), yang ditaklukkan oleh Jenghis Khan, orang kedua yang umum di Mongolia. Namun Meng-hun juga menulis Tatar dan Tatan, karena bahasa Cina selalu memutarbalikkan nama asing. Kata Cina Tatan tidak pernah secara eksklusif merupakan nama umum untuk semua suku yang tinggal di Mongolia. Ini adalah nama hanya satu suku, yang dibawa ke Pegunungan Ininan dari pedalaman Manchuria, mungkin pada abad ke-6 hingga ke-7. N. e. Suku (kebangsaan) ini “kemudian, mungkin, didorong lebih jauh ke utara…”, dan “... selama pemerintahan Khitan (abad X-XI), sejarah menemukan mereka di barat laut Dansyan” ( arah ke Altai dan Dzungaria. GE.). Suku Tatar kemudian disebutkan dalam kronik juga sebagai sekelompok suku (orang) "yang mengelilingi Chateau" dan dari sana, dari barat , menurut Meng-hung Cina, mereka datang lagi ke timur Eurasia. Dan saat itulah “generasi Tatar di bawah Jenghis Khan menjadi bangsawan” (penekanan dari saya. - GE.) (17 , 136–137), dan sama sekali tidak “dihancurkan” olehnya, seperti yang kita lihat, bertentangan dengan pernyataan sejarawan resmi.
Sebaliknya, nama etnik suku (masyarakat) asli Chyngyz Khan adalah nama “Tatar”, dan hingga zaman Mongol, hingga akhir abad ke-12 - awal abad ke-13, bertentangan dengan “pendapat yang diterima secara umum. ” dari para sejarawan Eurosentris, itu tidak hanya merupakan “nama kolektif dari suku-suku yang berbeda” , tetapi pada dasarnya adalah nama dan nama diri dari kelompok etnis (orang) tertentu.
Dengan menunjukkan hanya satu diakui secara umum L. N. Gumilev terpaksa membatasi pandangannya tentang “makna kolektif nama Tatar” dalam karya-karyanya (misalnya, 31 , 413). Namun pada saat yang sama, ia mencatat bahwa nama etnis dapat berupa (tergantung situasinya) baik nama kelompok etnis tertentu maupun nama kolektif “berbagai suku” (masyarakat) (ibid.) - misalnya, seperti halnya nama "orang Rusia" - secara kolektif, misalnya, orang Eropa Barat menyebut semua orang Rusia, sebagaimana mereka sebelumnya menyebut semua warga negara Uni Soviet. Namun penggunaan etnonim dalam beberapa kasus dalam arti kolektif “sama sekali tidak” tidak berarti mengesampingkan fakta bahwa nama tersebut juga merupakan nama dan nama diri suatu kelompok etnis (masyarakat) tertentu.
V.V. Bartold juga berbicara secara spesifik tentang nama dan nama diri “Mongol kuno”, pendiri kekuasaan Chyngyz Khan dan sesama anggota sukunya: “Dalam cerita tentang penaklukan Mongol pada abad ke-7-13. penakluk di mana pun (baik di Tiongkok maupun di dunia Muslim, di Rusia dan Eropa Barat) disebut Tatar" ( 8 , 559). Menurut pendapat akademisi Rusia ini, serta pendapat V.P. Vasiliev, sesama anggota suku Chyngyz Khan “menyebut diri mereka Tatar, orang Tatar” (ibid., 255).
Mari kita simak pertanyaan tentang hubungan dalam sejarah nama “Tatar” dan “Mongol”, tentang asal usul “nama Mongol”, yang juga dianggap “belum terselesaikan oleh para peneliti” ( 87 , 28) dan terlebih lagi - “jauh dari resolusi yang memuaskan” ( 3 , 185). Seperti yang akan kita lihat, permasalahan ini juga diklarifikasi dengan cukup jelas dan masuk akal dalam karya Akademisi V.P.
“Meng-hun dengan jelas mengatakan bahwa Tatar bahkan tidak tahu dari mana nama Mongol berasal. Mukhuri, (sekutu terdekat dan sesama anggota suku Chyngyz Khan. - GE.) ketika bertemu dengan pejabat Tiongkok, terus-menerus menyebut dirinya orang Tatar. Oleh karena itu, nama Mongol, pada awalnya, murni ilmiah dan resmi, dan dengan demikian, kedua nama ini (yang nama terakhir lebih dominan karena keresmiannya yang sama) tidak hanya membingungkan para ilmuwan Eropa, tetapi juga Rashid Eddin dan, mungkin, orang-orang sezamannya. , bagi siapa tampaknya nama Mongol seharusnya atau seharusnya sudah ada sejak lama" ( 17 , 137).
Seperti yang bisa kita lihat, “nama “Mongol” adalah murni resmi”, yang berarti dinasti dan subyek Negara Chyngyz Khan (ibid., 137), oleh karena itu, nama tersebut secara lemah dicangkokkan ke Tatar sebagai sebuah kelompok etnis (sejak ada sudah menjadi nama untuk kebangsaan yang mapan - Tatar). Juga, kira-kira, di bekas Uni Soviet, sebagai bagian dari rakyat Soviet, selain Rusia - negara yang dominan, yang namanya orang asing menyebut semua orang Soviet sebagai orang Rusia, ada banyak negara lain, dan di antara rakyat Kekaisaran Mongol - “Mongol”, selain Tatar, kemudian ada banyak kelompok etnis lain (suku, bangsa). Tentu saja, ada juga nenek moyang bangsa Khalkha-Mongol modern.
Mari kita membahas lebih detail tentang informasi V.P. Vasiliev tentang asal usul nama "Mongol".
Seperti yang ditulis Meng-hung, “...sebelumnya ada masyarakat Mengu, yang takut pada Jurchen, dan tetuanya menyatakan dirinya sebagai kaisar. Setelah itu mereka dimusnahkan; namun, ketika Jenghis Khan mendirikan kekaisaran, rakyat Jin yang melarikan diri kepadanya mengajarinya untuk mengambil nama orang-orang ini untuk menanamkan rasa takut pada orang Jin" ( 17 , 80), kemudian muncul kata “Mongol-Tatar” - dalam bahasa Cina berbunyi “men-da” (ibid., 216).
“Nama yang diadopsi oleh Jenghis Khan memiliki arti ganda: hieroglifnya memiliki arti, dan suaranya mengingatkan pada orang-orang yang pernah memusuhi orang Jin” (ibid., 161).
Sejak proklamasi Kekaisaran pada tahun 1206, “Temuchen mengambil gelar Jenghis Khan ... dan memberikan kekuasaannya nama Mongol” (ibid., 134). Nama kekuatan tersebut secara harfiah berbunyi, seperti yang dilaporkan oleh penulis Tiongkok, “Men-gu”, yang berarti “menerima yang kuno” sesuai dengan hieroglif yang ditulis dalam bahasa Tiongkok, dalam surat kepada mereka dan kepada Jin, nama dari Kekuatan Mongol (ibid., 161) . Versi terjemahan lain dari hieroglif ini oleh V.P. Vasiliev adalah “melestarikan yang kuno” (1890).
Perhatikan bahwa kata “Mengu” dalam “bahasa Turki kuno” berarti “abadi” ( 63 , 17), (87 , 113).
Menekankan bahwa “mantan Mengu”, yang dimusnahkan oleh Jurchen jauh sebelum berdirinya Kekuatan Mongol, adalah orang yang sama sekali berbeda, berbeda dari kelompok etnis Chyngyz Khan dan “Mongolnya”, V.P pertama-tama pilih nama kekuatan, dan kemudian hieroglif yang sesuai dengan arti nama ini (untuk korespondensi dengan orang Jin).
Dan pertama-tama, kemungkinan besar, nama kekuasaan dan dinasti dipilih - "mengu" (artinya "abadi", dan kata sifat darinya "mengel" - "abadi", "abadi"). Dan kata ini, ditranskripsi berkali-kali oleh penulis yang berbeda, dan berubah menjadi kata “Mongal” ( 68 ), "magul" ( 13 , 234–235), "moal" ( 88 ), "Mongol" telah sampai kepada kita.
Arti karakter Cina yang paling cocok (untuk menyuarakan Jinydam) berarti (atau dimaksudkan selama terjemahan oleh V.P. Vasiliev), kemungkinan besar, "menerima yang kuno" (pilihan terjemahan lain adalah "melestarikan yang kuno"). Di sini bunyi hieroglif bertepatan dengan nama orang "Men-Wu" (Mengu, Mingu), yang sebelumnya "mengerikan bagi Jurchen", musuh Tatar Chyngyz Khan. Jadi namanya, dan kemudian hieroglifnya, seperti yang kita lihat, dipilih: “ dalam nama ini(“mengu.” - GE.) hieroglif yang benar-benar berbeda, dan bukan hieroglif yang digunakan untuk menulis nama min-gu sebelumnya, dan nama yang diadopsi oleh Jenghis Khan memiliki arti ganda: hieroglif tersebut memiliki makna, dan suaranya mengingatkan pada orang-orang yang pernah bermusuhan kepada orang Jin"( 17 , 161).
Di bawah ini kita akan melihat bagaimana pencipta legenda tentang "etnis Mongol - sesama anggota suku Chyngyz Khan, musuh Tatar" menggunakan kesesuaian dengan nama orang-orang kuno, yang pernah "mengerikan bagi Jurchen" dan dihancurkan oleh mereka jauh sebelumnya. peristiwa yang dimaksud, dengan nama Kekuatan Chyngyz Khan, yang diwariskan kepada rakyatnya adalah "Mongol". Kata-nama “sama sekali tidak” ini tidak berarti etnis pada saat itu, meskipun pada awalnya kata tersebut terutama merujuk pada Tatar abad pertengahan, pendiri dan ideolog pertama Negara Chyngyz Khan dan sesama anggota sukunya.
Berikut adalah beberapa informasi lebih lanjut tentang sejarah kelompok etnis asli Chyngyz Khan dari sumber-sumber Tiongkok yang diterjemahkan oleh V.P. Vasiliev: “Satu generasi terpisah (suku, kebangsaan) yang keluar dari Manchuria di bawah tekanan Khitan - semi-nomaden yang suka berperang - menetap di dekat Inshan, disebut Datan (Tatar); nama ini menjadi terkenal di Tiongkok pada masa Dinasti Tang” (awal abad ke-7). Selama pemerintahan Khitan, sejarah menemukan mereka berada di barat laut Dansyan, Tuguhunt, dan Tukue" ( 17 , 136) - ini dari pegunungan Yinshan menuju Altai dan Dzungaria (Chateau).
Pada tahun 870, para penulis sejarah mencatat aksi militer Tatar kuno bersama dengan Turki Shato melawan “pemberontak Tiongkok Panxun”. Ada informasi bahwa Tatar memberikan perlindungan kepada para pemimpin Turki Shato - yang terakhir “melarikan diri ke Datanyi.” Tercatat bahwa Tatar kuno ahli dalam menunggang kuda dan menembak, serta memiliki banyak unta dan kuda. “Nama-nama generasi dan tetua mereka masih belum diketahui sejarah; Hanya nama Zhavantsu, Tsege yang diketahui" ( 17 , 165–166) - tidak diragukan lagi, nama-nama tersebut terdistorsi hingga tidak dapat dikenali lagi oleh transkripsi berbahasa Mandarin.
V.P. Vasiliev juga menjelaskan bahwa suku-suku Turki yang tinggal di padang rumput Shato adalah Tukues atau Shatos, “disebut demikian dari padang rumput Shato, yang terletak di sebelah barat Barkul” (sebuah danau di Dzungaria. - GE.), pada abad VIII–IX. bermigrasi ke timur, “ke sisi utara punggung bukit Yinshan” (ibid., 136).
Suku yang sama juga dijelaskan oleh L.N. Gumilyov; dia menyebut Shatost sebagai “orang Turki Shato, keturunan Hun Asia Tengah” ( 32 , 354, 483).
“Pada saat yang sama, sejarah mencatat kemunculan suku Manchu Tatan di daerah ini... Pada abad ke-9. sejarah tidak lagi menyebut orang Shatos di tempat-tempat tersebut; sebaliknya, pada masa Dinasti Khitan, Dadan (Tatar) muncul di sini. Akibatnya... kedua klan bercampur satu sama lain, dan terdorong mundur oleh serangan gencar bangsa Khitan dan Tangut dari kerajaan Xia, lebih jauh ke utara dan barat, dan sudah berada di bawah Chyngyz Khan, setelah selesai, menurut kata-kata V.P , sebuah "rotasi melingkar" dari migrasi mereka, Tatar Chyngyz Khan datang dari barat (dari sisi Chateau - Dzungaria) lagi ke timur Eurasia, di mana "generasi Tatar di bawah Jenghis Khan menjadi bangsawan" ( 17 , 136–137).
Seperti yang juga dicatat oleh V.P. Vasilyev, kronik Tiongkok melaporkan beberapa ciri khas dari kelompok etnis ini - pada saat yang sama mereka “semuanya berani dan terampil dalam pertempuran”, Tatar kuno, sesama anggota suku Chyngyz Khan, juga “terlibat dalam pertanian subur. .” Selain itu, mereka juga sudah mengetahui cara membuat senjata dan produk lain dari besi dan tembaga pada abad ke-9 hingga ke-10. ( 17 , 165). “Orang Khitan, meskipun berdagang dengan Datan (Tatar), tidak membiarkan besi mencapai mereka. Ketika orang Jin menguasai tanah di sebelah tenggara Sungai Kuning, besi dan tembaga jatuh ke tangan Datan dan mereka membuat senjata untuk diri mereka sendiri” (ibid.). Karena pada tahun 1115, di situs kerajaan Khitan yang dikalahkan oleh Jurchen (dengan bantuan Tatar), muncullah kerajaan Kin (Jin).
Lebih lanjut, kronik tersebut bersaksi: “Ketika negara Jin kuat, Datan (Tatar) membawa upeti setiap tahun, tetapi ketika Wei Wang naik takhta (Jin), penguasa Datan Temuchen menyatakan dirinya sebagai Kaisar Jenghis” (ibid., 165).
Jadi, dari sekitar abad ke-7 hingga ke-8. di wilayah Eurasia Tengah dari Inshan hingga Dzungaria, dan seperti yang akan kita lihat di bawah, lebih jauh ke Altai, Ural dan Volga dan seterusnya, terjadi “pencampuran” dan pemukiman setidaknya dua atau tiga suku dan banyak individu “Turki klan”. Peran utama, yang akan ditegaskan di bawah, dalam pembentukan kelompok etnis baru dimainkan oleh Tatar kuno, yang sebelumnya muncul dari Manchuria, Turki Shato, dan sebagian Uyghur ( 17 , 136–137). Selama migrasi ke Barat, mereka termasuk kelompok etnis Tatar dan “klan Turki lainnya” yang tinggal di Stepa Besar ( 87 , 102). Dan, seperti yang dikatakan L.N. Gumilev, “di abad ke-11. ledakan baru etnogenesis menciptakan etnos - Mongol" ( 34 , 59). Tetapi sesama anggota suku Chyngyz Khan, seperti yang telah kita ketahui dari karya-karya V.P. Vasiliev, dan, bagaimanapun, juga seperti yang dijelaskan L.N. . disebut Tatar" ( 34 , 41; 30 , 270).
Di sini juga perlu diberikan penjelasan, berdasarkan data V.P. Vasiliev, mengenai opini luas “tentang pembagian pengembara heterogen di Asia Tengah dari Tembok Cina hingga taiga Siberia” menjadi “Tatar putih, hitam, dan liar .”
Asal usul gagasan keliru tentang kebingungan yang salah dan sekaligus pembagian Tatar abad pertengahan sebagai “semua pengembara dengan nama umum Tatar” adalah sebagai berikut: divisi serupa ada, tetapi secara eksklusif dalam satu orang, Datan (Tatar), dan perwujudan perpecahan ini dimulai sekitar abad ke-8 hingga ke-10.
Dan ini tentangnya: “Orang-orang Denmark semuanya berani dan terampil dalam pertempuran, mereka yang tinggal dekat Tiongkok disebut “terpelajar” (zhe, yaitu, “matang.” - V.P.Vasiliev) oleh orang Danian, mereka terlibat dalam pertanian subur... Mereka yang jauh dari Tiongkok disebut "liar" (shen "mentah." - V.P.Vasiliev)…» ( 17 , 165).
Seperti yang Anda lihat, hieroglif yang digunakan untuk menunjukkan kata "liar" sama dengan yang digunakan untuk menunjukkan kata "mentah", dan ungkapan ini digunakan untuk menunjukkan Tatar kuno, "jauh dari Tiongkok" - yaitu, mereka Tatar yang cara hidupnya tidak cukup terwakili oleh orang Cina. Seperti yang bisa kita lihat, pada saat itu, hanya wilayah timur dunia Tatar abad pertengahan yang cukup dikenal oleh orang Tiongkok. Dan di sini perlu untuk memperjelas satu ciri bahasa asal timur - kata "mentah" mungkin tidak berarti kata " liar“dilihat dari tingkat budayanya. "Mentah" artinya persisnya jarak- baik secara harfiah maupun kiasan - dari orang tertentu, kelompok etnis, budayanya, bahasanya, dll.
Misalnya dalam bahasa Tatar juga ada ungkapan “mentah” yang memiliki arti serupa, mereka mengatakan tentang seseorang “chi Tatar”, “chi rus”, dll. Yang dalam terjemahan literal akan terdengar seperti “Tatar mentah”, “ bahasa Rusia mentah”, dll. n. Ini hanya berarti bahwa seseorang didefinisikan sebagai orang yang diberkahi dengan “daging dan roh”, dengan segala sifat bangsanya, tidak tunduk pada pengaruh bangsa (bangsa) lain dalam arti yang seluas-luasnya. kata tersebut, dengan mempertimbangkan asal usul, bahasa, budaya, dll., dll., tetapi tidak berarti menentukan tingkat “peradaban” seseorang.
Oleh karena itu, seperti yang ditulis oleh akademisi V.P.Vasiliev, orang Tatar("generasi") dan di bawah Chyngyz Khan “dibagi menjadi tiga klan: hitam, putih dan memberontak(Sabudai termasuk dalam kelompok kulit putih). Dalam sejarah Yuan, dua jenis Tatar disebutkan: Chakhan (putih) dan Angi-Tatar, yang terakhir mungkin sama dengan pemberontak; Tetapi Tatar Duri tidak disebutkan di mana pun, dan ini akan tampak sangat wajar, ketika kita mengetahui bahwa Jenghis Khan sendiri termasuk dalam generasi ini (tekankan milikku. - GE.), dan karena bahasa resmi dimana-mana menggantikan nama generasi sebelumnya (Tatar) dengan kata Mongol” ( 17 , 135).
Men-khun menulis tentang sesama anggota suku Chyngyz Khan: “Generasi (ini) berasal dari Shato dan merupakan klan khusus. Mereka dibagi menjadi tiga jenis: hitam, putih dan pemberontak (liar)” (ibid., 216). “Pangeran Subutai berasal dari Tatar Putih” (ibid., 217). “Kaisar Jenghis saat ini, para komandan, menteri, dan pejabat utamanya semuanya adalah anggota Tatar Hitam (Kharachin?)” (ibid.). “Panglima seluruh pasukan, Rektor seluruh provinsi, Adipati Agung Mukhuri adalah seorang Tatar Hitam, orang Cina memanggilnya Me-hou-lo; di koran mereka menulis Mou-he-li - semua ini disebabkan oleh distorsi dialek selatan dan utara" (ibid., 221), "ketika saya bertemu dengannya (Mukhuri) saya sendiri mendengar dia menyebut dirinya setiap kali seorang Tatar manusia" (ibid., 220).
Dan mari kita berikan juga contoh bahwa nama “Tatar” mengacu pada kelompok etnis tertentu, dan bukan “nama kolektif untuk suku nomaden”:
Akademisi V.V. Bartold tentang Tatar “sebelum Chyngyz Khan”: “Dalam Mujmal at-tawarikh tanpa nama (c. 520/1126), penguasa Tatar Simun buyuy (atau bivi?) Jayar disebutkan dalam daftar penguasa” ( 8 , 559).
Ilmuwan modern terkenal, sejarawan Orientalis terkemuka S.G. Klyashtorny: “... Bagaimanapun, pada abad X-XII, etnonim"Tatar" terkenal tidak hanya di Kekaisaran Tengah (di Tiongkok Selatan. - GE.), tetapi juga di Asia Tengah dan Iran. Jadi, bersama dengan orang Turki Karakhanid, Tatar sering disebutkan dalam puisi penyair Persia paling terkenal. Penyair Ghaznivi Abu-n-Najmi Manuchihri (abad ke-11) menulis tentang seorang pemuda tampan dengan “ Penampilan Turki-Tatar"(tekankan milikku. - GE.) ... Imam Sadr ad-din Harramabadi (XI-XII) dalam qasidah yang didedikasikan untuk Sultan Iskander menyebutkan “Tatar” tertentu” ( 53 , 133).
Informasi lebih lanjut dari sumber-sumber Uyghur dan Tiongkok, ditemukan jauh kemudian oleh V.P. Vasilyev: “Bagaimanapun, dalam kolofon karya Pahlavi Manichaean “Mahr-namag”, yang ditulis ulang dalam bahasa Turfan antara tahun 825–832, kepala Tatar (tatar ara tekin) ” (ibid., 132).
“Antara tahun 958 dan 1084. tiga kedutaan disebutkan ke berbagai pengadilan Tiongkok, yang bersama-sama dikirim oleh penguasa Ganzhou Uyghur dan Gansu Tatar untuk menyimpulkan aliansi militer melawan Tangut” (ibid.) - di sini Tatar secara pasti disebutkan sebagai sebuah kelompok etnis - serta Uyghur.
“Tambahan penting pada berita ini terdapat dalam dua manuskrip Tiongkok dari tahun 965 dan 981. dari perpustakaan gua di Dunhuang (sebuah kota di bagian barat laut Cina, perbatasan provinsi Gansu dengan Daerah Otonomi Uyghur. - GE.). Secara langsung dikatakan bahwa pusat negara Tatar adalah Suzhou, yaitu di perbatasan Gansu dan Turkestan Timur. Tatar yang sama dilaporkan dalam dokumen Khotan-Saki pada abad ke-9 hingga ke-10.” (ibid.).
Perlu kita perhatikan bahwa semua informasi tentang Tatar yang dikutip dari karya S.G. Klyashtorny konsisten dengan pernyataan V.P. Vasiliev bahwa Tatar Chyngyz Khan, menurut Men-hun, datang dari barat, dari Chateau. Artinya, di sisi barat Tiongkok abad pertengahan, sumber-sumber Tiongkok sebelumnya yang diterjemahkan oleh V.P. Vasiliev menunjukkan habitat “Tatar sebelum Chyngyz Khan”.
Di atas, terdapat cukup informasi bahwa orang Cina, dan bukan hanya mereka, menyebut penduduk asli Chyngyz Khan sebelum dia dan pada masa pemerintahannya dengan cara yang sama - Tatar. Saya akan memberikan beberapa kutipan dari catatan penulis sejarah Tiongkok Dinasti Yuan, yang menulis tentang suku dan kerabat Chyngyz Khan beberapa dekade setelah kematian pendiri Negara Mongolia (“Deskripsi Singkat tentang Tatar Hitam”): “Di sekolah-sekolah kota Yangjing mereka mengajarkan literasi Uighur. Selain itu, mereka dilatih menerjemahkan dari bahasa Tatar. Begitu mereka belajar menerjemahkan dari bahasa ini, mereka ditunjuk sebagai penerjemah” - kita berbicara tentang pelatihan pejabat pemerintah, juru tulis, dan penerjemah dari kalangan pemuda Tatar ( 111 , 155). Seperti yang bisa kita lihat, bangsa Mongol-Tatar sama sekali tidak cenderung “sinicize”, yaitu berasimilasi dengan orang Tionghoa, bertentangan dengan pendapat beberapa sejarawan.
Orang Cina lainnya, Xu Ting, menulis pada waktu yang hampir bersamaan: “Orang Tatar kebanyakan menggunakan domba untuk menyediakan makanan bagi diri mereka sendiri” (ibid., 88). Juga, orang Cina, ketika menggambarkan stasiun pos pada periode Yuan - dan stasiun ini disebut, seperti di Rusia - "ubi", membedakannya sebagai "Tatar" dan "Cina" (ibid., 114).
Penulis karya dari mana kutipan ini diberikan ( 111 ), sejarawan Khalkha-Mongol Chuluuny Dalai memberikan komentarnya atas kutipan penulis sejarah abad pertengahan yang ia kutip: setelah kata “Tatar”, “Tatar” ia menulis “Mongol” atau “Mongolia” dalam tanda kurung. Atau dia merinci secara spesifik: “jika dikatakan “Tatar”, artinya “Mongolia”, yaitu Khalkha-Mongolia dan bukan yang lain (ibid., 114).
Perlu dicatat bahwa penulis sumber yang dikutip oleh Chuluun Dalai sendiri tidak membuat reservasi seperti itu, dan nenek moyang Khalkha Mongol juga tidak menjelaskan apapun mengenai hal ini dalam dokumen manapun pada masa itu. Dan Tatar abad pertengahan sendiri tidak meninggalkan penjelasan apapun mengenai fakta bahwa nama etnis mereka sama sekali tidak “ Tatar", A " bangsa Mongol».
Dan secara umum, Chuluuny Dalai tidak memberikan argumen apa pun tentang hal ini - mengapa dalam teks abad pertengahan, ketika membacanya, perlu mengganti kata "Tatar" dengan kata "Mongol", dan pada saat yang sama juga perlu. untuk "menyiratkan" bahwa kita sedang membicarakan kelompok etnis "Khalkha-Mongol" " Lagi pula, tidak ada yang menegaskan bahwa di mana "Tatar" ditulis, yang dimaksud adalah "seorang Mongol" (yaitu, "Khalkha-Mongol", yang berarti Chuluun Dalai), dan dengan mempertimbangkan semua hal di atas, kita dapat dengan aman mengatakan bahwa apa yang tertulis dalam sumber-sumber abad pertengahan yang dianggap, maka ini tersirat, tanpa interpretasi lain - jika tertulis "Tatar", "bahasa Tatar", misalnya, maka kita berbicara tentang perwakilan orang Tatar abad pertengahan atau Tatar mereka bahasa. Dan jika tertulis, misalnya: "Pejabat Mongolia" - dan kita berbicara, seperti yang akan kita lihat di bawah, tentang pejabat Negara Chyngyz Khan, yang bisa berkebangsaan dan agama apa pun - dan contoh juga akan diberikan kepada konfirmasikan ini.
Di sini pantas untuk mengutip pernyataan S. G. Klyashtorny: “... dalam laporan kedutaan Sunn tahun 1211–1212, yang baru-baru ini diterbitkan oleh G. Franke, bangsa Mongol secara konsisten disebut Tatar” ( 53 , 134). Yaitu, justru sebagai kelompok etnis pembentuk negara Kekuasaan Mongol, sebagai penduduk asli Chyngyz Khan, Tatar disebutkan - tetapi “Mongol”, yaitu sebagai kelompok etnis, tidak disebutkan dalam laporan. dari duta besar Tiongkok. Yang merupakan konfirmasi tambahan atas informasi dan, yang paling penting, sudut pandang Akademisi V.P. Vasiliev, yang diberikan tepat di atas. Seperti yang dicatat Men-hun dalam kutipan di atas dari “Catatan tentang Tatar-Mongol”: “Tatar bahkan tidak tahu dari mana nama Mongol berasal…” ( 17 , 137). Artinya, nama “Mongol” untuk Tatar abad pertengahan justru “ilmiah” dan “resmi”, seperti yang didefinisikan dengan tepat oleh V.P. Vasiliev, dan bukan nama kelompok etnis (orang) asli mereka.
Seperti dapat dilihat dari penjelasan di atas, sesama suku Chyngyz Khan, “Mongol kuno”, sebagaimana sejarawan resmi biasa menyebut mereka, “secara konsisten disebut Tatar” sebelum era Mongol, dan selama era Mongol, dan kemudian - dalam etnis akal - oleh semua orang sezaman yang cukup mengenal mereka; baik teman maupun musuh.
Misalnya saja etnis definisi Mongol-Tatar Chyngyz Khan dan dirinya sendiri dalam karya sarjana-sejarawan Arab Ibn al-Asir, sezaman dengan Chyngyz Khan, musuh Mongol-Tatar: “ Karena(617 = 1218–1219 M) tahun datang ke negara-negara Islam Tatar, suku besar Turki, yang habitatnya adalah Pegunungan Tamgadzh, dekat Cina; antara mereka dan negara-negara Islam ada lebih dari 6 bulan (perjalanan). Alasan kemunculan mereka adalah ini: raja mereka, dijuluki Jenghis Khan, dikenal sebagai Temujin(tekankan milikku. - GE.), setelah meninggalkan tanahnya, pindah ke negara-negara Turkestan dan mengirim sekelompok pedagang dan Turki dengan persediaan besar perak, berang-berang, dan barang-barang lainnya ke kota Maverannehra: Samarkand dan Bukhara ... "( 101 , 4–5).
Tiga puluh tahun kemudian, Rukneddin Baybars, emir Sultan Mesir, seorang sarjana-sejarawan Arab (meninggal tahun 1325), menulis: “Apa yang terjadi pada tahun 650 (= 14 Maret 1252 - 2 Maret 1253) termasuk kematian Batu, sang putra Jochi Khan, putra Jenghis Khan, raja Tatar... Setelah dia, Berke, putra Batu Khan, putra Jochi Khan, naik takhta. Inilah orang yang masuk Islam dan memaksa Tatar di negaranya untuk menerima Islam. Pada tahun 653 (= 10 Februari 1255 - 29 Januari 1256) terjadi pertempuran antara raja Tatar Berke dan Hulaku, putra Tuli (putra Chyngyz Khan. - GE.); Hulaku dikalahkan. Sejak saat itu, perang dimulai di antara mereka…” (ibid., 121).
Seperti yang bisa kita lihat, saat ini orang-orang Arab menyebut Tatar, seperti sebelumnya, tepatnya Tatar, meskipun ada “nama resmi” dari rakyat setia Kekuasaan - setiap orang pada saat itu, dan bukan hanya Tatar – Mongol. Jadi terlihat jelas bahwa, sebagaimana sudah menjadi kebiasaan mereka sejak lama, orang Arab menyebut orang yang sudah lama mereka kenal - Tatar.
Apalagi terlihat dari kutipan berikut, Rukneddin Baybars dan rekan-rekan Mamluknya mengetahui langsung tentang Tatar:
« Kedatangan Tatar mencari perlindungan dari tentara Hulaku. Pada tanggal 6 Dzulhije 661 (= 11 Oktober 1263) sekelompok besar Tatar tiba di Mesir, mencari perlindungan dan ingin masuk Islam. Itu adalah kumpulan lebih dari 1000 jiwa, termasuk sesepuh mereka: Keremun, Amtagia, Nukiya, Dzhabrak, Kayan, Nasa-giya, Tabshur, Nabatu, Sanji, Dzhudzhulan, Udzhurka, Urkuk, Kirai, Sulagiya, Menkadym dan Suragan. Mereka adalah pendukung Berke, yang mengirim mereka untuk membantu Hulak; mereka bersamanya selama beberapa waktu; ketika terjadi bentrokan di antara mereka... kemudian Berke menulis kepada mereka untuk meninggalkan Hulaka dan datang kepadanya (Berke), dan jika mereka tidak dapat menemuinya, maka mereka akan bergabung dengan pasukan milik Mesir" ( 101 , 100).
Para Tatar ini (satu kasus “kedatangan” serupa dari sekian banyak kasus diberikan) diterima dengan ramah oleh Mamluk Turki yang kemudian memerintah Mesir, para tetua tersebut menerima posisi komando di pasukan Mamluk. Dan yang luar biasa adalah tidak ada satu pun deskripsi kasus-kasus seperti itu yang menyebutkan bahwa bahasa "Tatar yang tiba" dan rekan Turki baru mereka, Mamluk, memiliki perbedaan yang signifikan - sebagai berikut dari informasi yang diberikan, Tatar dan orang-orang Turki Mamluk memahami satu sama lain tanpa layanan penerjemahan ( 101 , 100).
Dan kemudian, pada paruh pertama abad ke-14, orang-orang Arab, yang sudah menjadi sekutu Tatar-Mongol dan sudah akrab dengan mereka dan bahkan menjadi kerabat, terus menyebut kelompok etnis mereka Tatar:
« Perdamaian dengan raja-raja Tatar dan kembaran Ennasyr dengan raja-raja Utara mereka... " “Dua kekuatan besar Tatar” dijelaskan: “salah satunya adalah kekuatan putra Hulaku, yang merebut Bagdad dan merebut ibu kota Islam di Irak, yang dia (Hulaku) jadikan kota tahtanya; selain itu, mereka memiliki Irakladaj, Fars, Khorasan dan Transoxiana. (Yang lain) adalah kekuasaan putra Jochi Khan, putra Jenghis Khan, di Utara, berbatasan di Timur dengan Khorezm, di Selatan dengan Krimea?) dan perbatasan Konstantinopel, di Barat hingga ke tanah Bulgar... Kekuatan Turki di Mesir dan Suriah berbatasan dengan kekuatan Hulaguid, yang mereka ingin ambil alih Suriah dan mengulangi serangan predator berulang kali. Mereka mencoba memenangkan hati penguasa Arab dan Turkmenistan agar memihak mereka dan bersama mereka mereka mengalahkan mereka (orang Mesir), seperti yang saya lihat dalam cerita mereka…” (ibid., 385).
Dalam kutipan di atas disebutkan suku Tatar, seperti pada contoh di atas dengan suku Uighur, tepatnya dalam arti suatu bangsa (suku), serta orang Arab, Turkmenistan, serta orang Turki (Mamluk), yang sukunya kemudian. mendominasi di Mesir dan Suriah ( 35 , 249–254).
Mari kita menarik kesimpulan antara: ketika membandingkan informasi yang diberikan oleh L.N. Gumilyov dan V.P. Vasiliev, dan informasi dari sumber lain, yang penulisnya adalah perwakilan dari zaman dan masyarakat yang berbeda, menjadi jelas bahwa ini adalah campuran kelompok etnis. Tatar Manjur-Yinshan kuno, Turki -shato dan sebagian dari Uyghur menjadi pendorong dimulainya etnogenesis dan lahirnya kelompok etnis baru “Tatar”. Atau, sebagaimana L.N. Gumilev menyebut orang-orang ini dalam karyanya, “etnos baru - Mongol, yang muncul pada abad ke-9, yang namanya sebelum Chyngyz Khan adalah Tatar” - contohnya diberikan di atas, atau ( 30 , 270; 34 , 41, 59).
Ini adalah kemunculan kelompok etnis “Mongol-Tatar” - orang Tatar abad pertengahan di Chyngyz Khan, “salah satu dari banyak suku stepa Turki” ( 87 , 103), “suku besar Turki, yang rajanya” adalah Chyngyz Khan ( 101 , 4). Dan Chyngyz Khan sendiri berasal dari “suku Turki” yang sama ( 15 ), nama etnis dan sebutan diri yang “tidak lain adalah Tatar” ( 17 , 159).
V.P. Vasiliev, mengungkapkan ketidaksetujuannya dengan pendapat bahwa Tatar kuno adalah nenek moyang Khalkha Mongol modern, mencatat: “dan tidak perlu mencari nama mereka (Mongol saat ini) di antara suku Tatan, yang berasal dari Manchuria dan menetap dekat Yin-Shan » ( 17 , 38).
Dari uraian di atas juga jelas bahwa terdapat alasan yang serius untuk meragukan keabsahan pembagian “Tatar sebelum Chyngyz Khan” dan “Tatar dari Chyngyz Khan” (“Mongol kuno”) dan menganggap mereka sebagai bangsa yang berbeda (kelompok etnis ), dan kita akan melihat di bawah, bahwa keraguan ini akan terkonfirmasi.
Selain itu, informasi lebih lanjut akan diberikan dalam karya ini bahwa Tatar sebelum era Chyngyz Khan, dan Tatar Chyngyz Khan, yang menerima “nama resmi Mongol” setelah awal pemerintahan Chyngyz Khan, dengan tetap mempertahankan etnis mereka. nama dan nama diri “Tatar” " - ini adalah kelompok etnis (orang) yang satu dan sama. Dan orang-orang ini tetap mempertahankan nama etnis dan nama diri mereka bahkan setelah runtuhnya Kekaisaran Mongol, dan sebagian besar keturunan kelompok etnis ini tetap mempertahankan nama dan nama diri mereka, dan “tidak lain adalah Tatar,” hingga zaman modern. .
Sitnikov Vitaly Pavlovich Dari buku Sejarah Rusia. Bagian 1 pengarang Tatishchev Vasily Nikitich
Orang-orang dengan nama kuno di bagian ini adalah Kimry, Sarmatians, di sepanjang Volga, di mana nama desa besar Kimra itu masih dipertahankan hingga hari ini. Uglech, Kashin, Belgorodok (sekarang sepi) termasuk di dalamnya, ch. 24. Krivichi, Sarmatians, lalu Slavia, sekarang Kerajaan Merya, Sarmatians, Rostov, Galich, Kostroma
pengarang Enikeev Gali RashitovichBab 2 Informasi tentang bahasa "Mongol kuno" - sesama suku Nama Chyngyz Khan Mari kita perhatikan bahwa V.P. Vasiliev, tidak setuju dengan pernyataan orang Barat, yang sudah cukup tersebar luas di kalangan ilmiah pada masanya, bahwa bahasa etnos para pendiri pertama
Dari buku Mahkota Kekaisaran Horde, atau tidak ada kuk Tatar pengarang Enikeev Gali RashitovichBab 3 Informasi tentang karakteristik antropologis “Mongol kuno”, atau Tatar kuno dan abad pertengahan L. N. Gumilyov menulis: “Orang Mongol paling kuno tidak memiliki kesamaan dengan orang pirang yang menghuni Eropa. Pelancong Eropa abad ke-13. tidak ada persamaan diantara keduanya
Dari buku Mahkota Kekaisaran Horde, atau tidak ada kuk Tatar pengarang Enikeev Gali RashitovichBab 4 Ciri-ciri tempat berkembangnya “bangsa Mongol kuno”. Kimak dan Kipchak. Beberapa informasi tentang budaya material kelompok etnis “Mongol kuno”, atau Tatar Chyngyz Khan “Eurasia adalah jalur stepa dari Khingan hingga Carpathians, dibatasi dari utara oleh “laut taiga”, yaitu terus menerus
Dari buku Mahkota Kekaisaran Horde, atau tidak ada kuk Tatar pengarang Enikeev Gali RashitovichBab 1 Prasyarat, syarat dan motif pembentukan negara jenis baru oleh Temuchin dan rekan-rekannya. Ideologi pencipta negara Mongol, tercermin dalam data historiografi. Interpretasinya oleh berbagai ahli sejarah di bagian sebelumnya dari karya ini ada
Dari buku Mahkota Kekaisaran Horde, atau tidak ada kuk Tatar pengarang Enikeev Gali RashitovichBab 5 Kekaisaran Mongol-Tatar dan Rus'. Rus' sebelum bangsa Mongol. Asal usul legenda tentang “invasi Mongol-Tatar” dan “perbudakan Rus'”. Informasi tentang partisipasi Rusia dalam gerakan Mongol, dalam kegiatan kenegaraan di Kekaisaran Mongol-Tatar dan di Ulus Jochi Secara resmi
Dari buku Mahkota Kekaisaran Horde, atau tidak ada kuk Tatar pengarang Enikeev Gali RashitovichBab 6 Agresi ideologis, politik dan militer terhadap kekuatan Mongol dan penerusnya - Rusia. Pengaruhnya terhadap historiografi. Sesuatu yang “sejarah resmi” Barat dan Timur tidak disebutkan. Kekuatan pusat - kekuatan Mongol - mempertahankan pengaruhnya sepanjang sejarahnya.
Dari buku History of Korea: from antiquity to the early of the 21st century. pengarang Kurbanov Sergey OlegovichBab 4. KAMPANYE MILITER MONGOL DI GORYO DAN PENYERAHAN GORYO KEPADA DINASTI MONGOL YUAN CINA Bangsa Mongol mulai mengganggu Goryeo sejak awal abad ke-13. Pada tahun 1206 Temujin, diproklamasikan pada tahun 1202 oleh Jenghis Khan, yaitu. "Khan Agung", mengumumkan pembentukan negara. Sekitar waktu yang sama
Dari buku Peradaban Kuno pengarang Bongard-Levin Grigory Maksimovich“Kebudayaan pertanian awal adalah cikal bakal kebudayaan kuno
Dari buku Buku 1. Mitos Barat [Roma “Kuno” dan Habsburg “Jerman” adalah cerminan dari sejarah Rusia-Horde pada abad ke-14-17. Warisan Kekaisaran Besar dalam kultus pengarang Nosovsky Gleb Vladimirovich4.2. Invasi “Mongol” ke Eropa Barat dan Selatan, Asia dan Afrika Munculnya Kerajaan Besar = “Mongolia” Menjelang akhir paruh pertama abad ke-14, pada masa pemerintahan Ivan Danilovich Kalita = Kalifa = Khalifa, penciptaan (restorasi) Kekaisaran dimulai. pasukan kavaleri Rusia,
Dari buku States and Peoples of the Eurasian Steppes: from Antiquity to Modern Times pengarang Klyashtorny Sergey GrigorievichKonsep kekuasaan tertinggi di kalangan bangsa Mongol kuno Ayah Jenghis Khan, Yesugei, hanyalah seorang bahadur (“ksatria”, “pahlawan”; gelar Turki-Mongol kuno) dan tidak pernah menyandang gelar khan selama hidupnya. Putranya, Temujin, sebagaimana telah disebutkan, terpilih sebagai khan dua kali, sekitar tahun 1189 dan pada musim semi
Dari buku Sejarah Umum dalam Tanya Jawab pengarang Tkachenko Irina Valerievna2. Apa ciri-ciri utama negara-negara kuno India dan Cina? Sejarawan modern percaya bahwa India muncul dari pertemuan dua peradaban: peradaban perdagangan perkotaan, yang berkembang di Lembah Indus, dan peradaban pastoral-nomaden, kerabat jauh Celtic, Yunani, dan Romawi.
Isi artikel
MONGOL- sekelompok suku nomaden di Asia Timur-Tengah, yang pada awal abad ke-13. bersatu menjadi satu bangsa di bawah kepemimpinan penakluk besar Jenghis Khan. Di bawah kepemimpinannya dan penerusnya, bangsa Mongol mendirikan sebuah kerajaan yang mencakup hampir seluruh Asia dan Rusia, kecuali Siberia Utara, Hindustan, dan Semenanjung Arab. Itu adalah kerajaan terbesar dalam sejarah. Terlepas dari kenyataan bahwa Kekaisaran Mongol terpecah menjadi beberapa negara terpisah dalam satu abad, keturunan penakluk pertama terus memberikan pengaruh yang kuat terhadap perkembangan Asia untuk waktu yang lama. Pada awal tahun 1990-an, 7,2 juta orang Mongol tinggal di Mongolia dan wilayah tetangga Rusia dan Tiongkok. Lihat juga MONGOLIA.
PERIODE SEBELUM GENHIGI KHAN
Tanah air Mongol terletak di utara dan barat laut Tiongkok di wilayah yang disebut Asia Tengah. Ini adalah dataran tinggi yang dingin dan gersang, dilintasi pegunungan yang terkikis dan terkikis. Di sebelah utara terletak taiga Siberia; di selatan, di sepanjang perbatasan Tiongkok, terdapat padang rumput dan gurun yang tandus dan tandus. Di antara taiga dan gurun terdapat hamparan stepa subur, membentang jauh ke barat, melewati dataran tinggi Mongolia.
Suku-suku di Asia Tengah.
Pada abad ke-12, tak lama sebelum kebangkitan Jenghis Khan, banyak suku Mongol berkeliaran di luar Mongolia modern, di sebelah utara perbatasan mereka saat ini. Di timur hiduplah Konkirat, suku asal Jenghis Khan mengambil istrinya. Suku Khalkha miliknya berkeliaran di antara taiga dan stepa di tempat yang sekarang menjadi wilayah Chita di Federasi Rusia. Lebih jauh ke barat, dekat Danau Baikal, hiduplah berbagai suku hutan: Merkits, Oirats, Tumuts. Sejumlah orang di Asia Tengah berasal dari Turki. Antara abad ke-6 dan ke-10. orang-orang ini membentuk beberapa dinasti yang pada suatu waktu mendominasi wilayah yang mencakup sebagian besar Asia di sebelah barat Tiongkok dan utara India. Tepat sebelum kebangkitan Jenghis Khan, ada tiga negara Turki yang penting di Asia Tengah. Di ujung barat terdapat suku Naiman, suku Turki yang mungkin memiliki darah Mongol di pembuluh darah mereka. Bagian tengah ditempati oleh lawan utama Naiman, Kereits. Orang Kereit adalah penganut sekte Nestorian Kristen Timur, penguasa mereka memiliki nama Kristen - Markus dan Kirei. Di ujung timur wilayah ini terdapat suku Tatar.
cara hidup orang Mongolia.
Nenek moyang bangsa Mongol mungkin berasal dari taiga Siberia. Pada masa Jenghis Khan, suku Merkit dan Oirot di taiga mungkin menjalani gaya hidup nenek moyang mereka; mereka adalah pemburu dan nelayan yang hidup di wabah kulit kayu birch. Khalkh sebagian menjalani cara hidup yang sama, sebagian lagi, seperti suku terkait mereka yang tinggal lebih jauh ke selatan, mereka menjelajahi padang rumput.
Penduduk stepa pada dasarnya adalah penggembala; domba mereka memberi mereka makanan dan pakaian. Mereka tinggal di yurt yang bisa dilipat, tidak jauh berbeda dengan yang digunakan bangsa Mongol saat ini. Yurt ini berbentuk bulat, sisi-sisinya terbuat dari rangka kisi-kisi komposit yang ditopang oleh rusuk-rusuk yang menjalar dari tengah, seperti jeruji payung. Bingkai ini ditutupi dengan potongan kain kempa, dan semuanya diikat dengan tali di atasnya. Selama perjalanan terus menerus untuk mencari padang rumput segar, yurt ini dibongkar dan ditempatkan di gerobak yang ditarik oleh lembu. Kekayaan para pengembara tidak hanya terdiri dari ternak dan ternak; kekayaan utama mereka adalah kuda. Kuda Mongolia adalah hewan yang kuat dan tangguh, tetapi bertubuh kecil, hampir seukuran kuda poni. Keberhasilan militer bangsa Mongol disebabkan oleh kuda mereka, lebih dari faktor lainnya, serta keterampilan mereka dalam menunggang kuda. Pentingnya keterikatan bangsa Mongol terhadap kuda dibicarakan secara harfiah di setiap halaman. Sejarah Rahasia Bangsa Mongol. Penulis karya anonim ini, yang jelas-jelas ditulis oleh seorang Mongol yang paham apa yang dibicarakannya ketika berbicara tentang kebangkitan Kekaisaran Mongol (buku itu ditulis pada pertengahan tahun 1200-an), tidak dapat menyebut kuda tanpa menjelaskannya dengan sangat rinci. . Dia menceritakan bagaimana di masa mudanya, Jenghis Khan, di atas seekor kuda berekor pendek, mengejar pencuri yang mencuri kawanan keluarga mereka - delapan puluh kuda teluk ringan. Dia juga menjelaskan dengan sangat rinci tentang kuda yang dibunuh oleh Jenghis Khan dalam pertempuran tahun 1201 - sebuah teluk dengan moncong putih. Kuda itu memberi bangsa Mongol minuman nasional mereka, susu kuda betina yang difermentasi, kumis.
Dewa tertinggi dari semua suku Mongol adalah Tengri, atau Surga. Di antara suku taiga, dukun menempati tempat khusus; suku tersebut sendiri memiliki hierarki sosial yang terstruktur secara kompleks. Di puncak piramida ini berdiri kaum bangsawan, yang memiliki gelar seperti noyon (pangeran) atau bahadur (pahlawan), diikuti oleh bangsawan yang lebih kecil, diikuti oleh pengembara sederhana dan, terakhir, tawanan individu dan suku-suku yang ditaklukkan yang menjadi pelayan para pemenang. Semua kelas ini dibagi menjadi beberapa klan, dan mereka, pada gilirannya, merupakan bagian dari organisasi yang lebih luas dan lebih longgar - sebuah suku. Urusan marga dan suku dibahas dalam pertemuan kaum bangsawan, kurultai, yang salah satu fungsi utamanya adalah pemilihan seorang khan, seorang penguasa. Seringkali seorang khan dipilih untuk jangka waktu terbatas untuk menyelesaikan tugas tertentu, misalnya untuk berperang. Hak-haknya, pada umumnya, terbatas, dan kekuasaan sebenarnya tetap berada di tangan kaum bangsawan. Dalam kondisi seperti itu, terbentuklah konfederasi yang berumur pendek, yang anggotanya sering kali berada di kubu yang berlawanan dan berkelahi satu sama lain. Akibatnya, anarki terus-menerus merajalela di kalangan bangsa Mongol, dan hanya Jenghis Khan yang membawa mereka keluar.
Latar belakang sejarah.
Bangsa Mongol bukanlah bangsa nomaden pertama di Asia Tengah yang melancarkan penaklukan besar-besaran dan mendirikan kerajaan. Hampir dua ribu tahun sebelum Jenghis Khan, pengembara stepa membuat takut penduduk Tiongkok yang menetap. Orang Tiongkok mendirikan Tembok Besar untuk menahan tekanan mereka, tetapi hal ini tidak selalu berhasil - beberapa suku nomaden menerobos penghalang ini dan menciptakan dinasti lokal di Tiongkok. Pada abad ke-10 suatu bangsa dari timur yang disebut Khitan menciptakan sebuah kerajaan yang membentang dari Manchuria hingga sebagian besar perbatasan modern Tiongkok. Dinasti mereka disebut Liao, yang berarti "Besi", nama negara mereka Hatay kemudian masuk ke dalam bahasa-bahasa Eropa sebagai "Catay" - begitulah sebutan Tiongkok pada zaman kuno. Kaisar Dinasti Qin Tiongkok terus-menerus melakukan intrik terhadap Khitan. Pada awal abad ke-12, empat puluh tahun sebelum kelahiran Jenghis Khan, Qin memicu pemberontakan Jurgens, nenek moyang Manchu, yang segera mereka sesali. Bangsa Jurgens menyapu bersih kekuasaan bangsa Khitan, namun pada saat yang sama menyita sebagian besar harta benda Sunya, merebut Kaisar Qin dan mendirikan dinasti Jin (Emas) di Tiongkok Utara. Istana Kaisar Qin melarikan diri ke selatan, dan sisa-sisa bangsa Khitan pergi ke barat, di mana mereka mendirikan negara bagian Kara Khitai (Kara Katai) di pegunungan Asia Tengah.
Munculnya bangsa Mongolia.
Pada awal abad ke-12. Kaum Khalkha meletakkan dasar bagi negara masa depan. Seorang kepala suku bernama Kaidu mengumpulkan beberapa suku di sekitarnya, dan cucunya Kabul menjalin hubungan dengan para penguasa Tiongkok utara: pertama sebagai pengikut, kemudian, setelah perang singkat, sebagai penerima upeti kecil. Namun keponakan Kabul dan penerusnya, Ambakai, ditangkap oleh Tatar dan diserahkan kepada Tiongkok, yang kemudian membunuhnya. Pemimpin berikutnya, Kutula, menderita kekalahan pada tahun 1161 dari Tiongkok, yang bersekutu dengan Tatar, dan beberapa tahun kemudian keponakan Kutula, Yesugai, dibunuh oleh Tatar. Putra Yesugai adalah Temujin, calon penakluk dunia, yang dikenal sebagai Jenghis Khan.
Temujin menghabiskan masa kecil dan remajanya dalam keadaan yang sangat membutuhkan. Ia berkuasa secara bertahap, pertama menjadi anak didik Togril atau Onghan, penguasa Kereit di Mongolia tengah. Setelah Temujin memperoleh kekuatan politik yang cukup, ia mampu menaklukkan tiga negara Turki yang mendominasi Mongolia pada saat itu: Tatar di timur (1202), mantan pendukungnya, Kereit di Mongolia Tengah (1203), dan Naiman di Mongolia. barat (1204). Di Kurultai, pertemuan suku tahun 1206, ia menyelesaikan organisasi tentara Mongol dan dinyatakan sebagai Khan Tertinggi rakyat Mongol dengan gelar Jenghis Khan (“Raja Universal”).
KEKAISARAN MONGOL
Genghis Khan
(memerintah 1206–1227). Penaklukan di Cina Utara dan Asia Tengah. Setelah menghadapi musuh internal, Jenghis Khan mulai membalas dendam kepada penguasa Jin di Tiongkok Utara atas penghinaan yang dialami nenek moyangnya. Sebagai hasil dari tiga kampanye, ia menaklukkan Tangut, yang kerajaan Xi-Xia-nya terletak di antara wilayah kekuasaannya dan Kekaisaran Jin. Pada tahun 1211, bangsa Mongol menyerang Jin dan menduduki seluruh wilayahnya di utara Tembok Besar. Pada tahun 1213 mereka menerobos tembok, mengalir ke Tiongkok Utara, menyebar melintasi dataran menuju Sungai Kuning, dan pada musim semi tahun 1214 mereka merebut seluruh wilayah ini. Kaisar Jin mampu membeli perdamaian dengan membayar sejumlah besar uang tebusan kepada bangsa Mongol, setelah itu mereka pergi. Segera setelah itu, Kaisar Jin memutuskan untuk memindahkan ibu kota dari Beijing, yang ditafsirkan oleh bangsa Mongol sebagai tindakan permusuhan. Mereka menyerang Tiongkok lagi dan menghancurkan Beijing.
Tahun berikutnya, Jenghis Khan kembali ke Mongolia, kini perhatiannya tertuju ke Asia Tengah dan Barat. Pangeran Naiman Kuchlug, setelah kekalahan yang dideritanya pada tahun 1204, melarikan diri ke Barat, mencari perlindungan di kerajaan Kara-Kitai, di mana ia berhasil merebut takhta. Tindakannya selalu menimbulkan bahaya bagi sayap barat Jenghis Khan. Pada tahun 1218, tentara Mongol di bawah komando panglima besar Jebe memasuki wilayah Kara-Kitai. Kuchlug melarikan diri ke Afghanistan, di mana dia ditangkap dan dibunuh.
Perjalanan ke Barat.
Penaklukan wilayah Asia Tengah memberi bangsa Mongol perbatasan yang sama dengan Sultan Muhammad, penguasa Khwarizm (Khorezm modern), yang terletak di selatan Laut Aral. Muhammad memiliki wilayah yang sangat luas dari India hingga Bagdad dan di utara melewati Laut Aral. Bagaimanapun juga, perang tidak dapat dihindari, namun hal ini diperburuk dengan terbunuhnya dua duta besar Jenghis Khan.
Bangsa Mongol mencapai kota perbatasan Otrar pada musim gugur tahun 1219. Meninggalkan sebagian pasukan untuk mengepung kota, Jenghis Khan, tanpa henti, dengan cepat mencapai kota-kota besar Bukhara dan Samarkand, menjarahnya dan bergegas mengejar Sultan Muhammad. Sultan melarikan diri ke Iran dengan panik, diikuti oleh tentara Mongol, dan akhirnya meninggal di sebuah pulau terpencil di Laut Kaspia. Mendengar kematiannya, bangsa Mongol berbelok ke utara, melintasi Pegunungan Kaukasus, memasuki luasnya Rus, mengalahkan koalisi Kipchak Turki dan Rusia di Kalka dan kembali ke Timur.
Jenghis Khan menghabiskan musim panas tahun 1220 di padang rumput pegunungan di selatan Samarkand, tempat pasukan dan hewannya beristirahat dan memperoleh kekuatan. Pada musim gugur, ia memulai kampanye ke tenggara menuju wilayah yang berbatasan dengan Afghanistan. Dia mengirim putra bungsunya Tolui untuk menyelesaikan penaklukan Khorasan, yang saat itu jauh lebih besar dari provinsi Iran Timur saat ini dan mencakup kota-kota besar Merv, Herat, Balkh dan Nishapur. Daerah ini tidak pernah bisa pulih dari kehancuran yang disebabkan oleh invasi Mongol. Sekitar satu juta orang terbunuh di Merv saja. Sejarawan Persia Juvaini mengatakan bahwa di Nishapur “diperintahkan untuk menghancurkan kota agar dapat dibajak dan agar sebagai pembalasan tidak ada seekor kucing atau anjing pun yang tetap hidup di sana.”
Pada musim gugur tahun 1221, Jenghis Khan menyerang Jalal ad-Din, putra Sultan Muhammad. Terdesak bersama pasukannya ke Sungai Indus, melihat dirinya dikelilingi oleh musuh, Jalal ad-Din melemparkan dirinya ke sungai dan melarikan diri ke tepi seberang. Dia terus mengganggu bangsa Mongol selama beberapa tahun sampai dia meninggal di Anatolia pada tahun 1231.
Kembali ke Timur.
Pertempuran di tepi sungai Indus mengakhiri kampanye Jenghis Khan ke barat. Mendengar tentang kerusuhan di kalangan suku Tungut, dia kembali ke kampung halamannya, namun bergerak perlahan dan kembali ke tempat asalnya hanya tiga tahun setelah dia meninggalkan India. Kampanye terakhir melawan Tongut berakhir dengan kekalahan total mereka; orang-orang ini lenyap sama sekali dari sejarah.
Jenghis Khan tidak sempat menyaksikan selesainya kampanye terakhirnya dan tidak melihat kemenangannya. Ia meninggal pada tanggal 25 Agustus 1227 saat sedang berlibur di perkemahan musim panasnya. Penyebab kematiannya belum diketahui, namun kemungkinan disebabkan oleh terjatuh dari kuda saat berburu pada musim dingin sebelumnya. Dia mungkin adalah jenderal terhebat dan tidak diragukan lagi penakluk terhebat yang pernah ada di dunia. Kata-kata yang diatribusikan kepadanya memberikan gambaran tentang tujuan apa yang dia tetapkan untuk dirinya sendiri dan apa yang dia capai: “Kegembiraan terbesar bagi seseorang adalah melihat musuhnya hancur, mengusirnya ke hadapannya, mengambil darinya segala sesuatu yang menjadi miliknya. dia, untuk mendengar ratapan orang-orang yang dengan lembut mencintainya, untuk merasakan di antara kaki kudanya dan untuk memeluk wanita yang paling diinginkannya.”
Tentara.
Keberhasilan militer bangsa Mongol tidak disebabkan oleh jumlah pasukan mereka; seluruh pasukan Jenghis Khan mungkin tidak melebihi 150–250 ribu orang. Kekuatan bangsa Mongol terletak pada organisasi, disiplin, dan taktik mereka. Disiplin pasukan memungkinkan mereka untuk menyerang dalam formasi jarak dekat dan dengan demikian memberikan tekanan yang besar pada pasukan musuh yang unggul secara jumlah, namun memiliki kekuatan yang lemah. Taktik standar mereka adalah mengepung sisi musuh secara besar-besaran dengan seluruh sayap pasukan mereka untuk menyerang dari belakang. Utusan kepausan John dari Plano Carpini, yang mengunjungi tanah air bangsa Mongol setelah invasi mereka ke Eropa Tengah pada tahun 1240, berpendapat bahwa para pangeran Eropa tidak dapat menahan invasi kedua kecuali mereka meminjam taktik militer musuh mereka. Dia mempromosikan gagasan untuk membagi tentara Eropa, seperti yang dilakukan bangsa Mongol, menjadi sepuluh, seratus, seribu sepuluh ribu prajurit, dan bersikeras bahwa komandan mereka tidak boleh memimpin pasukan ke medan perang, tetapi mengatur pertempuran dari jauh, seperti Mongol. jenderal. Nasihatnya tidak diindahkan, dan Eropa beruntung karena bangsa Mongol tidak kembali ke Eropa dengan seluruh pasukannya.
Prajurit Mongol mengenakan baju besi yang terbuat dari potongan kulit, dipernis untuk mencegah kelembapan. Busurnya, yang diperkuat dengan tanduk atau otot, adalah salah satu yang paling kuat di dunia. Setelah menghujani musuh dengan awan anak panah, para prajurit Mongol mengambil tombak atau pedang melengkung dan bergegas melakukan pertarungan tangan kosong.
Keuntungan terbesar bangsa Mongol adalah mobilitas mereka. Selama kampanye, mereka membawa begitu banyak kuda sehingga seorang pejuang dapat menunggangi kuda baru setiap hari selama tiga hingga empat hari berturut-turut. Setelah perlawanan awal musuh dipatahkan, bangsa Mongol merebut wilayah mereka dengan kecepatan yang tidak dapat ditandingi oleh siapa pun hingga munculnya tank pada Perang Dunia II. Sungai terluas tidak menjadi hambatan serius bagi mereka; bangsa Mongol berenang melintasinya dengan perahu lipat khusus, yang mereka bawa sebagai perlengkapan standar. Mereka terampil dalam mengepung kota-kota berbenteng; ada kasus yang diketahui ketika bangsa Mongol mengalihkan sungai dan menyerbu kota yang terkepung di sepanjang dasar sungai yang kering. Jika mereka masih memiliki tahanan yang tidak dibunuh, maka mereka akan berbaris di depan barisan penyerang mereka, “dan dengan cara ini,” tulis Carpini, “mereka mengalahkan yang lain oleh penduduk satu negara.”
Organisasi kekaisaran.
Administrasi kekaisaran didasarkan pada kode hukum yang diperkenalkan oleh Jenghis Khan yang disebut Buku Besar Guci. Dari penggalan kode hukum yang masih ada ini, terlihat jelas bahwa guci tersebut merupakan perpaduan dari hukum tradisional Mongolia dengan tambahan yang dibuat oleh Jenghis Khan. Di antara yang pertama adalah ketentuan seperti larangan menusuk api dengan pisau, yang mungkin mengungkapkan rasa takut menyinggung roh alam. Yang paling menarik adalah yasa, yang membebaskan pendeta dari masyarakat yang ditaklukkan dari membayar pajak, melakukan dinas militer, dan kerja paksa. Situasi ini sangat sesuai dengan kesiapan bangsa Mongol untuk menerima pejabat dari semua negara dan kepercayaan. Jenghis Khan sendiri mempunyai penasihat Muslim dan Cina. Menteri pertamanya yang brilian, Yalu Tsutsai, adalah seorang pangeran Khitan. Dipercaya bahwa atas saran Kidan inilah bangsa Mongol berhenti membantai penduduk yang menetap dan mulai menggunakan bakat orang-orang yang ditaklukkan untuk memerintah kekaisaran. Di Persia, di bawah Ilkhan, tidak hanya Muslim, tetapi juga Kristen dan Yahudi mencapai posisi tinggi, dan dari cucu penakluk besar Kublai, administrator direkrut di seluruh kekaisaran, bahkan, seperti halnya keluarga Polo, di Eropa. .
Kecuali para pendeta, semua bangsa yang ditaklukkan, untuk tujuan perpajakan dan rekrutmen militer, dibagi menjadi puluhan seperti bangsa Mongol. Jadi, pajak kepala dihitung untuk sepuluh orang sekaligus. Pemeliharaan setiap lubang, yaitu stasiun pos dengan pergantian kuda, ditugaskan kepada dua unit sepuluh ribu, yang bertanggung jawab menyediakan makanan, kuda, dan pemeliharaan untuk lubang tersebut. Sistem ubi diperkenalkan pada masa pemerintahan Ogadai, penerus Jenghis Khan. Marco Polo menjelaskan sistem ini dengan sangat rinci seperti yang dia lihat diterapkan di Tiongkok pada masa pemerintahan Kublai. Berkat sistem penggantian kuda ini, kurir Khan Agung dapat menempuh perjalanan hingga 400 km per hari.
Ogedey (Tebak)
Ogedei (Ogadai) (memerintah 1229–1241). Pada saat kematian Jenghis Khan, putra sulungnya Jenghis Khan, Jochi, rupanya tidak ada. Di samping tempat tidur Jenghis Khan yang sekarat adalah putra ketiganya Ogadai (Ugedei) dan putra bungsunya Tolui. Jenghis Khan mengutarakan keinginannya agar putra ketiganya bisa menggantikannya. Pada musim semi tahun 1229, kurultai memilih Ogedei sebagai Khan Agung; hingga saat ini, Tolui telah memerintah kekaisaran sebagai bupati. Pilihan Jenghis Khan sepenuhnya dibenarkan. Di bawah kepemimpinan Ogedei yang terampil dan energik, kekaisaran menjadi makmur dan memperluas perbatasannya. Salah satu keputusan pertama khan baru adalah membangun ibu kota kerajaannya. Pada tahun 1235, kota Karakorum dibangun kembali, terletak 320 km barat daya dari tempat Ulan Bator, ibu kota Republik Rakyat Mongolia, saat ini berada.
Selama Jenghis Khan melakukan kampanye di Barat, perang di Tiongkok Utara tidak berhenti. Pada awal tahun 1232, Ogedei dan Tolui secara pribadi mengambil bagian dalam permusuhan. Mereka mencapai tujuan mereka dalam waktu dua tahun: Aizun, kaisar Jin terakhir, melarikan diri dan akhirnya bunuh diri.
Invasi ke Eropa.
Pasukan Ogedei lainnya memasuki Eropa, dipimpin oleh Batu (Batu), putra putra sulung Jenghis Khan, Jochi, dan komandan Subadai. Pasukan Mongol menyeberangi Volga pada musim gugur tahun 1237 dan menyerang kerajaan-kerajaan di Rus Tengah, merebut kota demi kota. Pada awal tahun 1238, mereka berbelok ke utara dan mendekati Novgorod sejauh 100 km, tetapi dari sana mereka mundur ke selatan, karena takut musim semi yang mencair akan membuat jalan tidak dapat dilalui kuda mereka. Pada musim panas 1240, bangsa Mongol melanjutkan kampanye mereka dan pada bulan Desember merebut dan menjarah Kyiv, yang saat itu merupakan pusat Rus. Jalan menuju Eropa Tengah terbuka bagi bangsa Mongol.
Guyuk
(memerintah 1246–1248). Kematian Ogedei mengantarkan masa peralihan pemerintahan yang berlangsung hampir lima tahun, di mana putri Merkite Töregene, jandanya dan ibu dari putranya Guyuk, bertindak sebagai wali. Pada saat yang sama, tentara Mongol mengalahkan penguasa negara bagian Turki Seljuk, Konya, di barat laut Iran, sehingga memperluas perbatasan kekaisaran hingga Laut Mediterania pada tahun 1243.
Di kurultai yang bertemu pada tahun 1246 (tidak jauh dari Karakorum), Guyuk akhirnya terpilih sebagai Khan Agung. Kurultai ini dihadiri oleh biarawan Fransiskan Plano Carpini, yang tiba di Mongolia sebagai duta besar Paus Innosensius IV dengan membawa surat dari paus kepada kaisar Mongol. Guyuk menolak protes Paus terhadap kehancuran Polandia dan Hongaria dan sebagai tanggapannya memerintahkan dia dan semua raja Eropa untuk menghadapnya secara langsung dan meminta kekuasaannya.
Seandainya dia hidup lebih lama, Guyuk kemungkinan besar akan terlibat perang saudara dengan sepupunya, Batu. Dia bertugas di bawah Batu dalam kampanye melawan Rus, tetapi mengalami perselisihan dan berangkat ke Mongolia sebelum invasi ke Eropa Tengah. Pada awal tahun 1248, Guyuk meninggalkan Karakorum, rupanya berniat menyerang Batu, namun tewas dalam perjalanan.
manga
(memerintah 1251–1259). Setelah kematian Guyuk, seperti setelah kematian ayahnya, terjadi masa peralihan pemerintahan yang panjang. Penguasa-bupati kekaisaran adalah janda Guyuk, Ogul-Gaymish. Namun Batu, yang merupakan pangeran tertua Mongol, mengadakan kurultai untuk memilih penerus Guyuk. Kurultai memilih Mangu (Mengke), putra tertua dari putra bungsu Jenghis Khan, Tolui, penakluk Merv dan Nishapur. Karena tentangan dari putra-putra Guyuk dan para pendukungnya, upacara proklamasi Khan Agung baru dilakukan pada tahun 1251. Namun demikian, ketika perayaan sedang berlangsung, sebuah konspirasi terungkap untuk menggulingkan Khan Agung yang baru terpilih. Konspirasi tersebut segera dipadamkan, dan para pangeran konspirasi diusir atau dieksekusi. Di antara mereka yang dieksekusi adalah mantan bupati Ogul-Gaymish. Cucu Ogedei, Haidu, pergi ke Asia Tengah, di mana sepanjang hidupnya ia tetap menjadi musuh terbesar para Khan Agung. Dengan demikian, perpecahan pertama terjadi di antara keturunan Jenghis Khan, yang mengakibatkan runtuhnya Kekaisaran Mongol.
Sekarang, untuk pertama kalinya sejak kematian Ogedei, bangsa Mongol bisa memikirkan penaklukan baru. Pada tahun 1253, Kublai, saudara laki-laki Khan Agung, menyerang wilayah penguasa Qin di Tiongkok selatan, dan saudaranya yang lain, Hulagu, melakukan kampanye ke barat, berakhir dengan penjarahan Bagdad. Pada musim gugur tahun 1258, Mangu memimpin kampanye melawan Kekaisaran Qin dan meninggal pada bulan Agustus 1259, memimpin pengepungan salah satu kota di Tiongkok.
Kematian Mangu pada dasarnya menandai berakhirnya kesatuan kerajaan Mongol. Saudaranya Khubilai dan kemudian penerus Khubilai, Timur Yoleitu, masih menyandang gelar Khan Agung, tetapi kerajaan mereka sudah mulai terpecah menjadi beberapa negara bagian penerusnya. Sejarah masing-masingnya harus diperhatikan secara terpisah.
DINASTI YUAN CINA (1271–1368)
Kublai
(memerintah 1260–1294). Yuan, atau Dinasti Mongol di Tiongkok, terkenal dengan kehebatan pendirinya, Kublai Khan, atau Khublai Khan, begitu ia juga disapa. Kubilai mencoba memerintah sebagai Khan Agung dan Kaisar Tiongkok. Meskipun harta benda Batu di Rus sudah hilang darinya, gelar Khan Agung Khubilai terus diakui di Iran dan, sampai batas tertentu, di Asia Tengah. Di tanah airnya, Mongolia, ia menekan pemberontakan saudaranya Arig Beke, saingan utama yang mengklaim khanat tertinggi, dan tidak mengizinkan musuh seumur hidupnya Haid, pewaris keluarga Ogedei yang digulingkan, untuk mengangkat kepalanya.
Di Tiongkok, Khubilai melakukan lebih banyak hal. Pada tahun 1271 ia memproklamirkan dinasti Yuan Tiongkok yang baru. Perang jangka panjang dengan Dinasti Matahari dari Tiongkok Selatan berakhir dengan kemenangan pada tahun 1276 dengan penangkapan Kaisar Matahari, yang dicapai oleh komandan Kubilai Khan yang "bermata seratus" Bayan, meskipun wilayah di sekitar Kanton bertahan hingga tahun 1279. Untuk yang pertama dalam waktu 300 tahun, Tiongkok bersatu di bawah kekuasaan satu penguasa, Korea dan Tibet dengan patuh membayar upeti, orang Thailand (yang kemudian mendirikan Siam) diusir dari harta benda mereka di Tiongkok Selatan, dan negara-negara Asia Tenggara diturunkan statusnya menjadi dari negara-negara bawahan.
Kampanye Khubilai di luar negeri tidak begitu berhasil. Tentara yang dikirim ke Pulau Jawa tertipu oleh kelicikan Pangeran Vijaya, penguasa setempat, yang pertama kali menggunakannya untuk mengalahkan pasukan musuh-musuhnya. Vijaya kemudian memaksa sekutunya yang malang untuk meninggalkan pulau itu dengan melancarkan perang gerilya yang melelahkan melawan mereka. Upaya untuk menaklukkan Jepang mempunyai akibat yang lebih buruk lagi. Pada tahun 1284, sebuah topan, yang disebut oleh Jepang sebagai “Angin Ilahi” (kamikaze), membubarkan dan menenggelamkan armada besar Mongol, dan Jepang menangkap dan membunuh hampir seluruh tentara Tiongkok yang berjumlah 150 ribu orang.
Namun, situasi internal pada masa pemerintahan Kublai Kubilai tenang; merupakan era perdamaian, kemakmuran komersial, toleransi beragama, dan perluasan budaya. Sumber informasi penting tentang periode ini disediakan oleh catatan pedagang Venesia Marco Polo, yang bertugas di pemerintahan Mongol. Lihat juga KUBILAI.
Kemunduran dan pengusiran Dinasti Yuan.
Timur Yoleitu, cucu Kublai Kublai (memerintah 1294–1307), mewarisi sebagian kemampuan kakeknya, namun setelah kematiannya dinasti tersebut mulai mengalami kemunduran. Penggantinya gagal mencapai ketenaran karena perselisihan terus-menerus, tidak bertarak, dan masa kekuasaan yang singkat. Kaisar Mongol terakhir di Tiongkok, Tokon Timur, memerintah dari tahun 1333 hingga 1368; hanya Kubilai Kubilai yang berkuasa lebih lama darinya. Intrik yang tak ada habisnya dan perselisihan jahat antara bangsawan Mongol berkontribusi pada keberhasilan pemberontakan yang pecah, dan pada akhir tahun 1350 sebagian besar Tiongkok Selatan jatuh ke tangan berbagai pemimpin partisan. Salah satunya adalah putra petani dan mantan biksu Buddha Chu Yuanchang, calon Kaisar Hung Wu dan pendiri Dinasti Ming. Setelah mengalahkan saingannya dan mencaplok harta benda mereka menjadi miliknya, pada tahun 1368 Chu telah menguasai seluruh Tiongkok di selatan Sungai Yangtze. Pertikaian bangsa Mongol tampaknya tidak bereaksi terhadap hilangnya wilayah yang luas ini dan tidak melakukan perlawanan serius ketika Chu memindahkan pasukannya ke utara pada tahun 1368. Tokon-Timur berhasil lolos, dan pasukan Ming dengan penuh kemenangan memasuki Beiping. Tokon-Timur meninggal di pengasingan pada tahun 1370.
GOLDEN HORDE DI TANAH RUSIA (1242–1502)
Batu
(Batu Khan, memerintah 1242–1255). Jenghis Khan menghadiahkan putra sulungnya, Jochi, sebuah ulus luas dengan batas yang tidak jelas, membentang dari pinggiran timur Kazakhstan saat ini hingga tepi Sungai Volga. Setelah kematian Jochi pada tahun 1227, bagian timur ulus di Siberia Barat (yang kemudian disebut Khanate of the White Horde) jatuh ke tangan putra sulungnya, Horde. Batu, putra kedua Jochi, mewarisi bagian barat ulus, termasuk Khorezm dan stepa Rusia selatan.
Sekembalinya dari kampanye di Hongaria, Batu meletakkan dasar bagi Khanate, yang kemudian disebut Golden Horde (kata Turki-Mongolia "ordu", dari mana kata "horde" berasal, berarti "kamp", "stasiun", "kamp"). Suku Kipchak Turki yang sudah lama mendiami wilayah ini bercampur dengan para penakluk, dan ucapan mereka lambat laun menggantikan bahasa Mongolia.
Penguasa Tertinggi Batu tinggal di tepi timur Sungai Volga, di musim panas ia menyusuri sungai dan menghabiskan musim dingin di muara sungai, tempat ia membangun ibu kotanya, Sarai. Biksu Fransiskan John dari Plano Carpini yang disebutkan di atas dan biksu lainnya William Rubruk, keduanya mengunjungi Batu selama perjalanan ke Mongolia dan dalam perjalanan pulang, meninggalkan catatan rinci tentang istananya. Rubruk menulis: “Ketika saya melihat perkemahan Batu, saya diliputi ketakutan, karena rumahnya sendiri tampak seperti kota besar yang tersebar di wilayah yang luas, dikelilingi oleh kerumunan orang pada jarak tiga atau empat liga... Batu diperintahkan untuk membangun tenda yang sangat besar karena rumahnya tidak dapat menampung semua orang yang dia kumpulkan.... Kini dia duduk di singgasana yang panjang dan lebar seperti tempat tidur, dan semuanya dilapisi emas, dan tiga anak tangga menuju ke arahnya, dan di sebelahnya ada salah satu istrinya .... Di pintu masuk tenda ada bangku dan di atasnya ada kumys dan piala besar yang terbuat dari emas dan perak, dihiasi dengan batu-batu berharga.”
Batu diyakini telah meninggal pada tahun 1255. Setelah masa pemerintahan singkat kedua putranya, ia digantikan oleh adik laki-lakinya, Berke (memerintah 1258–1266).
Perang dengan bangsa Mongol Persia.
Berbeda dengan kakaknya yang tetap setia pada agama nenek moyangnya, Berke masuk Islam. Pertobatannya sampai batas tertentu dijelaskan oleh kebenciannya terhadap bangsa Mongol Persia, yang menghancurkan kekhalifahan Islam dan sebagian besar tetap menganut animisme, Buddha, atau Kristen Nestorian. Dia juga memusuhi sepupunya, Khan Kublai yang Agung, dan mendukung klaim saingan Kublai, Ariq Beke dan Khaid.
Namun, fokus utama Berke adalah perang dengan sepupunya Hulagu, Ilkhan pertama di Persia. Perbedaan agama tidak dapat diabaikan, tetapi penyebab permusuhan sebenarnya adalah wilayah selatan Kaukasus, yang dimiliki oleh bangsa Mongol Persia, tetapi juga diklaim oleh Golden Horde. Rupanya, pada awalnya, keberuntungan berpihak pada bangsa Mongol Persia; mereka mencapai daerah paling selatan menuju Sarai. Namun, di sini mereka dikalahkan oleh Golden Horde dan menderita kerugian besar selama mundur. Perang datang dan pergi secara sporadis hingga kematian Berke pada tahun 1266.
Pemerintahan independen Golden Horde.
Keponakan dan penerus Berke, Möngke Timur, (memerintah 1266–1280) memperkuat dan menegaskan kemerdekaan Golden Horde dengan mencetak koin atas namanya. Möngke-Timur memelihara hubungan yang lebih baik dengan anak-anak sungainya di Rusia dibandingkan pendahulunya. Sesuai dengan Yasa, kode hukum Jenghis Khan, ia mengeluarkan dekrit yang membebaskan pendeta Gereja Ortodoks dari pajak dan dinas militer.
Sepupu Mengke-Timur dan sepupu Berke, Pangeran Nokai (Nogai), bahkan sebelum dimulainya perang dengan bangsa Mongol Persia, melakukan kampanye melawan Bizantium. Setelah menjadi menantu kaisar Bizantium dan penguasa de facto wilayah Danube Bawah, Nogai, setelah kematian Mengke-Timur, ternyata menjadi tokoh paling kuat di Golden Horde. Dia berhasil menyingkirkan Töde-Möngke, khan berikutnya, yang tidak berpengalaman dalam politik, dan memberikan penggantinya sampai mati kepada pesaing saingannya, Tokta. Namun kesepakatan antara Tokta dan Nogai tidak bertahan lama, dan Nogai akhirnya ditangkap oleh Tokta dan dibunuh.
Sisa masa pemerintahan Toqta (w. 1312) berlalu dengan relatif tanpa banyak kekacauan. Keponakan dan penerusnya, Uzbekistan (memerintah 1313–1341) adalah seorang Muslim, dan menjadikan Islam sebagai agama resmi Golden Horde. Pemerintahan Uzbekistan yang panjang dan umumnya makmur umumnya dianggap sebagai masa keemasan negaranya. Segera setelah Uzbekistan, periode anarki dimulai, di mana penguasa sebenarnya dari Golden Horde adalah pemimpin militer Mamai, yang memainkan peran yang kurang lebih sama dengan Nogai di generasi sebelumnya. Rusia mulai melepaskan kuk Tatar, Mamai dikalahkan dalam Pertempuran Kulikovo oleh Adipati Agung Moskow Dmitry Donskoy pada tahun 1380.
Tokhtamysh dan Tamerlane.
Negara Mongol Rusia memperoleh kembali kekuatan yang signifikan berkat penguasa White Horde, yang terletak di sebelah timur Golden Horde, Khan Tokhtamysh. Memanfaatkan kemenangan Rusia, Tokhtamysh menyerang Golden Horde dan pada akhir tahun 1378 merebut Sarai. Pertempuran yang menentukan antara Mamai dan Tokhtamysh terjadi di Krimea dan berakhir dengan kemenangan penuh White Horde. Mamai mencari perlindungan di pos perdagangan Genoa, tapi dibunuh di sana. Setelah menjadi penguasa Gerombolan Emas dan Gerombolan Putih, Tokhtamysh kembali menjadikan Rus sebagai pengikutnya dan memaksanya membayar upeti setelah ia merebut dan menjarah Moskow dengan tipu daya pada tahun 1382.
Tampaknya Golden Horde belum pernah sesukses itu. Namun, setelah memasuki wilayah Trans-Kaukasus dan Asia Tengah, Tokhtamysh menerima musuh dalam diri penakluk besar Asia Tengah Tamerlane, yang baru-baru ini menjadi pelindungnya. Tamerlane, yang berasal dari bangsawan kecil Turki-Mongolia, pada tahun 1390 telah menguasai wilayah dari India hingga Laut Kaspia. Dia membantu Tokhtamysh berkuasa di White Horde, tetapi ketika Tokhtamysh merambah tanahnya, Tamerlane memutuskan untuk mengakhirinya. Pada pertempuran tahun 1391, salah satu pasukan Tokhtamysh berhasil dikalahkan, kemudian pada bulan Februari 1395 Tamerlane melintasi Kaukasus, menghabisi sisa-sisa pasukan Tokhtamysh, mengusir musuh ke utara, lalu kembali lagi untuk menghancurkan wilayah Golden Horde.
Setelah Tamerlane berangkat ke Asia Tengah, Tokhtamysh mendapatkan kembali tahtanya, tetapi pada tahun 1398 ia diusir oleh saingannya dari White Horde. Dia dilindungi oleh Adipati Agung Lituania, tetapi pasukan gabungan mereka dikalahkan. Pada musim dingin 1406–1407, Tokhtamysh ditangkap di Siberia oleh temnik Edigei dan dibunuh.
Disintegrasi Horde.
Keruntuhan terakhir Golden Horde dimulai pada pertengahan tahun 1400-an dengan jatuhnya khanat Kazan dan Krimea dari sana. Dalam aliansi dengan khanat-khanat ini, Ivan Agung, Pangeran Moskow (memerintah 1462–1505), berhasil mengisolasi Gerombolan Emas, setelah itu ia menolak memberikan penghormatan kepada Khan Akhmad (memerintah 1460–1481). Pada tahun 1480 Ahmad berangkat ke Moskow. Selama berbulan-bulan pasukan musuh berdiri melawan satu sama lain tanpa terlibat dalam pertempuran, kemudian pada musim gugur Akhmad melipat yurt dan berbalik. Sejak saat itu, berakhirlah kekuasaan Mongol di Rus, dan Golden Horde sendiri hanya bertahan beberapa tahun. Dia menerima pukulan fatal pada tahun 1502 ketika Khan Krimea menyerangnya dan membakar Sarai. Negara-negara penerus Gerombolan Emas, khanat Kazan dan Astrakhan di Volga Tengah dan Bawah, dianeksasi oleh Rusia di bawah pemerintahan Ivan yang Mengerikan pada tahun 1552 dan 1556. Kekhanan Krimea berada di bawah perlindungan Kesultanan Utsmaniyah dan bertahan hingga tahun 1783 dan berada di bawah perlindungan Kekaisaran Ottoman. juga ditaklukkan oleh Rusia.
ILKHAN DI PERSIA (1258–1334)
Penaklukan Hulagu.
Pada pertengahan abad ke-13. Kekuasaan Mongol meluas ke hampir seluruh Persia. Dengan mengalahkan Order of the Assassins, sebuah sekte yang menentang Islam ortodoks, Hulagu, saudara laki-laki Khan Mangu yang Agung, dapat memulai perang dengan kekhalifahan Muslim itu sendiri. Dari kubunya ia mengirimkan permintaan kepada Khalifah, pemimpin agama Islam, untuk menyerah tanpa syarat. Pada bulan November 1257, bangsa Mongol mulai menyerang Bagdad dalam tiga kolom. Pada bulan Februari 1258, Khalifah al-Musta'sim menyerah pada belas kasihan pemenang, Bagdad dijarah dan dihancurkan. Al-Mustasim dibungkus dengan kain kempa dan diinjak-injak sampai mati: bangsa Mongol sangat takut menumpahkan darah bangsawan. Dengan demikian berakhirlah sejarah kekhalifahan Islam, yang didirikan pada abad ke-7.
Setelah merebut Bagdad, Hulagu mundur ke utara menuju Azerbaijan, tempat dinasti Ilkhan (“bawahan khan”), yang memerintah Persia, menetap. Dari Azerbaijan pada tahun 1259 ia melakukan kampanye ke Suriah. Damaskus dan Aleppo segera jatuh, dan para penakluknya pindah ke Mesir. Di sini Hulagu menerima berita kematian Khan Mangu Agung, dan dia, meninggalkan komandannya Ked-Buk dengan kontingen pasukan yang lebih kecil sebagai gantinya, mulai kembali. Ked-Buk ditentang oleh komandan Mesir Baybars ("Panther"), seorang Turki yang pernah dijual sebagai budak ke Mesir, di mana ia berkarier di tentara budak Mamluk. Bangsa Mamluk menyerang bangsa Mongol di Palestina, dekat Ain Jalut. Ked-Buka kalah dalam pertempuran, ditangkap dan dieksekusi. Seluruh Suriah sampai ke Efrat pergi ke Mamluk Mesir.
Ilkhan setelah Hulagu.
Putra dan penerus Hulagu, Abaka (memerintah 1265–1282) melanjutkan perang berintensitas rendah dengan Berke, yang berakhir dengan kematian Berke. Di timur, ia menangkis serangan Barak, penguasa Jagatai Khanate di Asia Tengah. Perangnya dengan Mamluk kurang berhasil; tentara Mongol yang menginvasi Suriah dikalahkan sepenuhnya dan mundur ke luar Sungai Eufrat.
Pada tahun 1295, Ghazan, cucu Abacus (memerintah 1295–1304), naik takhta, memulai pemerintahannya yang singkat namun cemerlang. Ghazan tidak hanya menerima Islam, tapi menjadikannya agama resmi negaranya. Ghazan sangat menyukai sejarah, menunjukkan minat yang besar terhadap tradisi masyarakatnya dan dianggap memiliki otoritas besar dalam hal ini. Atas perintahnya, menteri, sejarawan Rashid ad-Din menyusun karyanya yang terkenal Jamiat Tawarikh, atau Koleksi kronik, sebuah ensiklopedia sejarah yang luas, sumber informasinya tentang bangsa Mongol adalah Ghazan sendiri.
Ghazan berperang dua kali melawan Mamluk. Yang pertama (1299–1300) memberinya kemenangan, yang kedua ia kalah (1303). Uljaytu Uljaytu, saudara laki-lakinya dan penerusnya (memerintah 1304–1316), membangun ibu kota baru yang luar biasa di Sultaniya, sebelah barat Qazvin, di mana reruntuhan mausoleumnya masih dapat dilihat hingga saat ini. Putranya Abu Said (memerintah 1317–1334) adalah keturunan Ilkhan terakhir. Suatu periode anarki menyusul, setelah itu dinasti-dinasti lokal mulai bermunculan, dan dinasti-dinasti ini kemudian tersapu habis menjelang akhir abad ini oleh invasi Tamerlane. Namun pemerintahan Ilkhan ditandai dengan berkembangnya budaya Persia. Arsitektur dan seni sangat berkembang, dan penyair pada masa itu, seperti Saadi dan Jalal ad-Din Rumi, tetap dalam sejarah sebagai sastra klasik dunia.
JAGATAI KHANATE DI ASIA TENGAH
Kepada putra keduanya, Jagatai (Chaghatai), seorang ahli hukum Mongolia yang diakui, Jenghis Khan memberikan harta benda yang membentang dari Xinjiang Barat hingga Samarkand, sebuah ulus yang disebut Kekhanan Jaghatai. Baik Jaghatai sendiri dan penerus langsungnya terus menjalani gaya hidup nomaden nenek moyang mereka di stepa bagian timur harta benda mereka, sementara kota-kota utama di barat berada di bawah yurisdiksi Khan Agung.
Jaghatai Khanate mungkin merupakan negara terlemah penerus kekaisaran Jenghis Khan. Para khan besar menempatkan para penguasa Jaghatai di atas takhta dan menyingkirkan mereka sesuai kebijaksanaan mereka. Musuh Kublai, Khaidu, berperilaku sama hingga dia meninggal pada tahun 1301. Setelah tahun 1334, salah satu penguasa Jaghatai menetap di wilayah menetap di Transoxiana. Dia tidak begitu memperhatikan provinsi timur harta miliknya dan kehilangannya. Pada tahun 1347, Kazan, penguasa terakhir dari keluarga Jaghatai, tewas dalam pertempuran dengan tentara bangsawan Turki, yang hingga kebangkitan Tamerlane memiliki kekuasaan nyata di Transoxiana.
Tamerlane (1336–1405) lahir di dekat Samarkand, kota besar di Asia Tengah, dan sering kali meraih kekuasaan melalui pengkhianatan, penipuan, dan kejeniusan militernya sendiri. Berbeda dengan kolektor kekaisaran Jenghis Khan yang metodis dan gigih, yang merupakan keturunannya, Tamerlane menjarah negara-negara yang ditaklukkan, tetapi meninggalkan kekosongan politik. Seperti yang diduga, kerajaannya runtuh segera setelah dia meninggal.
Di bagian timur Jagatay Khanate, rumah Jagatay berhasil menghalau serangan Tamerlane dan membangun kekuasaannya di sana, tetap dalam sejarah hingga abad ke-16. Di Transoxiana sendiri, penerus Tamerlane tidak bertahan lama dan dipaksa keluar oleh Shaybanids, cabang lain dari keluarga Jenghis Khan. Nenek moyang mereka Sheiban, saudara laki-laki Batu, mengambil bagian dalam kampanye ke Hongaria dan setelah itu menerima kepemilikan sebuah ulus di wilayah Pegunungan Ural dan di sebelah timurnya. Pada abad ke-14 Kaum Shaybanid pindah ke tenggara dan mengisi kekosongan yang ditinggalkan oleh Gerombolan Putih, mengadopsi nama yang membuat orang Uzbek dikenal dalam sejarah. Selama periode ini, orang Kazakh, sekelompok orang Uzbek yang memisahkan diri yang tidak ingin melepaskan gaya hidup nomaden dan kemandirian mereka, pertama kali muncul pada abad ke-20. mereka memberi nama pada Kazakhstan.
Pada tahun 1500, Khan Muhammad Sheybani dari Uzbekistan menduduki Transoxiana dan mendirikan Kekhanan Bukhara. Babur, cicit Tamerlane, melarikan diri ke pegunungan ke India, tempat ia mendirikan Kekaisaran Mughal yang cemerlang, sebuah dinasti yang menguasai hampir seluruh anak benua dari tahun 1525 hingga Inggris merebut India pada abad ke-18 dan ke-19. Kekhanan Bukhara jatuh ke tangan keluarga lain, tetapi bertahan hingga tahun 1920, ketika khan terakhir digulingkan oleh rezim Soviet. Subyek khanat Uzbekistan memberi nama kepada Uzbekistan.
NEGARA MONGOL TERAKHIR
Mongol Barat, atau Oirot.
Keturunan Mongol dari Jenghis Khan dan Kublai Khan, yang diusir dari Tiongkok pada tahun 1378, segera diserap ke tanah asal mereka oleh orang Mongol lainnya, Oirot, atau Kalmyk, suku taiga yang tidak memainkan peran khusus dalam perluasan kerajaan Mongol. Setelah mengalahkan Yoljei-Timur, cicit kaisar Yuan terakhir, keluarga Oirot pada tahun 1421 menyerang ke barat, di mana mereka mengalahkan Jaghatai timur. Oirot Khan Esen-Taji memiliki wilayah dari Danau Baikal hingga Danau Balkhash di selatan dan lebih jauh lagi hingga mendekati Tembok Besar Tiongkok. Karena ditolak untuk menikah dengan seorang putri Tiongkok, ia berjuang menembus Tembok, meraih kemenangan besar atas Tiongkok dan menangkap Kaisar Tiongkok Yin-Tsun. Kerajaannya tidak bertahan lama. Setelah kematiannya pada tahun 1455, ahli warisnya bertengkar, dan bangsa Mongol Timur mendorong mereka lebih jauh ke barat, bersatu kembali di bawah supremasi Dayankhan.
Khoshuty.
Salah satu suku Oirot, Khoshuts, menetap pada tahun 1636 di daerah Danau Kukunar, yang sekarang menjadi provinsi Qinghai di Tiongkok tengah. Di sini mereka ditakdirkan untuk memainkan peran penting dalam sejarah negara tetangga Tibet. Goshikhan, penguasa Khoshut, berpindah agama menjadi Buddha Lamais dari sekte Topi Kuning Tibet. Atas permintaan kepala sekte Topi Kuning, Dalai Lama kelima, Goshikhan menangkap pangeran perampas sekte saingan Topi Merah, dan pada tahun 1642 mendeklarasikan Dalai Lama sebagai penguasa berdaulat di Tibet tengah, hampir menjadi penguasa sementara Tibet. sampai dia meninggal pada tahun 1656.
Torgut, atau Kalmyk.
Suku Oirot lainnya, Torgut, bermigrasi ke Rusia. Setelah menetap di hilir Volga, mereka, dengan dukungan Rusia, terus maju melintasi stepa di utara Laut Kaspia, hingga pada tahun 1771 sebagian besar suku berangkat ke timur. Keturunan Torgut yang tetap tinggal di wilayah Kaspia masih disebut Kalmyks, atau Volga Kalmyks.
Dzungar.
Suku Oirot lainnya, Chorot mengikuti jejak Torgut di barat dan mendirikan kerajaan di pinggiran Mongolia. Bersama sekutunya, mereka mengadopsi nama Dzungars (Dzhungar Mongolia - tangan kiri, yaitu sayap kiri). Daerah tempat mereka tinggal masih disebut Dzungaria.
Galdan, khan terbesar mereka (memerintah 1676–1697) adalah penakluk Mongol yang terakhir. Karirnya dimulai secara tidak mencolok sebagai biksu Buddha di Lhasa. Dibebaskan dari sumpahnya oleh Dalai Lama untuk membalas kematian saudaranya, ia mendirikan kerajaan berumur pendek yang membentang dari Xinjiang barat hingga Mongolia timur. Namun pada tahun 1690 dan sekali lagi pada tahun 1696, pergerakannya ke timur dihentikan oleh artileri Kaisar Manchu Kang-Qi.
Keponakan dan penerus Galdan, Tsevang-Rabdan (memerintah 1697–1727) memperluas kekaisaran ke arah barat, merebut Tashkent, dan ke utara, menghentikan kemajuan Rusia di Siberia. Pada tahun 1717 ia mencoba mencegah penetrasi Tiongkok ke Tibet, tetapi tentara Tiongkok mengusirnya dan mengangkat Dalai Lama di Lhasa, yang dekat dengan Tiongkok. Setelah periode perang saudara, Tiongkok mengusir Dzungar khan terakhir pada tahun 1757 dan mengubah kepemilikan Dzungar menjadi provinsi Xinjiang (Provinsi Baru) di Tiongkok. Suku khan sendiri, Choroty, hampir sepenuhnya dimusnahkan oleh orang Cina, yang mendiami tanah-tanah terpencil. Orang Turki, Mongol, dan bahkan Manchu menetap di sana, bergabung dengan kerabat dekat Kalmyk yang kembali dari Volga.
Mongol Timur.
Dayankhan.
Setelah kemenangan Oirot atas Yolja-Timur, rumah Kublai hampir hancur akibat perselisihan sipil yang berdarah. Mandagol, penerus Jenghis Khan yang ke-27, tewas dalam pertempuran melawan keponakan dan ahli warisnya. Ketika yang terakhir dibunuh tiga tahun kemudian, satu-satunya anggota keluarga besar yang masih hidup adalah putranya yang berusia tujuh tahun, Batu-Myongke dari suku Chahar. Bahkan ditinggalkan oleh ibunya, ia berada di bawah perlindungan janda muda Mandagol, Mandugai, yang mencapai proklamasinya sebagai Khan dari Mongolia Timur. Dia bertindak sebagai wali selama masa mudanya dan menikah dengannya pada usia 18 tahun.
Selama masa pemerintahan Dayankhan yang panjang (1470–1543), dengan nama ini ia tercatat dalam sejarah, Oirot didorong ke barat, dan Mongol Timur bersatu menjadi satu negara. Mengikuti tradisi Jenghis Khan, Dayan membagi suku menjadi “sayap kiri”, yaitu. bagian timur, yang secara langsung berada di bawah khan, dan “sayap kanan”, yaitu. Barat, bawahan salah satu kerabat khan. Sebagian besar suku tersebut masih bertahan hingga saat ini. Dari suku sayap timur, suku Khalkha merupakan mayoritas penduduk Mongolia, dan suku Chahar tinggal di Tiongkok, di bagian timur Mongolia Dalam. Dari sayap barat, suku Ordo menempati wilayah Kelokan Besar Sungai Kuning di Tiongkok, yang menyandang nama mereka, suku Tumut mendiami wilayah utara tikungan di Mongolia Dalam, dan suku Kharchin tinggal di utara Beijing.
Konversi ke Lamaisme.
Kerajaan Mongol yang baru ini tidak berumur panjang lebih lama dari pendirinya. Keruntuhannya kemungkinan disebabkan oleh konversi bertahap bangsa Mongol Timur ke agama Buddha Lamais pasifis dari sekte Topi Kuning Tibet.
Orang yang pertama berpindah agama adalah Ordos, suku sayap kanan. Salah satu pemimpin mereka mengubah sepupunya yang kuat, Altankhan, penguasa Tumet, menjadi Lamaisme. Lama Besar Topi Kuning diundang ke pertemuan para penguasa Mongolia pada tahun 1576, mendirikan gereja Mongolia dan menerima gelar Dalai Lama dari Altankhan (Dalai adalah terjemahan bahasa Mongolia dari kata-kata Tibet yang berarti “seluas lautan,” yang seharusnya dipahami sebagai “mencakup semua”). Sejak itu, penerus Grand Lama menyandang gelar ini. Selanjutnya, Khan Agung dari Chakhar sendiri bertobat, dan Khalkha juga mulai menerima keyakinan baru pada tahun 1588. Pada tahun 1602, Buddha Hidup dideklarasikan di Mongolia, mungkin dianggap sebagai reinkarnasi Buddha sendiri. Buddha Hidup terakhir meninggal pada tahun 1924.
Peralihan bangsa Mongol ke agama Buddha disebabkan oleh ketundukan mereka yang cepat terhadap gelombang penakluk baru, Manchu. Sebelum penyerangan ke Tiongkok, suku Manchu sudah mendominasi wilayah yang kemudian disebut Mongolia Dalam. Chahar Khan Lingdan (memerintah 1604–1634), yang menyandang gelar Khan Agung, penerus independen terakhir Jenghis Khan, mencoba mengkonsolidasikan kekuasaannya atas Tumet dan gerombolan. Suku-suku ini menjadi pengikut Manchu, Lingdan melarikan diri ke Tibet, dan suku Chahar tunduk kepada Manchu. Khalkha bertahan lebih lama, tetapi pada tahun 1691 Kaisar Manchu Kang-Tsi, penentang penakluk Dzungar Galdan, mengumpulkan klan Khalkha untuk sebuah pertemuan di mana mereka mengakui diri mereka sebagai pengikutnya.
pemerintahan dan kemerdekaan Tiongkok.
Hingga akhir tahun 1800-an, suku Manchu menentang penjajahan Tiongkok di Mongolia. Ketakutan akan ekspansi Rusia memaksa mereka mengubah kebijakan, yang membuat bangsa Mongol tidak senang. Ketika Kekaisaran Manchu runtuh pada tahun 1911, Mongolia Luar memisahkan diri dari Tiongkok dan mendeklarasikan kemerdekaannya.
Kekaisaran Mongol adalah negara abad pertengahan yang menempati wilayah yang sangat luas - sekitar 38 juta km2. Ini adalah negara bagian terbesar dalam sejarah dunia. Ibu kota kekaisaran adalah kota Karakorum. Sejarah modern...
Kekaisaran Mongol adalah negara abad pertengahan yang menempati wilayah yang sangat luas - sekitar 38 juta km2. Ini adalah negara bagian terbesar dalam sejarah dunia. Ibu kota kekaisaran adalah kota Karakorum.
Sejarah Mongolia modern dimulai dengan Temujin, putra Yesugei Bagatur. Temujin, lebih dikenal sebagai Jenghis Khan, lahir pada tahun 50-an abad ke-12. Pada awal abad ke-13, ia mempersiapkan reformasi yang menjadi dasar Kekaisaran Mongol. Dia membagi pasukan menjadi puluhan ribu (kegelapan), ribuan, ratusan dan puluhan, dengan demikian menghapuskan organisasi pasukan berdasarkan prinsip kesukuan; menciptakan korps prajurit khusus, yang dibagi menjadi dua bagian: penjaga siang dan malam; menciptakan unit elit dari prajurit terbaik. Namun bangsa Mongol mempunyai situasi yang sangat menarik dengan agama. Mereka sendiri adalah penyembah berhala dan menganut perdukunan. Untuk beberapa waktu, agama Buddha mengambil alih sebagai agama dominan, tetapi kemudian penduduk Kekaisaran Mongol kembali ke perdukunan.
Genghis Khan
Sekitar waktu ini, pada pertengahan abad ke-13, Temujin menjadi Jenghis Khan, yang diterjemahkan sebagai “penguasa besar” (Genghis Khan). Setelah itu, ia menciptakan Yasa Agung - seperangkat undang-undang yang mengatur aturan wajib militer menjadi tentara. Hal ini menyebabkan terciptanya gerombolan besar yang terdiri dari 130 unit, yang disebutnya “ribuan”. Bangsa Tatar dan Uighur menciptakan bahasa tulisan untuk bangsa Mongol, dan pada tahun 1209 Jenghis Khan mulai bersiap untuk menaklukkan dunia. Tahun ini bangsa Mongol menaklukkan Tiongkok, dan pada tahun 1211 Kekaisaran Jin runtuh. Serangkaian pertempuran kemenangan bagi tentara Mongol dimulai. Pada tahun 1219, Jenghis Khan mulai menaklukkan wilayah di Asia Tengah, dan pada tahun 1223 ia mengirimkan pasukannya ke Rus'.
Pada saat itu, Rus' adalah negara besar dengan perang internecine yang serius. Jenghis Khan pun tak luput memanfaatkan hal ini. Pasukan pangeran Rusia gagal bersatu, dan oleh karena itu pertempuran di Sungai Kalka pada tanggal 31 Mei 1223 menjadi prasyarat pertama dimulainya kuk Horde yang telah berusia berabad-abad.
Karena ukurannya yang sangat besar, hampir tidak mungkin untuk memerintah negara tersebut, sehingga masyarakat yang ditaklukkan hanya memberikan penghormatan kepada khan dan tidak mematuhi hukum Kekaisaran Mongol. Pada dasarnya kehidupan masyarakat ini tidak jauh berbeda dengan kehidupan yang biasa mereka jalani. Satu-satunya hal yang bisa menutupi kebahagiaan hidup mereka adalah besarnya upeti, yang terkadang tak tertahankan.
Setelah kematian Jenghis Khan, putranya berkuasa, yang membagi negara menjadi tiga bagian - sesuai dengan jumlah putra, memberikan sebidang kecil tanah yang tidak subur kepada yang tertua dan paling tidak dicintai. Namun, putra Jochi dan cucu Jenghis Khan, Batu, rupanya tak mau menyerah. Pada tahun 1236 ia menaklukkan Volga Bulgaria, dan setelah itu, selama tiga tahun bangsa Mongol menghancurkan Rus'. Sejak saat itu, Rus menjadi pengikut Kekaisaran Mongol dan membayar upeti selama 240 tahun.
Batu khan
Moskow pada waktu itu adalah benteng berbenteng paling biasa. Invasi Tatar-Mongollah yang membantunya memperoleh status “kota utama”. Faktanya adalah bangsa Mongol jarang muncul di wilayah Rus, dan Moskow menjadi semacam kolektor bangsa Mongol. Penduduk seluruh negeri mengumpulkan upeti, dan pangeran Moskow memindahkannya ke Kekaisaran Mongol.
Setelah Rus', Batu (Batu) pergi lebih jauh ke barat - ke Hongaria dan Polandia. Seluruh Eropa gemetar ketakutan, memperkirakan pasukan besar akan menyerang kapan saja, dan hal ini cukup bisa dimengerti. Bangsa Mongol membunuh penduduk negara-negara yang ditaklukkan, tanpa memandang jenis kelamin dan usia. Mereka sangat menikmati penindasan terhadap wanita. Kota-kota yang belum ditaklukkan dibakar habis, dan penduduknya dimusnahkan dengan cara yang paling kejam. Penduduk kota Hamadan, yang terletak di Iran modern, terbunuh, dan beberapa hari kemudian pemimpin militer mengirim pasukan ke reruntuhan untuk menghabisi mereka yang tidak berada di kota pada saat serangan pertama dan berhasil kembali. sebelum bangsa Mongol kembali. Laki-laki sering kali direkrut menjadi tentara Mongol, diberi pilihan untuk mati atau bersumpah setia kepada kekaisaran.
Dipercaya juga bahwa epidemi wabah di Eropa, yang terjadi satu abad kemudian, justru dimulai karena bangsa Mongol. Pada pertengahan abad ke-14, Republik Genoa dikepung oleh tentara Mongol. Wabah menyebar di antara para penakluk dan merenggut banyak nyawa. Mereka memutuskan untuk menggunakan mayat yang terinfeksi sebagai senjata biologis dan mulai melemparkan mereka ke tembok kota.
Tapi mari kita kembali ke abad ke-13. Dari pertengahan hingga akhir abad ketiga belas, wilayah berikut ini ditaklukkan: Irak, Palestina, India, Kamboja, Burma, Korea, Vietnam, Persia. Penaklukan bangsa Mongol semakin berkurang setiap tahunnya, dan perselisihan sipil pun dimulai. Dari tahun 1388 hingga 1400, Kekaisaran Mongol diperintah oleh lima khan, tidak ada satupun yang hidup sampai usia tua - kelimanya terbunuh. Pada akhir abad ke-15, keturunan Jenghis Khan yang berusia tujuh tahun, Batu-Mongke, menjadi khan. Pada tahun 1488, Batu Mongke, atau Dayan Khan, begitu ia dikenal, mengirim surat kepada Kaisar Tiongkok memintanya untuk menerima upeti. Faktanya, surat ini dianggap sebagai kontrak perdagangan bebas antarnegara. Namun, perdamaian yang terjalin tidak menghalangi Dayan Khan untuk menyerang Tiongkok.
Melalui upaya besar Dayan Khan, Mongolia bersatu, tetapi setelah kematiannya, konflik internal kembali berkobar. Pada awal abad ke-16, Kekaisaran Mongol kembali terpecah menjadi beberapa kerajaan, yang utama di antaranya dianggap sebagai penguasa Chakhar Khanate. Karena Ligdan Khan adalah yang tertua di antara generasi keturunan Jenghis Khan, ia menjadi khan seluruh Mongolia. Dia gagal mencoba menyatukan negara untuk menghindari ancaman dari Manchu. Namun, para pangeran Mongol lebih bersedia bersatu di bawah kepemimpinan Manchu daripada kepemimpinan Mongol.
Pada akhirnya, di abad ke-18, setelah kematian keturunan terakhir Jenghis Khan, yang memerintah di salah satu kerajaan Mongolia, terjadi perebutan takhta yang serius. Kekaisaran Qing memanfaatkan momen perpecahan berikutnya. Para pemimpin militer Tiongkok membawa pasukan besar ke wilayah Mongolia, yang pada tahun 60an abad ke-18 menghancurkan negara yang dulunya besar, serta hampir seluruh penduduknya.
Topik: “Sejarah etnis masyarakat Mongolia.”
1. Perkenalan.
2. Peristiwa sejarah terpenting di wilayah Mongolia.
4. Kesimpulan.
1. Perkenalan.
Mongolia terletak di utara Asia Tengah. Ratusan dan ribuan kilometer daratan memisahkannya dari lautan dan lautan.
Perbatasannya dengan Rusia di utara dan Cina di selatan. Secara konfigurasi, wilayah negara menyerupai elips dengan panjang terbesar di garis lintang - sekitar 2.400 kilometer, di garis bujur - lebih dari 1.250 km. Luas wilayahnya 1.566 ribu km2, jumlah penduduknya sekitar 1,7 juta jiwa.
Selama lebih dari dua abad, Mongolia (akhir abad ke-17 – awal abad ke-20) berada di bawah kekuasaan Manchu-Cina. Negara ini adalah salah satu bagian paling terbelakang di planet ini. Populasi Mongolia yang kehilangan haknya berada di ambang kepunahan. Menurut sensus tahun 1918, populasi berbahasa Mongol di Mongolia berjumlah hampir setengah juta orang.
Pada tahun 1921, dengan bantuan Soviet Rusia, Mongolia dibebaskan dari ketergantungan asing. Pada tahun 1924, pada Kongres Pertama Khural Rakyat Besar, Republik Rakyat Mongolia diproklamasikan. Negara ini dibagi menjadi 18 aimak (wilayah), yang terdiri dari unit administratif dan ekonomi - somon, yang jumlahnya melebihi ratusan.
Selama keberadaan Uni Soviet, yang mendukung perkembangan Mongolia, negara ini berkembang sebagai negara agraris-industri. Seiring dengan perkembangan peternakan sapi, industri berkembang di dalam negeri dan pembangunan aktif pun berlangsung.
Setelah runtuhnya Uni Soviet, perkembangan industri dan konstruksi di Mongolia melambat.
2. Peristiwa sejarah terpenting.
Manusia menghuni wilayah Mongolia saat ini paling lambat pada Paleolitik Tengah - sekitar 100 ribu tahun yang lalu.
Hingga awal Abad Pertengahan, kesinambungan budaya arkeologi dapat ditelusuri di Mongolia, berakhir pada abad 10-11 dengan terbentuknya etnos Mongolia dengan penampilan ekonomi dan budayanya yang khas.
Suku Hun, Xianbei, Rouran, Turki kuno, Uighur, dan Khitan saling menggantikan, menyingkirkan, dan sebagian berasimilasi satu sama lain di wilayah ini.
Etnisitas mereka belum diketahui secara pasti; hanya sifat berbahasa Mongol dari suku Khitan yang diketahui secara pasti, namun tidak diragukan lagi, mereka semua berkontribusi pada pembentukan bangsa Mongolia. Etnonim “Mongol” berupa “Mengu”, “Menggu-li”, “Meng-wa” pertama kali ditemukan dalam kronik sejarah Tiongkok pada masa Dinasti Tang (abad VII – X M). Beginilah cara orang Tiongkok menyebut kelompok “barbar” yang menjelajahi perbatasan utara mereka, yang jelas mencerminkan nama diri mereka.
Pada akhir abad ke-12, beberapa aliansi besar suku Mongolia menjelajahi wilayah yang luas dari Tembok Besar Tiongkok hingga Siberia Selatan dan dari hulu Irtysh hingga Amur: Taijnut, Tatar, Kerent, Merkit, dll. struktur sosial mereka, mereka mewakili masyarakat kelas awal. Pada awal abad ke-12, sebagian besar dari mereka secara sukarela atau paksa disatukan di bawah pemerintahan Temujin, khan dari klan Borjigin dari suku Taijnut. Pada tahun 1206, kurultai - sebuah kongres para khan dari semua suku Mongol - mengakui supremasi Temujin, memproklamirkannya sebagai kagan yang hebat dan memberinya gelar Jenghis Khan, yang membuatnya dikenal dalam sejarah. Negara Mongol terpusat pertama muncul.
Reformasi yang dilakukan oleh Jenghis Khan (administrasi militer, peradilan, dll.) membantu memperkuat pemerintah pusat, membangun ketertiban dan disiplin, secara tajam meningkatkan kemampuan tempur tentara Mongolia dan menjadikan Mongolia salah satu kekuatan militer paling kuat di Asia Tengah pada saat itu. periode.
Penyatuan suku-suku Mongolia dan pembentukan negara terpusat dapat menciptakan kondisi bagi perkembangan ekonomi, budaya, dan pertumbuhan kekuatan produktif.
Namun, sejumlah alasan menghalangi hal ini: pertama, selama perselisihan sipil khan, yang menyertai proses sentralisasi, peternakan nomaden, basis perekonomian, mengalami kemunduran, yang mendorong suku-suku yang bersatu untuk merebut ternak dan padang rumput baru dari tetangga mereka untuk menggantikan mereka yang menjadi miskin; kedua, seluruh penduduk laki-laki yang sehat dan siap tempur di negara tersebut dimobilisasi menjadi tentara. Maka dimulailah era kampanye agresif berdarah Tatar-Mongol.
Dari awal abad ke-13 hingga kuartal terakhirnya, invasi dahsyat terjadi dalam beberapa gelombang, yang berujung pada penaklukan banyak negara di Asia dan Eropa Timur.
Jenghis Khan, putra dan cucunya, setelah menaklukkan wilayah negara lain, menciptakan sebuah kerajaan yang ukurannya belum pernah terdengar pada saat itu. Itu termasuk Asia Tengah, Cina Utara dan Selatan, Afghanistan, Iran. Kota-kota Rus dan Korea dibakar dan diberi upeti, dan kampanye dahsyat dilakukan terhadap Hongaria, Silesia, Moravia, dan Polandia. Setelah jatuhnya Kekaisaran Mongol, diperlukan waktu beberapa abad agar kehidupan di negara-negara tersebut kembali normal. Namun bagi Mongolia sendiri, kampanye ini memainkan peran yang membawa malapetaka, menghancurkan perekonomian, menyebarkan populasi, dan menunda perkembangan budaya dan ekonominya selama berabad-abad.
Dengan kematian Jenghis Khan pada tahun 1227, kesatuan Kekaisaran Mongol hanya tinggal sebatas nominal. Itu dibagi menjadi empat ulus, yang diberikan kepada empat putra Jenghis Khan, yang masing-masing dengan cepat menjadi khanat independen.
Mongolia sendiri diperintah secara bergantian oleh putra dan cucu Jenghis Khan - Ogedei, Guyuk, Mongke. Periode fragmentasi feodal dimulai, yang berlangsung lebih dari 300 tahun. Pada akhir abad ke-16 – awal abad ke-17, tiga divisi besar yang memiliki stabilitas etnis dapat dibedakan di wilayah Mongolia. Ini adalah Mongolia Utara (sekarang Republik Rakyat Mongolia) dengan populasi utama Khal Kha, Mongolia Selatan (sekarang wilayah otonom Mongolia Dalam di Tiongkok), yang dihuni oleh kelompok Mongol selatan yang tersebar, dan Mongolia Barat - Oirat yang menghuninya pada tahun 30-an abad ke-17 membentuk Oirat, atau Dzungar Khanate. Saat ini, separuh dari bekas Mongolia Barat adalah bagian dari aimag Kobdo Republik Rakyat Mongolia, dan separuh lainnya adalah bagian dari Daerah Otonomi Xinjiang-Uyghur di Tiongkok. Pada usia 30-an abad ke-17, dinasti Manchu Qing, yang memerintah Tiongkok Timur Laut, mulai secara bertahap mengambil alih tanah Mongolia.
Pemberontakan anti-Manchu yang berulang kali mengguncang negara itu. Baru pada tahun 1811 kemerdekaan Mongolia Luar diproklamasikan, yang, atas saran Tsar Rusia, Tiongkok, Amerika Serikat, Prancis, dan Inggris, berubah menjadi otonomi kecil sesuai dengan undang-undang tahun 1915 yang ditandatangani oleh Tiongkok dan Rusia.
Dan baru pada tahun 1921 Mongolia mulai bertindak sebagai negara merdeka.
3. Kelompok etnis Mongolia, sejarah dan pemukimannya.
Mongolia hampir merupakan negara dengan satu negara; lebih dari 90% penduduknya adalah orang Mongol dan kelompok asal Turki bergabung dengan mereka, berbicara dengan dialek bahasa Mongolia.
Bangsa Mongol termasuk dalam ras Mongol tipe Asia Tengah. Tipe antropologis ini bercirikan tengkorak bulat, masif, pipih tajam, muka lebar dan tinggi. Rongga mata tinggi, hidung lebar agak menonjol. Tipe antropologis yang sama mencakup suku Buryat, Uriankhabian, dan Kazakh yang tinggal di Mongolia.
Di Mongolia, ada sekitar 20 kelompok etnis asal Mongolia dan non-Mongolia, di antaranya yang paling menonjol adalah Khalkha (Khalkha, Khalkha-Mongol). Mereka membentuk inti bangsa Mongolia baik karena jumlah mereka (sekitar 1,3 juta orang) dan karena semua bangsa lain berkonsolidasi di sekitar Khalkha, secara bertahap kehilangan perbedaan mereka dalam bahasa dan budaya.
Kelompok kecil Mongol selatan: Kharchins, Chahars, Tumets, Uzumchins) dan Khotogonts, Sartuls, Darigangas yang sebelumnya terisolasi praktis bergabung menjadi Khalkha. Suku dan klan Mongolia kuno (Borjigin, Gorlos, Olkhonud) dan non-Mongolia (Tangut) mengambil bagian dalam etnogenesis Khalkha. Etos Khalkha telah dikenal sejak abad ke-16. Wilayah pembentukannya berada di antara sungai Onon dan Kerumen. Saat ini, Khalkha menetap di seluruh wilayah negara, tetapi sebagian besar terkonsentrasi di wilayah timur, tengah, dan selatan.
Di aimaks barat negara itu - Ubsunur, Kobdo, Bayan-Ulegey hidup Derbets, Bayats, Zakhchins, Torguts dan Olets. Semuanya adalah keturunan Mongol-Oirat Barat. Komponen Turki mengambil bagian penting dalam etnogenesis, yang masih dapat ditelusuri pada beberapa elemen budaya material dan spiritual. Derbet (termasuk Khoshut dan Khoyt yang merupakan bagian dari mereka) dan Olets berasal dari suku-suku abad ke-13 – ke-14; Zakhchin mewakili formasi etnis buatan pada akhir abad ke-17, yang diciptakan oleh para khan Dzungar untuk melindungi perbatasan mereka dari pasukan Manchu. Oleh karena itu etnonim “Zakhchin”, yang berarti “pinggiran”. Etnonim “Torgut” dan “Bayat” secara etimologis berasal dari terminologi sosial dan administratif abad 13-14: “Torgut” berarti penjaga istana, “Bayat” berarti pasukan pribadi khan. Kini kelompok etnis ini semakin mendekati suku Khalkha.
Selain bangsa Mongol sendiri, kelompok penduduk lain yang tinggal di Mongolia juga berbicara bahasa Mongolia. Suku Buryat menetap di aimak utara: Timur, Khentei, Tengah dan beberapa wilayah aimak Khubsugul, Bulgan, Selenga. Suku Buryat di Mongolia tetap mempertahankan identitas etnis mereka, meskipun sebagian besar bahasa mereka adalah bahasa Khalkha. Dekat dengan Buryat dalam bahasa, budaya dan asal usul adalah kelompok Bargut, yang bermigrasi dari Tiongkok Timur Laut pada tahun 1947 dan sekarang tinggal di satu soum di aimak Timur.
Suku Uriankhian tidak mewakili satu kelompok etnis pun. Ini termasuk Altai Uriankhians, Monchak Uriankhians, Khubsugui Uriankhians dan Tsaatan. Secara etnogenik, mereka kembali ke berbagai kelompok Tuvan dan berasimilasi pada tingkat yang berbeda-beda dengan bangsa Mongol. Yang paling banyak dari mereka, Altai Uriankhians, menetap di lembah pegunungan Altai Mongolia. Dari segi bahasa dan budaya, mereka kini hampir tidak berbeda dengan kelompok Mongol Barat tempat mereka tinggal. Suku Monchak Uriankhian tinggal di aimak yang sama di sebelah Altai Uriankhian dan Kazakh. Bahasa mereka banyak meminjam dari bahasa Kazakh.
Suku Khubsugul Uriankhian tinggal di kawasan Danau Khubsugul.
Yang paling terisolasi dan mempertahankan kekhususannya adalah penggembala rusa Tuvan, yang disebut Tsaatan oleh bangsa Mongol. Jumlahnya hanya dua ratus. Mereka berbicara dengan dialek bahasa Tuvan, tetapi juga berbicara dengan dialek Darkhat bahasa Mongolia.
Darhat adalah salah satu masyarakat kecil paling menarik di Mongolia. Mereka mendiami depresi Darkhat di aimag Khubsugul. Etonim “darhat” sudah dikenal sejak abad ke-17. Sebelum revolusi, topi gelap dianggap sebagai departemen budak di Rogdo-Gegen. Komponen Samoyed, Turki, dan Mongolia mengambil bagian dalam etnogenesis. Bahasa mereka cukup mirip dengan dialek Mongolia Barat.
Kelompok etnis non-Mongolia terbesar di Mongolia adalah Kazakh, yang merupakan suku Turki. Mereka tinggal di aimag Bayan-Ulegey. Bahasa mereka adalah bagian dari kelompok bahasa Kipchak dari rumpun bahasa Turki. Orang Kazakh bermigrasi ke wilayah Mongolia pada pertengahan abad ke-19 dari wilayah Black Irtysh dan hulu Bukhtarma. Bahasa Kazakh diajarkan di sekolah, surat kabar aimak diterbitkan, dan terdapat pusat radio dan penerbit. Pada saat yang sama, ada banyak pinjaman Mongolia dalam budaya Kazakh.
Kelompok etnis lainnya termasuk Rusia, Cina, Khoton, dan Khamnigan. Penduduk Rusia merupakan keturunan Orang-Orang Percaya Lama, pedagang, pengrajin, dan intelektual yang tiba di Mongolia pada paruh kedua abad ke-19. Banyak orang Tiongkok dan Rusia berbicara bahasa Mongolia. Khoton adalah orang Turki bersatu yang memasuki wilayah Mongolia selama Perang Dzungar.
Suku Khamnigan - suku Tungus yang tinggal di omongolisasi, yang beralih dari penggembalaan rusa ke peternakan nomaden - tinggal bersebelahan dengan suku Buryat, dan telah belajar banyak tentang budaya dari mereka.
Dengan demikian, Mongolia adalah negara dengan satu negara terkemuka. Semua masyarakatnya yang berbicara bahasa Mongolia bersatu menjadi satu bangsa dan mempertahankan ciri-ciri linguistik dan budaya mereka.
Bahasa resminya didasarkan pada dialek Khalkha, yang digunakan di sebagian besar negara.
Beberapa jenis tulisan dikenal. Yang tertua, tulisan Mongolia Kuno, dibuat pada abad ke-13 berdasarkan alfabet yang dipinjam dari Uyghur. Selama Dinasti Yuan (1271-1368), apa yang disebut aksara “persegi”, berdasarkan karakter alfabet Tibet, digunakan untuk dokumentasi resmi. Pada abad ke-17, pencerahan Oirat, Zaya-Pandita, menciptakan aksara yang “jelas”, yang dalam ilmu pengetahuan dikenal sebagai aksara Oirat. Hal ini juga tidak meluas. “Soyombo”, ditemukan pada abad ke-17 oleh kepala Gereja Lamais Mongolia, Undur Gegen, semakin cepat terlupakan. Tulisan Sirilik modern mulai diperkenalkan pada tahun 1942. Dua huruf telah ditambahkan ke tanda-tanda alfabet Rusia: O - fita dan V - izhitsa untuk menyampaikan tanda-tanda bahasa bunyi khas Mongolia.
4. Kesimpulan.
Dengan demikian, populasi Mongolia terbentuk selama ribuan tahun. Proses ini dimulai kurang lebih 100 ribu tahun yang lalu dan selesai pada abad 10-11 Masehi. Pada awalnya ini adalah tulisan-tulisan orang Hun, Xianbei, Rouran, Turki kuno, Uighur, Khitan saling menggantikan, menyingkirkan, dan sebagian berasimilasi satu sama lain di wilayah ini.
Pada akhir abad ke-17, beberapa suku besar Mongolia mengembara: Taijnut, Tatar, Kerent, Merkit, yang disatukan oleh Khan Temujin atau, begitu ia dijuluki di kongres khan, Jenghis Khan.
Sejak saat itu, negara Mongolia muncul.
Saat ini, di wilayah Mongolia terdapat sekitar 20 kelompok etnis asal Mongolia dan non-Mongolia, di antaranya yang terdepan adalah Khalkha. Mereka merupakan inti dari bangsa Mongolia.
tinggal di Cina, Rusia dan Mongolia. HAI sekitar 10 juta orang menganggap diri mereka orang Mongol. Sebagian besar tinggal di wilayah Mongolia dan Tiongkok. Di Rusia, bangsa Mongol dapat ditemukan di Kalmykia, Buryatia, dan Wilayah Trans-Baikal. Wilayah modern Mongolia mencakup lebih dari 156 ribu meter persegi. km. Namun, kepadatan penduduknya rendah: sekitar 2,5 juta orang tinggal di Mongolia yang luas. Bahasa nasionalnya masing-masing adalah bahasa Mongolia dan populasi utamanya adalah orang Mongol. Selain mereka, byte juga tinggal di sini. Ada sekitar 20 kelompok etnis di Mongolia, yang terbesar adalah Khalkha Mongol. Wilayah terbentuknya suatu suku Khalkha mengacu pada interfluf Onona dan Kerulena.
Dari Jenghis Khan hingga Republik
Orang-orang Eropa menganggap bangsa Mongol sebagai salah satu penakluk paling kejam di dunia. Sejarah bangsa ini dimulai pada abad ke-11, ketika kerajaan-kerajaan pertama muncul. Pemimpin bijak Temujin menciptakan aliansi yang kuat di abad ke-13, menyatukan suku-suku Mongol. Karena kebijaksanaannya yang berpandangan jauh ke depan, orang-orang Mongol yang bersyukur menjuluki pemimpin mereka Yang Agung, yang terdengar seperti itu Genghis Khan. Penaklukan teritorial yang paling penting dikaitkan dengan era pemerintahan Jenghis Khan. Jadi Cina, Persia dan Kievan Rus tunduk pada para penakluk. Namun begitu bangsa Mongol dibiarkan tanpa pemimpin, semua kejayaan dan kekuasaan mereka mulai memudar. Pada tahun 1480, Kerajaan Moskow memperbudak bangsa Mongol dan merebut sebagian besar tanah mereka. Tanggal-tanggal utama dalam sejarah negara Mongolia adalah tahun 1924 (pembentukan Republik Rakyat Mongolia) dan 1991 ( Republik Mongolia).
Kehidupan dan adat istiadat bangsa Mongol
Bangsa Mongol bukanlah suku yang menetap, jadi mereka terus berpindah melintasi stepa yang tak ada habisnya. Gaya hidup nomaden meninggalkan bekas pada citra spiritual dan budaya masyarakat. Untuk mencari makan di padang rumput yang keras, mereka secara aktif beternak. Segera setelah padang rumput dikosongkan, keluarga Mongol mengumpulkan barang-barang mereka dan berangkat mencari tempat baru untuk memberi makan ternak mereka. Karena sering berpindah-pindah, bangsa Mongol tidak memiliki tempat tinggal yang cukup besar. Yurt nasional" ger"Dibongkar dan didirikan dalam waktu singkat. Di dalam gubuk itu terdapat dua ruangan: ruang laki-laki dan ruang perempuan. Anda hanya boleh makan dengan tangan kanan, karena penduduk setempat menganggap tangan kiri itu najis. Orang Mongol juga suka menghangatkan diri dengan secangkir teh aromatik. Kecintaan terhadap minuman ini berkaitan langsung dengan kedekatan wilayahnya dengan China. Teh Mongolia bersifat spesifik; susu ditambahkan ke dalamnya dan diseduh khusus untuk kedatangan tamu. Akar dan herba digunakan dalam teh.
Yang sederhana itu rumit – budaya bangsa Mongol
Budaya keagamaan masyarakat Mongolia adalah sistem kompleks kepercayaan dan ritual yang berusia berabad-abad. Nenek moyang bangsa Mongol mendewakan benda-benda alam. Langit sangat dihormati. Dalam gagasan mitos etnos, Surga adalah perantara antara dunia yang lebih tinggi dan kehidupan sehari-hari. Batu adalah elemen suci lainnya dari bangsa ini. Keteguhan, keperkasaan, dan ketabahan iman dikaitkan dengan gunung, batu, dan bumi. Tradisi Mongol membangun piramida batu disebut Ovo. Tumpukan batu dan energi yang diperoleh dari pembangunan struktur seperti itu dianggap hormat oleh bangsa Mongol. Tidak ada kebisingan di dekat Ovo, praktis tidak ada pembicaraan, karena ini adalah tempat kebebasan berpikir. Menghancurkan piramida suci adalah dosa besar. Bangsa Mongol memperlakukan api dengan tidak kalah hormatnya. Api, seperti perapian keluarga, mengumpulkan orang-orang terkasih dan mengusir roh jahat. Nyala apinya tidak disiram air dan tidak disentuh dengan ujung pisau. Pakaian tua dan kotor serta sampah yang tidak perlu tidak pernah dibakar agar tidak menyinggung Roh Api.
Di yurt Mongolia
Di yurt Mongolia, meskipun semuanya sederhana, namun cukup eksotis bagi turis mana pun. Pakaian nasional yang cerah, jimat, dan keramahtamahan pemilik yurt memikat setiap tamu. Keturunan Jenghis Khan ramah terhadap siapa pun yang datang ke rumahnya. Jika bantuan diperlukan, orang Mongol akan memberikannya secara penuh dan tidak akan pernah meminta bayaran untuk itu. Namun saat akan mengunjungi yurt, bawalah oleh-oleh. Saat Anda bertemu, pemilik akan menunjukkan tempat duduk. Anda tidak boleh memberikan semua oleh-oleh sekaligus. Merupakan kebiasaan bagi bangsa Mongol untuk memperpanjang kesenangan ini. Berikan kado secara bertahap, mula-mula berikan kado kepada pemiliknya, kemudian kepada penjaga perapian, dan terakhir kepada anak-anak yang berisik. Sungguh pemandangan yang menakjubkan menyaksikan tarian massal. Diiringi musik nasional, masyarakat Mongol dapat menampilkan tarian nasional yang lebih mirip ritual, tarian berburu, atau ritual pemburu.
Negara ini memiliki cagar alam yang kaya dan monumen arsitektur yang menarik. Wisatawan senang melakukan perjalanan untuk menyentuh masa lalu Golden Horde..
