Pada saat kemakmuran tertinggi Kekaisaran Romawi, kekuasaannya meluas ke wilayah yang luas - total luasnya sekitar 6,51 juta kilometer persegi. Namun, dalam daftar kerajaan terbesar dalam sejarah, kekaisaran Romawi hanya menempati tempat kesembilan belas.

Bagaimana menurut Anda, yang mana yang pertama?

Kerajaan terbesar di dunia dalam sejarah

Mongolia

294 (21.8 % )

Rusia

213 (15.8 % )

Orang Spanyol

48 (3.6 % )

Inggris

562 (41.6 % )

Mongolia

118 (8.7 % )

Khaganat Turki

18 (1.3 % )

Jepang

5 (0.4 % )

Khilafah Arab

18 (1.3 % )

Makedonia

74 (5.5 % )

Sekarang kita tahu jawaban yang benar...

Ribuan tahun keberadaan manusia berlalu di bawah tanda perang dan ekspansi. Negara-negara besar muncul, tumbuh dan runtuh, yang mengubah (dan beberapa terus mengubah) wajah dunia modern.

Sebuah kerajaan adalah jenis negara yang paling kuat, di mana berbagai negara dan masyarakat disatukan di bawah kekuasaan satu raja (kaisar). Mari kita lihat sepuluh kerajaan terbesar yang pernah muncul di panggung dunia. Anehnya, tetapi dalam daftar kami Anda tidak akan menemukan Romawi, atau Ottoman, atau bahkan kekaisaran Alexander Agung - sejarah telah melihat lebih banyak.

10. Khilafah Arab

Populasi: -

Wilayah negara bagian: - 6.7

Ibukota: 630-656 Medina / 656 - 661 Mekah / 661 - 754 Damaskus / 754 - 762 Al-Kufa / 762 - 836 Bagdad / 836 - 892 Samarra / 892 - 1258 Bagdad

Awal dominasi: 632 g

Jatuhnya kekaisaran: 1258

Keberadaan kerajaan ini menandai apa yang disebut. "Era keemasan Islam" - periode dari abad ke-7 hingga ke-13 Masehi. e. Khilafah didirikan segera setelah kematian pendiri agama Islam, Muhammad, pada tahun 632, dan komunitas Madinah yang didirikan oleh nabi menjadi intinya. Berabad-abad penaklukan Arab meningkatkan luas kekaisaran menjadi 13 juta meter persegi. km, meliputi wilayah di ketiga bagian Dunia Lama. Pada pertengahan abad ke-13, Khilafah, yang tercabik-cabik oleh konflik internal, menjadi sangat lemah sehingga mudah direbut pertama-tama oleh bangsa Mongol, dan kemudian oleh Utsmaniyah, para pendiri kerajaan besar Persia lainnya.

9. Kekaisaran Jepang

Populasi: 97.770.000

Luas negara bagian: 7,4 juta km2

Ibukota: Tokyo

Awal pemerintahan: 1868

Jatuhnya sebuah kerajaan: 1947

Jepang adalah satu-satunya kerajaan di peta politik modern. Sekarang status ini agak formal, tetapi 70 tahun yang lalu Tokyo adalah pusat utama imperialisme di Asia. Jepang - sekutu Reich Ketiga dan Italia fasis - kemudian mencoba membangun kendali atas pantai barat Samudra Pasifik, berbagi front yang luas dengan Amerika. Pada saat ini, puncak ruang lingkup teritorial kekaisaran, yang menguasai hampir seluruh ruang laut dan 7,4 juta meter persegi, jatuh. km dari Sakhalin ke New Guinea.

8. Kekaisaran Portugis

Populasi: 50 juta (480 SM) / 35 juta (330 SM)

Luas negara bagian: - 10,4 juta km2

Ibukota: Coimbra, Lisbon

Sejak abad ke-16, Portugis telah mencari cara untuk menerobos isolasi Spanyol di Semenanjung Iberia. Pada tahun 1497, mereka membuka jalur laut ke India, yang menandai awal pertumbuhan kerajaan kolonial Portugis. Tiga tahun sebelumnya, Perjanjian Tordesillas ditandatangani antara "tetangga tersumpah", yang sebenarnya membagi dunia yang dikenal pada waktu itu antara kedua negara, pada kondisi terakhir yang tidak menguntungkan bagi Portugis. Tetapi ini tidak menghentikan mereka untuk mengumpulkan lebih dari 10 juta meter persegi. km dari tanah, yang sebagian besar ditempati oleh Brasil. Penyerahan Makau ke Cina pada tahun 1999 mengakhiri sejarah kolonial Portugal.

7. Khaganate Turki

Luas - 13 juta km2

salah satu negara kuno terbesar dalam sejarah umat manusia di Asia, yang dibuat oleh persatuan suku Turki (Turkut) yang dipimpin oleh penguasa dari klan Ashina. Selama periode ekspansi terbesar (akhir abad ke-6), ia menguasai wilayah Cina (Manchuria), Mongolia, Altai, Turkestan Timur, Turkestan Barat (Asia Tengah), Kazakhstan, dan Kaukasus Utara. Selain itu, Sassanid Iran, negara bagian Cina di Zhou Utara, Qi Utara adalah anak sungai Kaganate sejak 576, dan dari tahun yang sama Kaganate Turki merebut Kaukasus Utara dan Krimea dari Byzantium.

6. Kekaisaran Prancis

Populasi: -

Luas negara bagian: 13,5 juta meter persegi km

Ibukota: Paris

Awal pemerintahan: 1546

Jatuhnya sebuah kerajaan: 1940

Prancis menjadi kekuatan Eropa ketiga (setelah Spanyol dan Portugal) yang tertarik pada wilayah seberang laut. Mulai dari tahun 1546 - saat berdirinya Prancis Baru (sekarang Quebec, Kanada) - pembentukan Francophonie di dunia dimulai. Setelah kehilangan oposisi Amerika terhadap Anglo-Saxon, dan juga terinspirasi oleh penaklukan Napoleon, Prancis menduduki hampir seluruh Afrika Barat. Pada pertengahan abad kedua puluh, luas wilayah kekaisaran mencapai 13,5 juta meter persegi. km, lebih dari 110 juta orang tinggal di dalamnya. Pada tahun 1962, sebagian besar koloni Prancis telah menjadi negara merdeka.

Kekaisaran Cina

5. Kekaisaran Cina (Kekaisaran Qing)

Populasi: 383.100.000

Luas negara bagian: 14,7 juta km2

Ibukota: Mukden (1636–1644), Beijing (1644–1912)

Awal pemerintahan: 1616

Jatuhnya kekaisaran: 1912

Kerajaan paling kuno di Asia, tempat lahirnya budaya oriental. Dinasti Cina pertama memerintah dari milenium ke-2 SM. e., tetapi sebuah kerajaan tunggal diciptakan hanya pada tahun 221 SM. e. Selama masa pemerintahan Qing - dinasti monarki terakhir dari Kerajaan Tengah - kekaisaran menempati rekor area seluas 14,7 juta meter persegi. km. Ini 1,5 kali lebih banyak daripada negara Tiongkok modern, terutama karena Mongolia, yang sekarang merdeka. Pada tahun 1911, Revolusi Xinhai pecah, mengakhiri monarki di Cina, mengubah kekaisaran menjadi republik.

4. Kekaisaran Spanyol

Populasi: 60 juta

Luas negara bagian: 20.000.000 km2

Ibukota: Toledo (1492-1561) / Madrid (1561-1601) / Valladolid (1601-1606) / Madrid (1606-1898)

Jatuhnya kekaisaran: 1898

Masa dominasi Spanyol di dunia dimulai dengan pelayaran Columbus, yang membuka cakrawala baru bagi karya misionaris Katolik dan perluasan wilayah. Pada abad ke-16, hampir seluruh Belahan Barat "di bawah kaki" raja Spanyol dengan "armada tak terkalahkan" miliknya. Pada saat itulah Spanyol disebut "negara di mana matahari tidak pernah terbenam", karena kepemilikannya meliputi bagian ketujuh dari tanah (sekitar 20 juta Km persegi) dan hampir setengah dari rute laut di seluruh penjuru planet ini. . Kerajaan terbesar suku Inca dan Aztec jatuh ke tangan para penakluk, dan sebagai gantinya terbentuklah Amerika Latin yang didominasi orang Hispanik.

3. Kekaisaran Rusia

Populasi: 60 juta

Populasi: 181,5 juta (1916)

Luas negara bagian: 23.700.000 km2

Ibukota: St. Petersburg, Moskow

Jatuhnya kekaisaran: 1917

Monarki kontinental terbesar dalam sejarah manusia. Akarnya mencapai zaman kerajaan Moskow, kemudian kerajaan. Pada 1721, Peter I memproklamirkan status kekaisaran Rusia, yang memiliki wilayah luas dari Finlandia hingga Chukotka. Pada akhir abad ke-19, negara mencapai puncak geografisnya: 24,5 juta meter persegi. km, sekitar 130 juta penduduk, lebih dari 100 kelompok etnis dan kebangsaan. Pada suatu waktu, milik Rusia adalah tanah Alaska (sampai dijual oleh Amerika pada tahun 1867), serta bagian dari California.

2. Kekaisaran Mongol

Populasi: lebih dari 110.000.000 orang (1279)

Luas negara bagian: 38.000.000 km2 (1279)

Ibukota: Karakorum, Khanbalik

Awal pemerintahan: 1206

Jatuhnya kekaisaran: 1368

Kekaisaran terbesar sepanjang masa dan bangsa, yang makna keberadaannya adalah satu - perang. Negara besar Mongolia dibentuk pada 1206 di bawah kepemimpinan Jenghis Khan, telah berkembang selama beberapa dekade menjadi 38 juta meter persegi. km, dari Laut Baltik ke Vietnam, dan pada saat yang sama membunuh setiap sepuluh penduduk Bumi. Pada akhir abad ke-13, ulusnya menutupi seperempat daratan dan sepertiga populasi dunia, yang kemudian berjumlah hampir setengah miliar orang. Kerangka etno-politik Eurasia modern dibentuk di atas pecahan-pecahan kekaisaran.

1. Kerajaan Inggris

Populasi: 458.000.000 (sekitar 24% dari populasi dunia pada tahun 1922)

Luas negara bagian: 42,75 km2 (1922)

Ibukota London

Awal pemerintahan: 1497

Kejatuhan Kekaisaran: 1949 (1997)

Kerajaan Inggris adalah negara terbesar yang pernah ada dalam sejarah umat manusia dengan koloni di semua benua yang berpenghuni.

Selama 400 tahun pembentukannya, ia telah bertahan dalam persaingan untuk menguasai dunia dengan "raksasa kolonial" lainnya: Prancis, Belanda, Spanyol, Portugal. Selama masa kejayaannya, London menguasai seperempat daratan dunia (lebih dari 34 juta kilometer persegi) di semua benua yang berpenghuni, serta hamparan lautan yang luas. Secara formal, masih ada dalam bentuk Persemakmuran, sementara negara-negara seperti Kanada dan Australia sebenarnya tetap tunduk pada mahkota Inggris.

Status internasional bahasa Inggris adalah warisan utama Pax Britannica.

Hal lain yang menarik bagi Anda dari sejarah: ingat, atau misalnya. Ini kamu. mungkin Anda tidak tahu apa itu dan

Artikel asli ada di website InfoGlaz.rf Tautan ke artikel dari mana salinan ini dibuat -

Fakta Luar Biasa

Sepanjang sejarah umat manusia, kita telah melihat bagaimana kerajaan lahir dan terlupakan, selama beberapa dekade, abad, dan bahkan ribuan tahun. Jika benar bahwa sejarah berulang, maka mungkin kita bisa belajar dari kesalahan dan lebih memahami pencapaian kerajaan paling abadi di dunia.

Kekaisaran adalah kata yang sulit untuk didefinisikan. Meskipun istilah ini sangat sering dilontarkan, namun sering digunakan dalam konteks yang salah dan mendistorsi lokasi politik negara. Definisi paling sederhana menggambarkan unit politik yang menjalankan kendali atas badan politik lain. Pada dasarnya, ini adalah negara atau kelompok orang yang mengontrol keputusan politik dari unit yang kurang kuat.

Istilah "hegemoni" sering digunakan bersama dengan kekaisaran, tetapi mereka memiliki perbedaan yang signifikan, serta perbedaan yang jelas antara konsep "pemimpin" dan "hooligan". Hegemoni bekerja sebagai seperangkat aturan internasional yang disepakati, sementara kekaisaran memproduksi dan menerapkan aturan yang sama. Hegemoni adalah dominasi satu kelompok atas kelompok lain, namun membutuhkan persetujuan mayoritas agar kelompok yang berkuasa tetap berkuasa.

Kerajaan mana yang bertahan paling lama dalam sejarah, dan apa yang bisa kita pelajari darinya? Di bawah ini, kita melihat kerajaan-kerajaan di masa lalu ini, bagaimana mereka terbentuk, dan faktor-faktor yang pada akhirnya menyebabkan kejatuhan mereka.

10. Kekaisaran Portugis

Kekaisaran Portugis dikenang karena memiliki salah satu angkatan laut terkuat yang pernah ada di dunia. Fakta yang kurang diketahui adalah bahwa sampai tahun 1999 dia tidak “meninggalkan” muka bumi. Kerajaan itu berlangsung selama 584 tahun. Itu adalah kerajaan global pertama dalam sejarah, beroperasi di empat benua, dan dimulai pada 1415 ketika Portugis merebut kota Muslim Afrika Utara Cueta. Ekspansi berlanjut ketika mereka pindah ke Afrika, India, Asia dan Amerika.

Setelah Perang Dunia II, upaya dekolonisasi meningkat di banyak daerah, dengan banyak negara Eropa "menarik diri" dari koloni mereka di seluruh dunia. Baru pada tahun 1999 hal ini terjadi di Portugal, ketika akhirnya menyerahkan Makau di Cina, menandakan "akhir" kekaisaran.

Kerajaan Portugis mampu berkembang begitu banyak karena senjata yang sangat baik, keunggulan angkatan laut, dan kemampuan untuk dengan cepat membangun pelabuhan untuk perdagangan gula, budak dan emas. Dia juga memiliki kekuatan yang cukup untuk menaklukkan negara-negara baru dan mendapatkan tanah. Tetapi, seperti halnya dengan sebagian besar kerajaan sepanjang sejarah, daerah yang ditaklukkan akhirnya berusaha untuk merebut kembali tanah mereka.

Kekaisaran Portugis runtuh karena beberapa alasan, termasuk tekanan internasional dan ketegangan ekonomi.

9. Kekaisaran Ottoman

Pada puncak kekuasaannya, Kekaisaran Ottoman membentang tiga benua, mencakup berbagai budaya, agama dan bahasa. Terlepas dari perbedaan ini, kekaisaran mampu berkembang selama 623 tahun, dari 1299 hingga 1922.

Kekaisaran Ottoman memulainya sebagai negara kecil Turki setelah Kekaisaran Bizantium yang melemah meninggalkan wilayah tersebut. Osman I mendorong batas-batas kerajaannya ke luar, mengandalkan sistem peradilan, pendidikan dan militer yang kuat, serta metode unik untuk mentransfer kekuasaan. Kekaisaran terus berkembang dan akhirnya menaklukkan Konstantinopel pada tahun 1453 dan menyebarkan pengaruhnya jauh ke Eropa dan Afrika Utara. Perang saudara awal 1900-an segera setelah Perang Dunia I, serta Pemberontakan Arab, menandai awal dari akhir. Pada akhir Perang Dunia I, Perjanjian Sèvres membagi sebagian besar wilayah Kekaisaran Ottoman. Poin terakhir adalah Perang Kemerdekaan Turki, yang mengakibatkan jatuhnya Konstantinopel pada tahun 1922.

Inflasi, persaingan dan pengangguran disebut-sebut sebagai faktor kunci dalam runtuhnya Kekaisaran Ottoman. Setiap bagian dari kerajaan besar ini beragam secara budaya dan ekonomi, dan penduduknya pada akhirnya ingin membebaskan diri.

8. Kekaisaran Khmer

Sedikit yang diketahui tentang Kekaisaran Khmer, namun, ibu kotanya Angkor dikatakan sangat mengesankan sebagian besar berkat Angkor Wat, salah satu monumen keagamaan terbesar di dunia yang dibangun di puncak kekuasaannya. Kerajaan Khmer mulai berdiri pada tahun 802 M, ketika Jayawarman II diproklamasikan sebagai raja dari wilayah yang saat ini termasuk dalam wilayah Kamboja. 630 tahun kemudian, pada 1432, kekaisaran berakhir.

Beberapa dari apa yang kita ketahui tentang kerajaan ini berasal dari lukisan dinding batu yang ditemukan di wilayah tersebut, dan beberapa informasi berasal dari diplomat Cina Zhou Daguan, yang melakukan perjalanan ke Angkor pada tahun 1296 dan menerbitkan sebuah buku tentang pengalamannya. Hampir sepanjang waktu keberadaan kekaisaran, ia mencoba untuk menangkap lebih banyak wilayah baru. Angkor adalah rumah utama kaum bangsawan pada periode kedua kekaisaran. Ketika kekuatan Khmer mulai berkurang, peradaban tetangga mulai berjuang untuk menguasai Angkor.

Ada banyak teori mengapa kekaisaran runtuh. Beberapa percaya bahwa raja masuk agama Buddha, yang menyebabkan hilangnya pekerja, degenerasi sistem air, dan, pada akhirnya, panen yang sangat buruk. Yang lain mengklaim bahwa kerajaan Thailand Sukhothai menaklukkan Angkor pada tahun 1400-an. Teori lain menunjukkan bahwa jerami terakhir adalah transfer kekuasaan ke kota Oudong (Oudong), sementara Angkor tetap ditinggalkan.

7. Kekaisaran Ethiopia

Mengingat waktu Kekaisaran Ethiopia, kita tahu sedikit tentang hal itu. Ethiopia dan Liberia adalah satu-satunya negara Afrika yang berhasil melawan "perebutan Afrika" Eropa. Keberadaan panjang kekaisaran dimulai pada 1270, ketika dinasti Solomonid menggulingkan dinasti Zagwe, menyatakan bahwa merekalah yang memiliki hak atas tanah ini, seperti yang telah diwariskan Raja Salomo. Sejak itu, dinasti tersebut kemudian berkembang menjadi sebuah kerajaan dengan menyatukan peradaban baru di bawah kekuasaannya.

Semua ini berlanjut sampai tahun 1895, ketika Italia menyatakan perang terhadap kekaisaran, dan kemudian masalah dimulai. Pada tahun 1935, Benito Mussolini memerintahkan tentaranya untuk menyerang Ethiopia, mengakibatkan perang berkecamuk di sana selama tujuh bulan, sehingga Italia dinyatakan sebagai pemenang perang. Dari tahun 1936 hingga 1941, Italia memerintah negara itu.

Kekaisaran Ethiopia tidak memperluas perbatasannya dan tidak menghabiskan sumber dayanya, seperti yang kita lihat dalam contoh sebelumnya. Sebaliknya, sumber daya Ethiopia menjadi lebih kuat, khususnya, kita berbicara tentang perkebunan kopi besar. Perang saudara berkontribusi pada melemahnya kekaisaran, namun, di kepala segalanya, bagaimanapun, adalah keinginan Italia untuk berkembang, yang menyebabkan jatuhnya Ethiopia.

6. Kekaisaran Kanem

Kami tahu sedikit tentang kerajaan Kanem dan bagaimana orang-orangnya hidup, sebagian besar pengetahuan kami berasal dari dokumen teks yang ditemukan pada tahun 1851 yang disebut Girgam. Seiring berjalannya waktu, Islam menjadi agama utama mereka, namun diyakini bahwa pengenalan agama dapat menyebabkan pertikaian internal di tahun-tahun awal kekaisaran. Kekaisaran Kanem didirikan sekitar tahun 700 dan berlangsung hingga 1376. Itu terletak di tempat yang sekarang disebut Chad, Libya dan bagian dari Nigeria.

Menurut dokumen yang ditemukan, orang-orang Zaghawa mendirikan ibu kota mereka pada tahun 700 di kota Nzhime (N "jimi). Sejarah kekaisaran dibagi antara dua dinasti - Duguwa dan Sayfawa (adalah kekuatan pendorong yang membawa Islam). ekspansi berlanjut dan selama periode ketika raja menyatakan perang suci, atau jihad, pada semua suku di sekitarnya.

Sistem militer yang dirancang untuk memfasilitasi jihad didasarkan pada prinsip-prinsip negara bangsawan turun-temurun, di mana tentara menerima bagian dari tanah yang mereka taklukkan, sementara tanah terdaftar sebagai milik mereka selama bertahun-tahun yang akan datang, bahkan anak-anak mereka dapat membuangnya. Sistem seperti itu menyebabkan pecahnya perang saudara, yang melemahkan kekaisaran dan membuatnya rentan terhadap serangan musuh dari luar. Penjajah Bulala dapat dengan cepat menguasai ibu kota dan akhirnya menguasai kekaisaran pada tahun 1376.

Pelajaran dari kerajaan Kanem menunjukkan bagaimana keputusan yang salah memicu konflik internal, akibatnya orang-orang yang dulu berkuasa menjadi tidak berdaya. Perkembangan ini berulang sepanjang sejarah.

5. Kekaisaran Romawi Suci

Kekaisaran Romawi Suci dipandang sebagai kebangkitan kembali Kekaisaran Romawi Barat, dan juga dilihat sebagai penyeimbang politik bagi Gereja Katolik Roma. Namanya, bagaimanapun, berasal dari fakta bahwa kaisar dipilih oleh para pemilih, tetapi ia dimahkotai oleh paus di Roma. Kekaisaran berlangsung dari 962 hingga 1806 dan menempati wilayah yang cukup luas, yang sekarang menjadi Eropa Tengah, pertama-tama, sebagian besar Jerman.

Kekaisaran dimulai ketika Otto I diproklamasikan sebagai Raja Jerman, namun, ia kemudian dikenal sebagai Kaisar Romawi Suci pertama. Kekaisaran terdiri dari 300 wilayah yang berbeda, namun, setelah Perang Tiga Puluh Tahun pada tahun 1648, itu terpecah-pecah, sehingga benih kemerdekaan ditanam.

Pada tahun 1792 terjadi pemberontakan di Perancis. Pada 1806, Napoleon Bonaparte memaksa Kaisar Romawi Suci terakhir, Franz II, untuk turun takhta, setelah itu kekaisaran berganti nama menjadi Konfederasi Rhine. Seperti kekaisaran Ottoman dan Portugis, Kekaisaran Romawi Suci terdiri dari berbagai kelompok etnis dan kerajaan yang lebih kecil. Pada akhirnya, keinginan kerajaan-kerajaan ini untuk merdeka menyebabkan runtuhnya kekaisaran.

4. Kerajaan Silla

Sedikit yang diketahui tentang awal mula Kekaisaran Silla, namun, pada abad keenam itu adalah masyarakat yang sangat canggih berdasarkan keturunan, di mana garis keturunan mendikte segala sesuatu mulai dari pakaian yang diizinkan untuk dikenakan seseorang hingga aktivitas kerja yang diizinkan untuk mereka lakukan. di. . Sementara sistem ini membantu kekaisaran pada awalnya memperoleh sejumlah besar tanah, itu juga yang pada akhirnya menyebabkan penurunannya.

Kekaisaran Silla lahir pada 57 SM. dan menduduki wilayah yang saat ini menjadi milik Korea Utara dan Selatan. Kin Park Hyokgeose adalah penguasa pertama kekaisaran. Selama masa pemerintahannya, kekaisaran terus berkembang, menaklukkan lebih banyak kerajaan di semenanjung Korea. Akhirnya, monarki terbentuk. Dinasti Tang Cina dan Kekaisaran Silla berperang pada abad ketujuh, namun dinasti itu dikalahkan.

Perang saudara seabad di antara keluarga-keluarga berpangkat tinggi, serta di antara kerajaan-kerajaan yang ditaklukkan, membuat kekaisaran itu hancur. Akhirnya, pada tahun 935 M, kekaisaran tersebut tidak ada lagi dan menjadi bagian dari negara bagian baru Goryeo, yang sedang berperang pada abad ke-7. Sejarawan tidak mengetahui keadaan pasti yang menyebabkan runtuhnya Kekaisaran Silla, namun pandangan umum adalah bahwa negara-negara tetangga tidak senang dengan ekspansi lanjutan kekaisaran melalui Semenanjung Korea. Banyak teori setuju bahwa kerajaan yang lebih kecil menyerang untuk mendapatkan kedaulatan.

3. Republik Venesia

Kebanggaan Republik Venesia adalah angkatan lautnya yang besar, yang memungkinkannya dengan cepat membuktikan kekuatannya di seluruh Eropa dan Mediterania, menaklukkan kota-kota bersejarah yang penting seperti Siprus dan Kreta. Republik Venesia bertahan selama 1100 tahun yang menakjubkan, dari tahun 697 hingga 1797. Semuanya dimulai ketika Kekaisaran Romawi Barat melawan Italia dan ketika Venesia menyatakan Paolo Lucio Anafesto sebagai adipati mereka. Kekaisaran mengalami beberapa perubahan signifikan, namun, secara bertahap berkembang menjadi apa yang sekarang dikenal sebagai Republik Venesia, bertentangan dengan Turki dan Kekaisaran Ottoman, antara lain.

Sejumlah besar perang secara signifikan melemahkan kekuatan pertahanan kekaisaran. Kota Piedmont segera diserahkan ke Prancis, dan Napoleon Bonaparte merebut sebagian dari kekaisaran. Ketika Napoleon mengeluarkan ultimatum, Doge Ludovico Manin menyerah pada tahun 1797, dan Napoleon menguasai Venesia.

Republik Venesia adalah contoh klasik tentang bagaimana sebuah kerajaan yang membentang sangat jauh tidak mampu mempertahankan ibukotanya. Tidak seperti kerajaan lain, bukan perang saudara yang membunuhnya, tetapi perang dengan tetangga. Angkatan Laut Venesia yang dulu tak terkalahkan, sangat dihargai, telah menyebar terlalu jauh dan tidak mampu mempertahankan kerajaannya sendiri.

2. Kekaisaran Kush

Kekaisaran Kush ada dari sekitar 1070 SM. sebelum 350 M dan menduduki wilayah yang saat ini menjadi milik Republik Sudan. Sepanjang sejarahnya yang panjang, sangat sedikit informasi yang bertahan tentang struktur politik wilayah tersebut, namun, ada bukti monarki di tahun-tahun terakhir keberadaannya. Namun, Kekaisaran Kush memerintah beberapa negara kecil di wilayah tersebut, sambil mengelola untuk mempertahankan kekuasaan. Perekonomian kekaisaran sangat bergantung pada perdagangan besi dan emas.

Beberapa bukti menunjukkan bahwa kekaisaran sedang diserang dari suku gurun pasir, sementara cendekiawan lain percaya bahwa ketergantungan yang berlebihan pada besi menyebabkan penggundulan hutan, menyebabkan orang-orang "bubar".

Kerajaan lain jatuh karena mereka mengeksploitasi orang mereka sendiri atau negara tetangga, namun, teori deforestasi menunjukkan bahwa kerajaan Kush jatuh karena menghancurkan tanahnya sendiri. Baik kebangkitan dan kejatuhan sebuah kerajaan secara fatal terkait dengan industri yang sama.

1. Kekaisaran Romawi Timur

Kekaisaran Romawi bukan hanya salah satu yang paling terkenal dalam sejarah, tetapi juga merupakan kekaisaran yang paling lama bertahan. Dia melewati beberapa era, tetapi, pada kenyataannya, berlangsung dari 27 SM. sebelum 1453 M - total 1480 tahun. Republik yang mendahuluinya dihancurkan oleh perang saudara, dan Julius Caesar menjadi diktator. Kekaisaran diperluas ke Italia saat ini dan sebagian besar wilayah Mediterania. Kekaisaran memiliki kekuatan besar, tetapi kaisar Diocletian pada abad ketiga "memperkenalkan" faktor kunci yang menjamin kesuksesan jangka panjang dan kemakmuran kekaisaran. Dia memutuskan bahwa dua kaisar dapat memerintah, sehingga mengurangi tekanan untuk merebut sejumlah besar wilayah. Dengan demikian, fondasi diletakkan untuk kemungkinan keberadaan Kekaisaran Romawi Timur dan Barat.

Kekaisaran Romawi Barat bubar pada tahun 476 ketika pasukan Jerman memberontak dan menggulingkan Romulus Augustus dari tahta kekaisaran. Kekaisaran Romawi Timur terus berkembang setelah tahun 476, menjadi lebih dikenal sebagai Kekaisaran Bizantium.

Konflik kelas menyebabkan perang saudara 1341-1347, yang tidak hanya mengurangi jumlah negara kecil yang merupakan bagian dari Kekaisaran Bizantium, tetapi juga memungkinkan Kekaisaran Serbia yang berumur pendek untuk memerintah untuk waktu yang singkat di beberapa wilayah Kekaisaran Bizantium. Pergolakan sosial dan wabah semakin melemahkan kerajaan. Dikombinasikan dengan meningkatnya kerusuhan di kekaisaran, wabah dan kerusuhan sosial, akhirnya jatuh ketika Kekaisaran Ottoman menaklukkan Konstantinopel pada tahun 1453.

Terlepas dari strategi penguasa bersama Diocletian, yang tidak diragukan lagi sangat meningkatkan "masa hidup" Kekaisaran Romawi, ia mengalami nasib yang sama seperti kekaisaran lain, yang ekspansi besar-besarannya akhirnya memicu berbagai suku bangsa untuk memperjuangkan kedaulatan.

Kerajaan-kerajaan ini bertahan paling lama dalam sejarah, tetapi masing-masing memiliki kelemahannya sendiri, baik itu penggunaan tanah atau orang, tidak ada kerajaan yang mampu menahan kerusuhan sosial yang disebabkan oleh perpecahan kelas, pengangguran, atau kekurangan sumber daya.

19 September 2006
"Kebijakan Luar Negeri", AS
http://www.inosmi.ru/translation/23001.html

Negara-negara kekaisaran pada pertengahan abad ke-20 sebagian besar menggali kuburan mereka sendiri.

Kerajaan adalah lokomotif sejarah. Tetapi pada abad terakhir mereka ternyata berumur sangat pendek - tidak ada satu kerajaan pun yang melihat awal abad baru. Tidak ada kerajaan di peta politik hari ini, setidaknya tidak secara resmi. Tetapi situasi ini dapat segera berubah jika AS - dan bahkan China - mengikuti panggilan takdir kekaisaran mereka. Akankah mereka mampu menghindari nasib yang menimpa para pendahulu mereka?

Jalannya peristiwa di dunia selalu ditentukan oleh imperium, bukan oleh negara-bangsa. Apa yang kita sebut sejarah umat manusia dalam banyak hal adalah kronik perbuatan 50-70 kerajaan yang pada waktu yang berbeda memerintah atas bentangan luas dan banyak orang di berbagai wilayah di planet ini. Namun, seiring waktu, "masa hidup" mereka mulai menurun. Dibandingkan dengan pendahulu mereka di zaman kuno, Abad Pertengahan, dan zaman modern, kekaisaran abad yang lalu secara mengejutkan berumur pendek. Pemendekan "siklus hidup" kerajaan memiliki efek mendalam pada peristiwa zaman kita.

Secara resmi, tidak ada kerajaan saat ini - hanya ada 190 negara bagian "biasa". Namun, hantu dari kerajaan masa lalu masih berkeliaran di planet ini. Konflik regional di berbagai benua - dari Afrika Tengah dan Timur Tengah hingga Amerika Tengah dan Timur Jauh dengan mudah - dan seringkali secara demagogis - dijelaskan oleh dosa-dosa bekas kekaisaran: perbatasan digambar secara salah di sana, perselisihan antar-etnis ditaburkan di sini, mengikuti prinsip "membagi dan menaklukkan".

Selain itu, di banyak negara berpengaruh di dunia saat ini, ciri-ciri kerajaan yang melahirkannya tidak diragukan lagi dapat ditebak. Ambil Federasi Rusia: Rusia membuat kurang dari 80% dari populasinya. Dan Inggris Raya saat ini pada dasarnya adalah "kekaisaran Inggris". Italia dan Jerman modern lahir bukan dari gerakan nasional, tetapi dari ekspansi Piedmont dan Prusia. Warisan kerajaan bahkan lebih jelas di luar Eropa. India saat ini, misalnya, sebagian besar dibentuk oleh era Mughal dan pemerintahan kolonial Inggris. (Seorang perwira India pernah mengatakan kepada saya: "Tentara India hari ini lebih 'Inggris' daripada tentara Inggris." Saat kami melewati kamp militer di Madras, saya menyadari bahwa dia benar: ratusan prajurit infanteri terbungkus celana khaki saat melihatnya seorang perwira ditarik tali dan memberi hormat). Cina hari ini adalah keturunan langsung dari Kerajaan Tengah. Di Dunia Baru, warisan kerajaan terlihat dari Kanada di Utara hingga Argentina di Selatan: di Kanada, raja Inggris tetap menjadi kepala negara resmi, dan Falklands masih menjadi milik Inggris.

Singkatnya, di dunia sekarang ini, bekas imperium atau koloninya menempati tempat yang sama dengan negara-bangsa. Bahkan organisasi-organisasi yang didirikan pada tahun 1945 untuk membentuk kembali sistem internasional memiliki jejak kekaisaran yang jelas. Bukankah lembaga anggota tetap Dewan Keamanan PBB mirip dengan "klub tuan-tuan" dari kerajaan-kerajaan sebelumnya? Dan apa yang dimaksud dengan "intervensi kemanusiaan" jika bukan rumusan yang lebih tepat secara politis dari konsep "misi peradaban" dari bekas imperium Barat?

Berapa lama kerajaan "hidup"?

Secara umum diterima bahwa "siklus hidup" kerajaan, kekuatan besar, dan peradaban tunduk pada pola tertentu yang dapat diprediksi. Namun, apa yang paling mencolok di kerajaan-kerajaan di masa lalu adalah perbedaan besar tidak hanya dalam ukuran harta benda mereka, tetapi juga dalam durasi keberadaan mereka. Khususnya yang patut diperhatikan adalah fakta bahwa "kehidupan" kerajaan modern jauh lebih pendek daripada kehidupan para pendahulu mereka di zaman kuno dan abad pertengahan.

Ambil setidaknya tiga kerajaan Romawi. Kekaisaran Romawi Barat terbentuk pada tahun 27 SM ketika Oktavianus menamakan dirinya Caesar Augustus dan menjadi kaisar kecuali gelar itu sendiri. Kesudahannya datang dengan kematian Kaisar Theodosius pada tahun 395, ketika Konstantinopel secara resmi menjadi ibu kota "saingan" negara Romawi: dengan demikian, kota itu bertahan selama 422 tahun. Pada saat yang sama, Kekaisaran Romawi Timur lahir, yang berlangsung 1058 tahun - sampai kekalahan Bizantium oleh Turki Ottoman pada tahun 1453. Kekaisaran Romawi Suci ada dari tahun 800, ketika Charlemagne dimahkotai, hingga 1806, ketika Napoleon mencetak gol di dalamnya. paku terakhir peti mati. Jadi, "harapan hidup rata-rata" untuk kekaisaran Romawi adalah 829 tahun.

Perhitungan semacam itu, untuk semua perkiraannya, memungkinkan untuk membandingkan "siklus hidup" berbagai kerajaan. Tiga kerajaan Romawi dalam pengertian ini ternyata "berhati panjang". Jadi, rata-rata untuk kerajaan Timur Tengah (Asyur, negara-negara Abbasiyah, Kekaisaran Ottoman) adalah sedikit lebih dari 400 tahun, di Mesir dan Eropa Timur, kerajaan ada rata-rata selama 350 tahun, untuk Cina - jika kita memilih masing-masing dari dinasti utama menjadi "siklus kekaisaran" yang terpisah - angka yang sama lebih dari 300 tahun. Berbagai kerajaan di Persia, India, dan Eropa Barat umumnya "hidup" selama 200 hingga 300 tahun.

Setelah penangkapan Konstantinopel, Kekaisaran Ottoman tidak diragukan lagi bertahan paling lama - 469 tahun. Kerajaan Eropa Timur dari Habsburg dan Romanov berlangsung lebih dari tiga abad. Mughal memerintah sebagian besar dari apa yang sekarang menjadi India selama 235 tahun. Pemerintahan dinasti Safawi di Persia berlangsung hampir selama itu.

Penanggalan yang tepat dari kerajaan "laut" dengan kota-kota besar di Eropa Barat adalah tugas yang lebih sulit, karena ada perbedaan sudut pandang mengenai kronologi keberadaan mereka. Namun, dapat dikatakan bahwa kerajaan Inggris, Belanda, Prancis, dan Spanyol masing-masing bertahan sekitar 300 tahun, dan Portugis hampir 500 tahun.

Kekaisaran yang muncul pada abad ke-20, di sisi lain, memiliki "siklus hidup" yang relatif singkat. Uni Soviet Bolshevik berlangsung kurang dari 70 tahun (1922-1991) - menurut standar sejarah, tidak lama; namun, Republik Rakyat Cina bahkan belum mengatasi tonggak sejarah ini. Kekaisaran kolonial Jepang, yang dimulai dengan pencaplokan Taiwan pada tahun 1895, hampir tidak berlangsung selama setengah abad. Reich Ketiga Hitler ternyata merupakan kekaisaran yang paling berumur pendek di abad ke-20: ekspansinya di luar perbatasan Jerman dimulai pada tahun 1938, tetapi pada awal 1945 kerajaan itu telah diusir dari semua wilayah pendudukan. Secara formal, Reich Ketiga berlangsung 12 tahun, tetapi kekaisaran dalam arti sebenarnya - yaitu. sebuah negara yang mengatur orang lain - dia hanya setengah dari istilah ini. Hanya Benito Mussolini yang ternyata menjadi "imperialis" yang lebih sial daripada Hitler.

Mengapa kekaisaran abad ke-20 begitu rapuh? Jawabannya sebagian terletak pada keinginan mereka untuk sentralisasi kekuasaan, kontrol ekonomi, dan homogenitas sosial yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Kerajaan baru yang muncul setelah Perang Dunia Pertama tidak puas dengan sistem administrasi yang efisien tetapi improvisasi yang menjadi ciri kerajaan kolonial tradisional, termasuk campuran tanpa pandang bulu antara hukum kekaisaran dan lokal dan pendelegasian kekuasaan dan status tertentu kepada kelompok etnis asli tertentu di koloni. Dari pembangun negara-bangsa abad ke-19, mereka mewarisi kehausan yang tak terpuaskan akan keseragaman; akibatnya, entitas ini lebih cenderung didefinisikan sebagai "negara kekaisaran" daripada kekaisaran klasik. Kerajaan baru mengesampingkan norma-norma agama dan hukum tradisional yang membatasi kekerasan negara. Mereka dengan keras kepala membangun sistem hierarkis baru di lokasi struktur sosial yang ada, dan dengan senang hati menghancurkan institusi politik lama. Tetapi yang paling penting, mereka mengubah kekejaman menjadi kebajikan tertinggi. Dalam mengejar tujuan mereka, mereka mengobarkan perang "total" yang diarahkan tidak hanya terhadap perwakilan bersenjata dan terlatih khusus dari negara musuh, tetapi juga terhadap seluruh kelompok sosial atau etnis. Berikut adalah satu fakta yang khas dari generasi baru "calon kaisar": Hitler menuduh Inggris "lunak" terhadap gerakan nasional India.

Negara-negara kekaisaran pada pertengahan abad ke-20 sebagian besar menggali kuburan mereka sendiri. Jerman dan Jepang menegaskan kekuasaan mereka atas orang lain dengan kekejaman sedemikian rupa sehingga mereka benar-benar merusak kemungkinan kerjasama dengan penduduk lokal dan menciptakan prasyarat untuk penyebaran Gerakan Perlawanan. Itu adalah kebijakan sembrono, karena banyak dari mereka yang "dibebaskan" Poros dari mantan penguasa mereka (Stalin di Eropa Timur, kerajaan Eropa di Asia) awalnya menyambut tuan baru. Pada saat yang sama, ambisi teritorial negara-negara kekaisaran ini begitu tak terbatas - dan strategi keseluruhan mereka begitu ilusi - sehingga mereka dengan cepat melahirkan koalisi tak terkalahkan dari kerajaan saingan - Inggris, Amerika Serikat dan Uni Soviet.

Kenapa kita bertengkar?

Sebuah kerajaan tidak dapat bertahan lama jika tidak memiliki dukungan jangka panjang di antara penduduk lokal, atau akan memungkinkan kerajaan saingan untuk bersatu dalam koalisi bermusuhan yang lebih unggul dalam kekuatan. Pertanyaan krusialnya adalah: Apakah perilaku kekuatan dunia saat ini berubah dibandingkan dengan kerajaan pendahulu mereka?

Di depan umum, para pemimpin republik Amerika dan Cina menyangkal bahwa mereka memiliki aspirasi kekaisaran. Kedua negara lahir dalam perjalanan revolusi, dan memiliki tradisi "anti-imperialis" yang panjang. Tetapi pada titik tertentu topeng itu disetel ulang. Jadi, kartu pos yang dikirimkan kepada teman-teman pada Hari Natal 2003 oleh Wakil Presiden AS Dick Cheney berisi kutipan yang fasih dari Benjamin Franklin: “Jika burung pipit tidak jatuh ke tanah, sehingga Tuhan tidak memperhatikannya, mungkinkah seekor kerajaan untuk bangkit tanpa bantuan-Nya?". Pada tahun 2004, seorang penasihat senior Presiden Bush berkomentar kepada wartawan Ron Suskind, "Kami adalah sebuah kerajaan sekarang, dan dengan tindakan kami, kami membentuk realitas buatan manusia ... Kami sedang menggerakkan sejarah." Mungkin pemikiran serupa datang ke para pemimpin China. Tetapi bahkan jika ini tidak terjadi, tidak ada yang mencegah republik untuk bertindak dalam praktik "imperial", terus bersumpah setia pada kebajikan republik.

Menurut standar sejarah, Amerika Serikat masih merupakan kerajaan yang sangat muda. Ekspansinya di benua Amerika sendiri pada abad ke-19 sangat imperialis. Namun, relatif mudahnya federasi negara-negara bagian yang asli menyerap wilayah yang luas tetapi jarang penduduknya mencegah pembentukan mentalitas kekaisaran yang sesungguhnya dan tidak menimbulkan masalah bagi keberadaan lembaga-lembaga politik republik. Di sisi lain, ekspansi luar negeri Amerika Serikat, yang awalnya dapat dianggap sebagai Perang Spanyol-Amerika tahun 1898, disertai dengan kesulitan yang jauh lebih besar, dan karena alasan inilah momok transformasi presidensial kursi ke "tahta kekaisaran" lebih dari sekali muncul di cakrawala selama periode ini. Terlepas dari Samoa Amerika, Guam, Kepulauan Mariana Utara, Puerto Rico, dan Kepulauan Virgin AS, yang menjadi dependensi permanen AS, intervensi AS di luar negeri umumnya tidak berlangsung lama.

Pada abad ke-20, AS menduduki Panama selama 74 tahun, Filipina selama 48 tahun, Palau selama 47 tahun, Mikronesia dan Kepulauan Marshall selama 39 tahun, Haiti selama 19 tahun, dan Republik Dominika selama 8 tahun. Pendudukan resmi Jerman Barat dan Jepang setelah Perang Dunia II masing-masing berlangsung selama 10 dan 7 tahun, meskipun pasukan Amerika masih dikerahkan di negara-negara ini, seperti di Korea Selatan. Selain itu, mulai tahun 1965, kontingen Amerika yang mengesankan dikirim ke Vietnam Selatan, tetapi pada tahun 1973 ditarik.

Pengalaman sejarah ini memperkuat kepercayaan populer bahwa kehadiran militer AS di Irak dan Afghanistan setelah berakhirnya kepresidenan George W. Bush tidak akan bertahan lama. Kerajaan hari ini - terutama jika mereka tidak mengenali diri mereka sendiri - rapuh, tetapi karena alasan khusus yang membedakan era kita dari yang sebelumnya.

Dalam kasus imperium Amerika, sifat fananya terutama bukan karena permusuhan orang-orang yang ditaklukkan atau ancaman dari kekuatan saingan (yang menyebabkan runtuhnya imperium lain di abad ke-20), tetapi karena pembatasan politik internal. Pembatasan ini muncul dalam tiga bentuk utama. Yang pertama bisa disebut "defisit pasukan." Ketika Inggris berhasil memadamkan pemberontakan besar di Irak pada tahun 1920, ia mengerahkan kontingen yang cukup besar, dengan satu tentara Inggris untuk setiap 23 penduduk. Saat ini, Amerika Serikat jelas tidak dapat memberikan keseimbangan kekuatan seperti itu: ada 210 orang Irak untuk satu tentara Amerika.

Masalahnya, bertentangan dengan kepercayaan populer, tidak murni demografis. Ada banyak orang muda yang sehat di Amerika Serikat (ada banyak kali jumlah pria berusia 15 hingga 24 tahun di Irak atau Afghanistan). Faktanya adalah bahwa ukuran angkatan bersenjata AS adalah proporsi yang sangat kecil dari populasi - 0,5%. Selain itu, hanya sebagian kecil yang paling terlatih dari angkatan bersenjata ini yang ambil bagian dalam permusuhan di teater luar negeri.

Prajurit dari unit elit terlalu dihargai untuk tidak ragu mengirim mereka ke kematian mereka. Dan tidak mudah untuk mengganti yang mati. Setiap kali saya membaca di surat kabar tentang kematian tragis seorang tentara Amerika lainnya dalam pertempuran, kalimat-kalimat Rudyard Kipling, penyair "kekaisaran" Inggris terbesar, muncul di benak saya:

Pertarungan acak di Afghanistan
Di ngarai pegunungan, fajar yang lembab,
Dalam dua ribu pendidikan
Membuang Jezayl untuk lima koin -
Keindahan dan kebanggaan skuadron
Ditembak seperti burung gagak di pelana.
["Aritmatika perbatasan Afghanistan", diterjemahkan oleh F. Tolstoy]

Penghalang kedua bagi kerajaan "tidak resmi" Amerika adalah defisit anggaran AS. Biaya perang di Irak ternyata jauh lebih besar daripada yang diperkirakan pemerintah: sejak invasi dimulai pada tahun 2003, telah mencapai $290 miliar. Sehubungan dengan volume PDB AS, angka ini tidak terlihat begitu mengesankan - hanya 2,5%, tetapi perbendaharaan tidak dapat mengalokasikan lebih banyak dana untuk percepatan rekonstruksi Irak pascaperang, dan ini dapat mencegah perang saudara berkobar di negara. Pengeluaran prioritas lainnya - seperti mendanai kewajiban Medicare pemerintah - telah mencegah Marshall Plan untuk Timur Tengah direalisasikan seperti yang diharapkan oleh beberapa orang Irak.

Akhirnya, dan mungkin yang paling penting, publik Amerika tidak antusias dengan politik kekaisaran. Kerajaan-kerajaan di masa lalu tidak mengalami kesulitan untuk mendapatkan dukungan publik bahkan untuk konflik militer yang paling berkepanjangan sekalipun. Keturunan mereka - Amerika Serikat - jelas kehilangan keterampilan seperti itu. Satu setengah tahun setelah invasi ke Irak, mayoritas pemilih Amerika, menurut jajak pendapat Gallup, menganggapnya sebagai kesalahan. Sebagai perbandingan, kekecewaan dalam Perang Vietnam mencapai proporsi yang sama hanya pada Agustus 1968 - ketika tiga tahun telah berlalu sejak masuknya kontingen besar Amerika ke negara itu, dan kerugian AS dalam jumlah tewas mendekati 30.000 orang.

Ada banyak hipotesis yang dirancang untuk menjelaskan pemendekan "siklus hidup" kerajaan di zaman kita. Beberapa berpendapat bahwa keberadaan media berita membuat calon "kaisar" tidak lagi dapat secara diam-diam menyalahgunakan kekuasaan. Yang lain bersikeras bahwa teknologi militer canggih tidak lagi memberi Amerika Serikat keuntungan yang tak terbantahkan: ranjau darat buatan sendiri - seperti senjata Jezale "lima sen" primitif pada masa Kipling - menguranginya menjadi nol, karena senjata paling kuat dan mutakhir sering kali digunakan. tidak cocok untuk memerangi gerilyawan.

Namun, alasan sebenarnya dari kerapuhan - dan memang "tidak resmi" itu sendiri - dari kerajaan modern tidak berhubungan dengan ini. Suka atau tidak suka, kerajaan menjadi kekuatan pendorong sejarah, karena format ini memungkinkan skala ekonomi. Dengan demikian, sebagian besar negara-bangsa dapat menempatkan di bawah senjata hanya sejumlah orang yang terbatas. Kekaisaran, di sisi lain, memiliki lebih banyak "tangan bebas" dalam hal ini: salah satu fungsinya yang paling penting adalah untuk memobilisasi dan memperlengkapi angkatan bersenjata yang kuat yang terdiri dari perwakilan banyak orang, serta mengumpulkan pajak dan memberikan pinjaman untuk membiayai mereka. - lagi didukung oleh sumber daya dari banyak koloni.

Tapi mengapa perang ini dibutuhkan sama sekali? Sekali lagi, jawabannya ada hubungannya dengan ekonomi. Di antara tujuan "egois" ekspansi kekaisaran adalah kebutuhan vital untuk memastikan keamanan kota metropolitan dengan mengalahkan musuh eksternal, mengisi kembali perbendaharaan melalui pajak dan pembayaran lain yang dikenakan pada orang-orang yang ditaklukkan, dan, tentu saja, "piala" material - tanah baru untuk kolonisasi, bahan baku, logam mulia. Untuk membenarkan biaya menaklukkan dan menjajah tanah baru, sebuah kerajaan umumnya harus mendapatkan semua sumber daya ini dengan harga yang lebih rendah daripada yang mungkin melalui barter bebas dengan negara-negara merdeka dan kerajaan lain.

Pada saat yang sama, kekaisaran sering memberi warganya "barang publik" - mis. manfaat yang meluas tidak hanya untuk penjajah itu sendiri, tetapi juga untuk orang-orang yang ditaklukkan - dan negara ketiga juga. Ini bisa berupa kedamaian dan ketertiban dalam pengertian Pax Romana, peningkatan perdagangan dan investasi, peningkatan pendidikan (kadang-kadang, tetapi tidak selalu, konversi agama), atau peningkatan kondisi kehidupan material.

Aturan kekaisaran tidak hanya bertumpu pada bayonet. Tidak hanya tentara, tetapi juga PNS, pemukim, organisasi publik, pengusaha dan elit lokal dengan berbagai cara memastikan implementasi keputusan pusat di pinggiran. Selain itu, keuntungan dari sebuah kerajaan melampaui penguasa dan "klien" mereka. Kolonis dari bagian berpenghasilan rendah dari populasi metropolis juga sering menikmati manfaatnya. Bahkan bagi mereka yang tidak pergi ke luar negeri, kemenangan legiun Kekaisaran di negeri asing menjadi sumber kebanggaan. Penerima manfaat kekaisaran sering kali termasuk elit lokal di koloni.

Dengan demikian, sebuah kerajaan muncul dan ada jika, di mata kaum imperialis sendiri, keuntungan dari memerintah bangsa lain melebihi biaya yang terkait, dan di mata rakyat taklukan itu sendiri, keuntungan dari penaklukan kekuatan asing lebih besar daripada "biayanya". " terkait dengan melawan penjajah. Secara tidak langsung, dalam perhitungan seperti itu, ada juga "keuntungan yang hilang" dalam hal pemindahan kekuasaan atas suatu wilayah tertentu ke kerajaan lain.

Dengan semua ini dalam pikiran, hari ini biaya untuk memerintah Irak dan Afghanistan tampak bagi kebanyakan orang Amerika sebagai "selangit," manfaat yang paling meragukan, dan tidak ada kerajaan saingan yang mampu atau mau mencoba tangan mereka di sana. Dan karena institusi republik Amerika, meskipun di bawah tekanan, tetap utuh, Amerika Serikat saat ini memiliki sedikit kemiripan dengan Roma abad ke-1. Dan presiden saat ini, meskipun ia berusaha untuk memperluas kekuasaan cabang eksekutif, tidak tertarik pada Oktavianus.

Namun, semua ini bisa berubah. Di planet kita yang semakin padat, di mana cepat atau lambat pasti akan ada kekurangan jenis bahan mentah tertentu, semua prasyarat utama untuk persaingan kekaisaran tetap ada. Lihatlah energi yang dengannya China baru-baru ini mengejar "hubungan khusus" dengan negara-negara kaya sumber daya di Afrika dan kawasan lain. Atau tanyakan pada diri Anda pertanyaan: bahkan jika "neo-isolasionisme" berlaku di Amerika, berapa lama ia akan mampu menarik diri dari peristiwa di dunia Muslim dalam menghadapi serangan baru oleh teroris Islam?

Mari kita akui bahwa kerajaan hari ini tidak hanya malu disebut seperti itu, tetapi mereka juga tidak "diminta". Namun, pengalaman sejarah menunjukkan bahwa besok pendulum keseimbangan kekuasaan dapat kembali berayun menguntungkan mereka.

Kekaisaran Ottoman muncul pada tahun 1299 di barat laut Asia Kecil dan berlangsung selama 624 tahun, setelah berhasil menaklukkan banyak orang dan menjadi salah satu kekuatan terbesar dalam sejarah umat manusia.

Dari tempat ke tambang

Posisi Turki di akhir abad ke-13 tampak tidak menjanjikan, jika hanya karena kehadiran Bizantium dan Persia di sekitarnya. Ditambah sultan-sultan Konya (ibu kota Lycaonia - wilayah di Asia Kecil), tergantung di mana, meskipun secara formal, orang Turki berada.

Namun, semua ini tidak menghalangi Osman (1288-1326) untuk memperluas dan memperkuat negara mudanya. Ngomong-ngomong, dengan nama sultan pertama mereka, orang Turki mulai disebut Ottoman.
Osman secara aktif terlibat dalam pengembangan budaya internal dan dengan hati-hati memperlakukan budaya orang lain. Oleh karena itu, banyak kota Yunani yang terletak di Asia Kecil lebih suka secara sukarela mengakui supremasinya. Jadi, mereka "membunuh dua burung dengan satu batu": mereka berdua menerima perlindungan dan melestarikan tradisi mereka.

Putra Osman, Orkhan I (1326-1359) dengan cemerlang melanjutkan pekerjaan ayahnya. Menyatakan bahwa ia akan menyatukan semua umat beriman di bawah pemerintahannya, Sultan berangkat untuk menaklukkan bukan negeri-negeri Timur, yang masuk akal, tetapi negeri-negeri barat. Dan Byzantium adalah yang pertama menghalangi jalannya.

Pada saat ini, kekaisaran sedang mengalami kemunduran, yang dimanfaatkan oleh Sultan Turki. Seperti seorang tukang daging berdarah dingin, dia "memotong" area demi area dari "tubuh" Bizantium. Segera seluruh bagian barat laut Asia Kecil berada di bawah kekuasaan Turki. Mereka juga memantapkan diri di pantai Eropa Laut Aegea dan Marmara, serta Dardanella. Dan wilayah Byzantium dikurangi menjadi Konstantinopel dan sekitarnya.

Sultan berikutnya melanjutkan ekspansi Eropa Timur, di mana mereka berhasil berperang melawan Serbia dan Makedonia. Dan Bayazet (1389-1402) "ditandai" dengan kekalahan tentara Kristen, yang dipimpin Raja Sigismund dari Hongaria dalam perang salib melawan Turki.

Dari kekalahan menjadi kemenangan

Di bawah Bayazet yang sama, salah satu kekalahan paling parah dari tentara Ottoman terjadi. Sultan secara pribadi menentang tentara Timur dan dalam Pertempuran Ankara (1402) dia dikalahkan, dan dia sendiri ditawan, di mana dia meninggal.
Ahli waris dengan cara apa pun mencoba naik takhta. Negara berada di ambang kehancuran karena kerusuhan internal. Hanya di bawah Murad II (1421-1451) situasi menjadi stabil, dan Turki dapat menguasai kembali kota-kota Yunani yang hilang dan menaklukkan sebagian Albania. Sultan bermimpi akhirnya menindak Bizantium, tetapi tidak punya waktu. Putranya, Mehmed II (1451-1481), ditakdirkan untuk menjadi pembunuh kekaisaran Ortodoks.

Pada tanggal 29 Mei 1453, jam X datang untuk Bizantium.Turki mengepung Konstantinopel selama dua bulan. Waktu yang begitu singkat sudah cukup untuk menghancurkan penduduk kota. Alih-alih semua orang mengangkat senjata, penduduk kota hanya berdoa kepada Tuhan untuk meminta bantuan, tidak meninggalkan gereja selama berhari-hari. Kaisar terakhir, Constantine Palaiologos, meminta bantuan dari Paus, tetapi dia menuntut sebagai balasannya penyatuan gereja-gereja. Konstantin menolak.

Mungkin kota akan bertahan bahkan jika bukan karena pengkhianatan. Salah satu pejabat menyetujui suap dan membuka pintu gerbang. Dia tidak memperhitungkan satu fakta penting - Sultan Turki, selain harem perempuan, juga memiliki harem laki-laki. Di situlah putra tampan seorang pengkhianat didapat.

Kota itu jatuh. Dunia beradab telah berhenti. Sekarang semua negara di Eropa dan Asia telah menyadari bahwa waktunya telah tiba untuk negara adidaya baru - Kekaisaran Ottoman.

Kampanye dan konfrontasi Eropa dengan Rusia

Orang Turki tidak berpikir untuk berhenti di situ. Setelah kematian Byzantium, tidak ada yang menghalangi jalan mereka ke Eropa yang kaya dan tidak setia, bahkan dengan syarat.
Segera, Serbia dianeksasi ke kekaisaran (kecuali Beograd, tetapi Turki akan merebutnya pada abad ke-16), Kadipaten Athena (dan, karenanya, sebagian besar Yunani), pulau Lesbos, Wallachia, dan Bosnia .

Di Eropa Timur, selera teritorial Turki bersinggungan dengan selera Venesia. Penguasa yang terakhir dengan cepat meminta dukungan Napoli, Paus dan Karaman (Khanate di Asia Kecil).

Konfrontasi itu berlangsung selama 16 tahun dan berakhir dengan kemenangan penuh Utsmaniyah. Setelah itu, tidak ada yang mencegah mereka untuk "mendapatkan" kota-kota dan pulau-pulau Yunani yang tersisa, serta mencaplok Albania dan Herzegovina. Orang-orang Turki begitu terbawa oleh perluasan perbatasan mereka sehingga mereka berhasil menyerang bahkan Khanate Krimea.

Kepanikan pecah di Eropa. Paus Sixtus IV mulai membuat rencana untuk evakuasi Roma, dan pada saat yang sama bergegas mengumumkan Perang Salib melawan Kekaisaran Ottoman. Hanya Hongaria yang menanggapi panggilan tersebut. Pada 1481, Mehmed II meninggal, dan era penaklukan besar berakhir sementara.
Pada abad ke-16, ketika kerusuhan internal di kekaisaran mereda, orang-orang Turki kembali mengarahkan senjata mereka ke tetangga mereka. Pertama ada perang dengan Persia. Meskipun Turki memenangkannya, akuisisi teritorial tidak signifikan.

Setelah sukses di Tripoli dan Aljazair Afrika Utara, Sultan Suleiman menginvasi Austria dan Hongaria pada tahun 1527 dan mengepung Wina dua tahun kemudian. Tidak mungkin untuk mengambilnya - cuaca buruk dan penyakit massal mencegahnya.

Adapun hubungan dengan Rusia, untuk pertama kalinya kepentingan negara bentrok di Krimea.
Perang pertama terjadi pada tahun 1568 dan berakhir pada tahun 1570 dengan kemenangan Rusia. Kerajaan berperang satu sama lain selama 350 tahun (1568 - 1918) - rata-rata satu perang jatuh selama seperempat abad.
Selama waktu ini, ada 12 perang (termasuk Azov, kampanye Prut, front Krimea dan Kaukasia selama Perang Dunia Pertama). Dan dalam banyak kasus, kemenangan tetap ada di tangan Rusia.

Fajar dan matahari terbenam Janissari

Pada 1365, atas perintah pribadi Sultan Murad I, infanteri Janissari dibentuk.
Itu diselesaikan oleh orang-orang Kristen (Bulgaria, Yunani, Serbia, dan sebagainya) pada usia delapan hingga enam belas tahun. Jadi, devshirme bekerja - pajak darah - yang dikenakan pada orang-orang yang tidak percaya di kekaisaran. Sangat menarik bahwa pada awalnya kehidupan Janissari cukup sulit. Mereka tinggal di biara-barak, mereka dilarang memulai keluarga dan rumah tangga apa pun.
Namun lambat laun para Janissari dari cabang elit militer mulai berubah menjadi beban negara yang dibayar tinggi. Selain itu, pasukan ini semakin kecil kemungkinannya untuk mengambil bagian dalam permusuhan.

Awal pembusukan terjadi pada 1683, ketika, bersama dengan anak-anak Kristen, Muslim mulai diambil sebagai Janissari. Orang Turki yang kaya mengirim anak-anak mereka ke sana, dengan demikian memecahkan masalah masa depan mereka yang sukses - mereka dapat membuat karier yang baik.

Janissari Muslimlah yang mulai berkeluarga dan terlibat dalam kerajinan tangan, serta berdagang. Lambat laun, mereka berubah menjadi kekuatan politik yang serakah dan kurang ajar yang ikut campur dalam urusan negara dan ikut serta dalam penggulingan sultan yang tidak pantas.

Penderitaan berlanjut sampai tahun 1826, ketika Sultan Mahmud II menghapuskan Janissari.

Kematian Kesultanan Utsmaniyah

Masalah yang sering terjadi, ambisi yang meningkat, kekejaman, dan partisipasi terus-menerus dalam perang apa pun tidak dapat tidak memengaruhi nasib Kekaisaran Ottoman. Abad ke-20 ternyata menjadi sangat kritis, di mana Turki semakin terkoyak oleh kontradiksi internal dan suasana separatis penduduk. Karena itu, negara itu tertinggal di belakang Barat dalam hal teknis, sehingga mulai kehilangan wilayah yang pernah ditaklukkan.

Keputusan yang menentukan bagi kekaisaran adalah partisipasinya dalam Perang Dunia Pertama. Sekutu mengalahkan pasukan Turki dan melakukan pembagian wilayahnya. Pada 29 Oktober 1923, sebuah negara baru muncul - Republik Turki. Mustafa Kemal menjadi presiden pertamanya (kemudian, ia mengubah nama keluarganya menjadi Atatürk - "bapak orang Turki"). Maka berakhirlah sejarah Kekaisaran Ottoman yang dulu besar.

Kerajaan- ketika satu orang (raja) memiliki kekuasaan atas wilayah yang luas yang dihuni oleh banyak orang dari berbagai negara. Peringkat ini didasarkan pada pengaruh, umur panjang, dan kekuatan berbagai kerajaan. Daftar ini didasarkan pada asumsi bahwa sebuah kerajaan harus, sebagian besar waktu, diperintah oleh seorang kaisar atau raja, ini tidak termasuk kerajaan modern yang disebut Amerika Serikat dan Uni Soviet. Di bawah ini adalah peringkat sepuluh kerajaan terbesar di dunia.

Pada puncak kekuasaannya (XVI-XVII), Kesultanan Utsmaniyah terletak di tiga benua sekaligus, menguasai sebagian besar Eropa Tenggara, Asia Barat, dan Afrika Utara. Ini terdiri dari 29 provinsi dan banyak negara bawahan, beberapa di antaranya kemudian diserap ke dalam kekaisaran. Kekaisaran Ottoman telah menjadi pusat interaksi antara dunia Timur dan Barat selama enam abad. Pada tahun 1922, Kekaisaran Ottoman tidak ada lagi.

Kekhalifahan Umayyah adalah yang kedua dari empat kekhalifahan Islam (sistem pemerintahan) yang didirikan setelah kematian Muhammad. Kerajaan di bawah kekuasaan dinasti Umayyah mencakup lebih dari lima juta kilometer persegi, menjadikannya salah satu yang terbesar di dunia, serta kerajaan Arab-Muslim terbesar yang pernah didirikan dalam sejarah.

Kekaisaran Persia (Achaemenid)

Kekaisaran Persia pada dasarnya menyatukan seluruh Asia Tengah, yang terdiri dari banyak budaya, kerajaan, kerajaan, dan suku yang berbeda. Itu adalah kerajaan terbesar dalam sejarah kuno. Pada puncak kekuasaannya, kekaisaran mencakup sekitar 8 juta kilometer persegi.

Bizantium atau Kekaisaran Romawi Timur adalah bagian dari Kekaisaran Romawi selama Abad Pertengahan. Ibukota permanen dan pusat peradaban Kekaisaran Bizantium adalah Konstantinopel. Selama keberadaannya (lebih dari seribu tahun), kekaisaran tetap menjadi salah satu kekuatan ekonomi, budaya dan militer paling kuat di Eropa meskipun mengalami kemunduran dan kehilangan wilayah, terutama selama perang Romawi-Persia dan Bizantium-Arab. Kekaisaran menerima pukulan mematikan pada tahun 1204 pada Perang Salib Keempat.

Dinasti Han dianggap sebagai zaman keemasan dalam sejarah Tiongkok dalam hal kemajuan ilmiah, kemajuan teknologi, stabilitas ekonomi, budaya dan politik. Bahkan sampai hari ini, kebanyakan orang Cina menyebut diri mereka orang Han. Saat ini, orang-orang Han dianggap sebagai kelompok etnis terbesar di dunia. Dinasti memerintah Cina selama hampir 400 tahun.

Kerajaan Inggris mencakup lebih dari 13 juta kilometer persegi, yang merupakan sekitar seperempat dari daratan bumi planet kita. Populasi kekaisaran adalah sekitar 480 juta orang (sekitar seperempat dari umat manusia). Kerajaan Inggris sejauh ini merupakan salah satu kerajaan paling kuat yang pernah ada dalam sejarah manusia.

Pada Abad Pertengahan, Kekaisaran Romawi Suci dianggap sebagai "kekuatan super" pada masanya. Ini terdiri dari Prancis timur, seluruh Jerman, Italia utara, dan sebagian Polandia barat. Secara resmi dibubarkan pada 6 Agustus 1806, setelah itu muncul: Swiss, Belanda, Kekaisaran Austria, Belgia, Kekaisaran Prusia, Kerajaan Liechtenstein, Konfederasi Rhine dan Kekaisaran Prancis pertama.

Kekaisaran Rusia ada dari tahun 1721 hingga Revolusi Rusia pada tahun 1917. Dia adalah pewaris kerajaan Rusia, dan cikal bakal Uni Soviet. Kekaisaran Rusia adalah yang terbesar ketiga dari negara-negara yang pernah ada, kedua setelah kerajaan Inggris dan Mongolia.

Semuanya dimulai ketika Temujin (kemudian dikenal sebagai Jenghis Khan, dianggap sebagai salah satu penguasa paling brutal dalam sejarah) bersumpah di masa mudanya untuk membuat dunia bertekuk lutut. Kekaisaran Mongol adalah kekaisaran tetangga terbesar dalam sejarah manusia. Ibukota negara adalah kota Karakoram. Bangsa Mongol adalah prajurit yang tak kenal takut dan kejam, tetapi mereka memiliki sedikit pengalaman dalam mengelola wilayah yang begitu luas, yang menyebabkan Kekaisaran Mongol dengan cepat jatuh.

Roma kuno memberikan kontribusi besar bagi perkembangan hukum, seni, sastra, arsitektur, teknologi, agama, dan bahasa di dunia Barat. Faktanya, banyak sejarawan menganggap Kekaisaran Romawi sebagai "kekaisaran ideal" karena kuat, adil, berumur panjang, besar, terpelihara dengan baik, dan maju secara ekonomi. Perhitungan menunjukkan bahwa dari fondasinya hingga kejatuhannya, 2.214 tahun telah berlalu. Dari sini dapat disimpulkan bahwa Kekaisaran Romawi adalah kerajaan terbesar di dunia kuno.

Bagikan di sosial jaringan