Semua sultan Kekaisaran Ottoman dan tahun-tahun sejarah pemerintahan dibagi menjadi beberapa tahap: dari periode penciptaan hingga pembentukan republik. Periode waktu ini memiliki batas yang hampir tepat dalam sejarah Osman.
Pembentukan Kesultanan Utsmaniyah
Diyakini bahwa pendiri negara Ottoman tiba di Asia Kecil (Anatolia) dari Asia Tengah (Turkmenistan) pada 20-an abad XIII. Sultan Turki Seljuk, Keykubad II, memberi mereka tempat tinggal di dekat kota Ankara dan Segyut.
Kesultanan Seljuk pada tahun 1243 binasa di bawah pukulan Mongol. Sejak 1281, Osman berkuasa dalam kepemilikan yang dialokasikan untuk Turkmenistan (beylik), yang mengejar kebijakan untuk memperluas beyliknya: ia merebut kota-kota kecil, memproklamirkan gazzavat - perang suci melawan orang-orang kafir (Bizantium dan lainnya). Osman menaklukkan sebagian wilayah Anatolia Barat, pada 1326 mengambil kota Bursa dan menjadikannya ibu kota kekaisaran.
Pada 1324, Osman I Ghazi meninggal. Mereka menguburkannya di Bursa. Prasasti di kuburan itu menjadi doa yang dibacakan oleh para sultan Ottoman ketika mereka naik takhta.
Penerus dinasti Osmaniyah:
Memperluas batas-batas kekaisaran
Di pertengahan abad XV. periode ekspansi paling aktif dari Kekaisaran Ottoman dimulai. Pada saat itu, kekaisaran dipimpin oleh:
- Mehmed II Sang Penakluk - memerintah 1444 - 1446 dan pada tahun 1451 - 1481. Pada akhir Mei 1453 ia menangkap dan memecat Konstantinopel. Memindahkan ibu kota ke kota yang dijarah. Katedral Sophia diubah menjadi kuil utama umat Islam. Atas permintaan Sultan, kediaman para patriark Yunani dan Armenia Ortodoks, serta kepala rabi Yahudi, berlokasi di Istanbul. Di bawah Mehmed II, otonomi Serbia dihentikan, Bosnia disubordinasikan, Krimea dianeksasi. Kematian Sultan mencegah penaklukan Roma. Sultan sama sekali tidak menghargai nyawa manusia, tetapi ia menulis puisi dan menciptakan duvan puitis pertama.
- Bayazid II Saint (Darwis) - memerintah dari tahun 1481 hingga 1512. Praktis tidak melawan. Dia menghentikan tradisi kepemimpinan pribadi pasukan Sultan. Dia melindungi budaya, menulis puisi. Dia meninggal, menyerahkan kekuasaan kepada putranya.
- Selim I the Terrible (Tanpa ampun) - memerintah dari tahun 1512 hingga 1520. Dia memulai pemerintahannya dengan menghancurkan pesaing terdekat. Secara brutal menghancurkan pemberontakan Syiah. Direbut Kurdistan, sebelah barat Armenia, Suriah, Palestina, Arab dan Mesir. Seorang penyair yang puisinya kemudian diterbitkan oleh Kaisar Jerman Wilhelm II.
- Suleiman I Kanuni (Legislator) - memerintah dari tahun 1520 hingga 1566. Dia memperluas perbatasan ke Budapest, hulu Sungai Nil dan Selat Gibraltar, Tigris dan Efrat, Bagdad dan Georgia. Dia melakukan banyak reformasi pemerintahan. 20 tahun terakhir telah berlalu di bawah pengaruh selir, dan kemudian istri Roksolana. Yang paling produktif di antara para sultan dalam kreativitas puitis. Dia meninggal selama kampanye di Hongaria.
- Selim II si Pemabuk - memerintah dari tahun 1566 hingga 1574. Ada kecanduan alkohol. Penyair berbakat. Selama masa pemerintahan ini, konflik pertama Kekaisaran Ottoman dengan kerajaan Moskow dan kekalahan besar pertama di laut terjadi. Satu-satunya perluasan kekaisaran adalah penangkapan Fr. Siprus. Dia meninggal karena kepalanya terbentur lempengan batu di pemandian.
- Murad III - di atas takhta dari tahun 1574 hingga 1595 Seorang "kekasih" banyak selir dan pejabat korup yang praktis tidak mengelola kekaisaran. Di bawahnya, Tiflis ditangkap, pasukan kekaisaran mencapai Dagestan dan Azerbaijan.
- Mehmed III - memerintah dari tahun 1595 hingga 1603. Pemegang rekor untuk penghancuran pesaing takhta - atas perintahnya, 19 saudara laki-laki, wanita hamil dan putra mereka terbunuh.
- Ahmed I - memerintah dari 1603 hingga 1617. Dewan dicirikan oleh lompatan pejabat senior, yang sering diganti atas permintaan harem. Kekaisaran kehilangan Transcaucasia dan Baghdad.
- Mustafa I - memerintah dari tahun 1617 hingga 1618. dan dari 1622 hingga 1623. Dia dianggap sebagai orang suci untuk demensia dan tidur sambil berjalan. Dia menghabiskan 14 tahun di penjara.
- Osman II - memerintah dari tahun 1618 hingga 1622. Dia dinobatkan pada usia 14 oleh Janissari. Dia kejam secara patologis. Setelah kekalahan di dekat Khotyn dari Zaporizhzhya Cossack, ia dibunuh oleh Janissari karena mencoba melarikan diri dengan perbendaharaan.
- Murad IV - memerintah dari tahun 1622 hingga 1640 Dengan mengorbankan banyak darah, ia menertibkan korps Janissari, menghancurkan kediktatoran para wazir, dan membersihkan pengadilan dan aparatur negara dari pejabat korup. Dia mengembalikan Erivan dan Baghdad ke kekaisaran. Sebelum kematiannya, ia memerintahkan untuk membunuh saudaranya Ibrahim, yang terakhir dari Osmanid. Meninggal karena anggur dan demam.
- Ibrahim - memerintah dari tahun 1640 hingga 1648. Lemah dan berkemauan lemah, kejam dan boros, keranjingan belaian wanita. Digusur dan dicekik oleh Janissari dengan dukungan pendeta.
- Mehmed IV the Hunter - memerintah dari tahun 1648 hingga 1687. Diproklamirkan sebagai sultan pada usia 6 tahun. Pemerintahan negara yang sebenarnya dilakukan oleh para wazir agung, terutama pada tahun-tahun awal. Pada periode pertama pemerintahan, kekaisaran memperkuat kekuatan militernya, menaklukkan Fr. Kreta. Periode kedua tidak begitu berhasil - pertempuran Saint Gotthard hilang, Wina tidak diambil, Janissari memberontak dan Sultan digulingkan.
- Suleiman II - memerintah dari 1687 hingga 1691. Dia diangkat ke takhta oleh Janissari.
- Ahmed II - memerintah dari 1691 hingga 1695. Dia diangkat ke takhta oleh Janissari.
- Mustafa II - memerintah dari tahun 1695 hingga 1703. Dia diangkat ke takhta oleh Janissari. Pembagian pertama Kekaisaran Ottoman di bawah Perjanjian Karlowitz pada tahun 1699 dan Perjanjian Konstantinopel dengan Rusia pada tahun 1700
- Ahmed III - memerintah dari 1703 hingga 1730. Dia menyembunyikan Hetman Mazepa dan Charles XII setelah Pertempuran Poltava. Selama masa pemerintahannya, perang dengan Venesia dan Austria hilang, sebagian dari harta benda di Eropa Timur, serta Aljazair dan Tunisia, hilang.
Osman I Ghazi (1258-1326) memerintah dari tahun 1281, pendiri Kekaisaran Ottoman pada tahun 1299
Sultan Turki pertama, Osman I, pada usia 23 tahun, mewarisi wilayah yang luas di Frigia dari ayahnya, Pangeran Ertogrul. Dia menyatukan suku-suku Turki yang tersebar dengan Muslim yang melarikan diri dari Mongol, kemudian mereka semua dikenal sebagai Ottoman, dan menaklukkan sebagian besar negara Bizantium, mendapatkan akses ke Laut Hitam dan Marmara. Pada 1299 ia mendirikan sebuah kerajaan yang dinamai menurut namanya. Menangkap kota Bizantium Yenisehir pada tahun 1301, Osman menjadikannya ibu kota kerajaannya. Pada 1326, ia menyerbu kota Bursa, yang sudah di bawah putranya Orhan menjadi ibu kota kedua kekaisaran.
Wilayah di Asia Kecil, tempat Turki berada saat ini, pada zaman kuno disebut Anatolia dan merupakan tempat lahir banyak peradaban. Di antara mereka, salah satu yang paling berkembang adalah Kekaisaran Bizantium - negara Ortodoks Yunani-Romawi dengan ibu kotanya di Konstantinopel. Dibuat pada tahun 1299 oleh Sultan Osman, Kekaisaran Ottoman secara aktif memperluas perbatasannya dan merebut tanah tetangga. Lambat laun, banyak provinsi di Byzantium yang melemah berada di bawah kekuasaannya.
Alasan kemenangan Sultan Osman terutama terletak pada ideologinya, ia menyatakan perang terhadap orang-orang Kristen dan bermaksud untuk merebut tanah mereka dan memperkaya rakyatnya. Banyak Muslim berbondong-bondong di bawah panjinya, termasuk pengembara Turki dan pengrajin yang melarikan diri dari invasi Mongol, ada juga non-Muslim. Sultan menyambut semua orang. Dia pertama kali membentuk pasukan Janissari - infanteri Turki reguler masa depan, yang dibuat dari orang-orang Kristen, budak, dan tahanan, kemudian diisi kembali dengan anak-anak Kristen yang dibesarkan dalam tradisi Islam.
Otoritas Osman begitu tinggi sehingga puisi dan lagu mulai disusun untuk menghormatinya selama hidupnya. Banyak ilmuwan pada waktu itu - para darwis - menunjuk pada makna kenabian dari namanya, yang menurut beberapa sumber, berarti "memukul tulang", yaitu, seorang pejuang yang tidak mengenal penghalang dan menjatuhkan musuh, menurut yang lain - "burung pemakan bangkai", yang memakan bangkai orang yang terbunuh. Tetapi di barat, orang-orang Kristen memanggilnya bukan Osman, tetapi Ottoman (karenanya kata ottoman berasal - kursi Turki yang lembut tanpa sandaran), yang berarti "Turki Utsmaniyah."
Serangan luas Osman, pasukannya yang dipersenjatai dengan baik, mengarah pada fakta bahwa para petani Bizantium, yang tidak dilindungi oleh siapa pun, terpaksa melarikan diri, meninggalkan daerah pertanian mereka yang diolah dengan baik. Dan orang Turki mendapat padang rumput, kebun anggur, kebun buah. Tragedi Byzantium adalah ibu kotanya Konstantinopel pada tahun 1204 direbut oleh para ksatria-ksatria salib yang sedang melakukan Perang Salib Keempat. Kota yang dijarah sepenuhnya menjadi ibu kota Kekaisaran Latin, yang runtuh pada 1261. Pada saat yang sama, Bizantium diciptakan kembali, tetapi sudah melemah dan tidak mampu menahan invasi eksternal.
Bizantium memusatkan upaya mereka untuk menciptakan armada, mereka ingin menghentikan orang-orang Turki di laut, untuk mencegah mereka maju jauh ke daratan. Tapi tidak ada yang bisa menghentikan Osman. Pada tahun 1301, pasukannya membuat kekalahan telak terhadap pasukan gabungan Bizantium di dekat Nicea (sekarang kota Iznik di Turki). Pada 1304, Sultan merebut kota Efesus di Laut Aegea - pusat Kekristenan awal, di mana, menurut legenda, Rasul Paulus tinggal, Yohanes menulis Injil. Turki berusaha ke Konstantinopel, ke Bosporus.
Penaklukan terakhir Osman adalah kota Bizantium Bursa. Kemenangan ini sangat penting - itu membuka jalan ke Konstantinopel. Sultan, yang sedang sekarat, memerintahkan rakyatnya untuk mengubah Bursa menjadi ibu kota Kekaisaran Ottoman. Osman tidak hidup untuk melihat jatuhnya Konstantinopel. Tetapi sultan-sultan lain melanjutkan pekerjaannya dan menciptakan Kekaisaran Ottoman yang agung, yang berlangsung hingga tahun 1922.
Orang Turki adalah orang yang relatif muda. Usianya baru 600 tahun. Orang Turki pertama adalah sekelompok orang Turkmenistan, buronan dari Asia Tengah, yang melarikan diri dari bangsa Mongol ke barat. Mereka mencapai Kesultanan Konya dan meminta tanah untuk pemukiman. Mereka diberi tempat di perbatasan dengan Kekaisaran Nicea dekat Bursa. Para buronan mulai menetap di sana pada pertengahan abad ke-13.
Yang utama di antara buronan Turkmenistan adalah Ertogrul-bey. Dia menyebut wilayah yang diberikan kepadanya sebagai beylik Ottoman. Dan dengan mempertimbangkan fakta bahwa Sultan Konya kehilangan semua kekuasaan, ia menjadi penguasa independen. Ertogrul meninggal pada tahun 1281 dan kekuasaan diberikan kepada putranya Osman I Ghazi. Dialah yang dianggap sebagai pendiri dinasti sultan Ottoman dan penguasa pertama Kekaisaran Ottoman. Kekaisaran Ottoman ada dari tahun 1299 hingga 1922 dan memainkan peran penting dalam sejarah dunia.
Sultan Utsmaniyah dengan para pejuangnya
Faktor penting yang berkontribusi pada pembentukan negara Turki yang kuat adalah fakta bahwa orang-orang Mongol, setelah mencapai Antiokhia, tidak melangkah lebih jauh, karena mereka menganggap Bizantium sebagai sekutu mereka. Oleh karena itu, mereka tidak menyentuh tanah di mana beylik Ottoman berada, percaya bahwa itu akan segera menjadi bagian dari Kekaisaran Bizantium.
Dan Osman Gazi, seperti tentara salib, menyatakan perang suci, tetapi hanya untuk keyakinan Muslim. Ia mulai mengajak semua orang untuk ambil bagian di dalamnya. Dan para pencari keberuntungan mulai berduyun-duyun ke Osman dari seluruh Muslim Timur. Mereka siap untuk memperjuangkan agama Islam sampai pedang mereka menjadi tumpul dan sampai mereka mendapatkan cukup kekayaan dan istri. Dan di timur itu dianggap pencapaian yang sangat besar.
Dengan demikian, pasukan Ottoman mulai diisi kembali dengan orang-orang Sirkasia, Kurdi, Arab, Seljuk, Turkmenistan. Artinya, siapa pun bisa datang, mengucapkan rumusan Islam dan menjadi orang Turki. Dan di tanah yang diduduki, orang-orang seperti itu mulai mengalokasikan sebidang tanah kecil untuk pertanian. Situs semacam itu disebut "timar". Dia mewakili sebuah rumah dengan taman.
Pemilik timar menjadi penunggang (spagi). Adalah tugasnya untuk muncul pada panggilan pertama kepada Sultan dengan baju besi lengkap dan di atas kudanya sendiri untuk melayani di kavaleri. Patut dicatat bahwa spagi tidak membayar pajak dalam bentuk uang, karena mereka membayar pajak dengan darah mereka.
Dengan organisasi internal seperti itu, wilayah negara Ottoman mulai berkembang pesat. Pada 1324, putra Osman, Orhan I, merebut kota Bursa dan menjadikannya ibu kotanya. Dari Bursa ke Konstantinopel, sepelemparan batu, dan Bizantium kehilangan kendali atas wilayah utara dan barat Anatolia. Dan pada 1352, Turki Ottoman melintasi Dardanella dan berakhir di Eropa. Setelah ini, penangkapan Thrace secara bertahap dan mantap dimulai.
Di Eropa, tidak mungkin bertahan dengan satu kavaleri, jadi ada kebutuhan mendesak akan infanteri. Dan kemudian Turki menciptakan pasukan yang sama sekali baru, terdiri dari infanteri, yang mereka sebut Janissari(yang - baru, charik - tentara: ternyata Janissari).
Para penakluk mengambil paksa anak laki-laki bangsa Kristen berusia 7 sampai 14 tahun dan masuk Islam. Anak-anak ini diberi makan dengan baik, diajarkan hukum-hukum Allah, urusan militer dan dijadikan prajurit (Janisari). Prajurit ini ternyata adalah prajurit kaki terbaik di seluruh Eropa. Baik kavaleri ksatria, maupun Qizilbash Persia tidak dapat menembus barisan Janissari.
Janissari - infanteri tentara Ottoman
Dan rahasia tak terkalahkan infanteri Turki adalah dalam semangat persahabatan. Janissari dari hari-hari pertama hidup bersama, makan bubur lezat dari kuali yang sama, dan, terlepas dari kenyataan bahwa mereka berasal dari negara yang berbeda, mereka adalah orang-orang dengan nasib yang sama. Ketika mereka dewasa, mereka menikah, memulai keluarga, tetapi terus tinggal di barak. Hanya selama liburan mereka mengunjungi istri dan anak-anak mereka. Itulah sebabnya mereka tidak mengenal kekalahan dan mewakili kekuatan Sultan yang setia dan dapat diandalkan.
Namun, setelah mencapai Laut Mediterania, Kekaisaran Ottoman tidak dapat membatasi diri pada Janissari saja. Karena ada air, kapal dibutuhkan, dan kebutuhan akan angkatan laut muncul. Turki mulai merekrut bajak laut, petualang dan gelandangan dari seluruh Mediterania untuk armada. Orang Italia, Yunani, Berber, Denmark, Norwegia pergi untuk melayani mereka. Masyarakat ini tidak memiliki iman, tidak ada kehormatan, tidak ada hukum, tidak ada hati nurani. Oleh karena itu, mereka rela masuk Islam, karena mereka tidak memiliki iman sama sekali, dan tidak peduli siapa mereka, Kristen atau Muslim.
Dari kerumunan beraneka ragam ini, armada terbentuk yang lebih mirip bajak laut daripada militer. Dia mulai mengamuk di Mediterania, sedemikian rupa sehingga dia membuat takut kapal-kapal Spanyol, Prancis, dan Italia. Navigasi yang sama di Mediterania mulai dianggap sebagai bisnis yang berbahaya. Skuadron corsair Turki berbasis di Tunisia, Aljazair dan tanah Muslim lainnya yang memiliki akses ke laut.
Angkatan Laut Utsmaniyah
Jadi, dari orang dan suku yang sama sekali berbeda, orang-orang seperti Turki terbentuk. Dan mata rantai penghubungnya adalah Islam dan satu takdir militer. Selama kampanye yang sukses, tentara Turki menangkap tawanan, menjadikan mereka istri dan selir mereka, dan anak-anak dari wanita dari berbagai negara menjadi orang Turki yang lahir di wilayah Kekaisaran Ottoman.
Sebuah kerajaan kecil yang muncul di wilayah Asia Kecil pada pertengahan abad XIII, dengan sangat cepat berubah menjadi kekuatan Mediterania yang kuat, yang disebut Kekaisaran Ottoman setelah penguasa pertama Osman I Gazi. Orang Turki Utsmani juga menyebut negara mereka Pelabuhan Tinggi, dan mereka menyebut diri mereka bukan orang Turki, tetapi Muslim. Adapun orang Turki asli, mereka dianggap sebagai penduduk Turkmenistan yang tinggal di wilayah pedalaman Asia Kecil. Utsmaniyah menaklukkan orang-orang ini pada abad ke-15 setelah penaklukan Konstantinopel pada 29 Mei 1453.
Negara-negara Eropa tidak bisa melawan Turki Utsmani. Sultan Mehmed II merebut Konstantinopel dan menjadikannya ibu kotanya - Istanbul. Pada abad ke-16, Kekaisaran Ottoman secara signifikan memperluas wilayahnya, dan dengan penangkapan Mesir, armada Turki mulai mendominasi Laut Merah. Pada paruh kedua abad ke-16, populasi negara mencapai 15 juta orang, dan Kekaisaran Turki sendiri mulai dibandingkan dengan Kekaisaran Romawi.
Tetapi pada akhir abad ke-17, Turki Ottoman mengalami serangkaian kekalahan besar di Eropa.. Kekaisaran Rusia memainkan peran penting dalam melemahkan Turki. Dia selalu mengalahkan keturunan Osman I yang suka berperang. Dia mengambil Krimea dan pantai Laut Hitam dari mereka, dan semua kemenangan ini menjadi pertanda kemunduran negara, yang pada abad ke-16 bersinar dalam sinar kekuatannya.
Tetapi Kekaisaran Ottoman dilemahkan tidak hanya oleh perang tanpa akhir, tetapi juga oleh pertanian yang buruk. Para pejabat memeras semua jus dari para petani, dan karena itu mereka menjalankan ekonomi dengan cara yang ganas. Hal ini menyebabkan munculnya sejumlah besar lahan limbah. Dan ini di "bulan sabit subur", yang pada zaman kuno memberi makan hampir seluruh Mediterania.
Kekaisaran Ottoman di peta, abad XIV-XVII
Semuanya berakhir dengan bencana di abad ke-19, ketika kas negara kosong. Orang-orang Turki mulai meminjam pinjaman dari kapitalis Prancis. Tetapi segera menjadi jelas bahwa mereka tidak dapat membayar hutang mereka, karena setelah kemenangan Rumyantsev, Suvorov, Kutuzov, Dibich, ekonomi Turki benar-benar dirusak. Prancis kemudian membawa angkatan laut ke Laut Aegea dan menuntut bea cukai di semua pelabuhan, menambang sebagai konsesi, dan hak untuk memungut pajak sampai utang dilunasi.
Setelah itu, Kekaisaran Ottoman disebut "orang sakit Eropa." Dia mulai dengan cepat kehilangan tanah yang ditaklukkan dan berubah menjadi semi-koloni kekuatan Eropa. Sultan otokratis terakhir dari kekaisaran, Abdul-Hamid II, mencoba menyelamatkan situasi. Namun, di bawahnya krisis politik semakin memburuk. Pada tahun 1908, Sultan digulingkan dan dipenjarakan oleh Turki Muda (sebuah gerakan politik persuasi republik pro-Barat).
Pada tanggal 27 April 1909, Turki Muda menobatkan raja konstitusional Mehmed V, yang merupakan saudara dari sultan yang digulingkan. Setelah itu, Turki Muda memasuki Perang Dunia Pertama di pihak Jerman dan dikalahkan dan dihancurkan. Tidak ada yang baik dalam pemerintahan mereka. Mereka menjanjikan kebebasan, tetapi berakhir dengan pembantaian mengerikan terhadap orang-orang Armenia, dengan mengatakan bahwa mereka menentang rezim baru. Dan mereka benar-benar menentangnya, karena tidak ada yang berubah di negara ini. Semuanya tetap sama seperti sebelumnya 500 tahun di bawah kekuasaan sultan.
Setelah kekalahan dalam Perang Dunia Pertama, Kekaisaran Turki mulai menderita. Pasukan Anglo-Prancis menduduki Konstantinopel, orang-orang Yunani merebut Smirna dan pindah ke pedalaman. Mehmed V meninggal pada 3 Juli 1918 karena serangan jantung. Dan pada 30 Oktober tahun yang sama, gencatan senjata Mudros, yang memalukan bagi Turki, ditandatangani. Turki Muda melarikan diri ke luar negeri, meninggalkan sultan Ottoman terakhir, Mehmed VI, yang berkuasa. Dia menjadi boneka di tangan Entente.
Tapi kemudian hal yang tak terduga terjadi. Pada tahun 1919, sebuah gerakan pembebasan nasional lahir di provinsi-provinsi pegunungan yang jauh. Itu dipimpin oleh Mustafa Kemal Ataturk. Dia memimpin rakyat jelata. Dia dengan sangat cepat mengusir penjajah Anglo-Prancis dan Yunani dari tanahnya dan memulihkan Turki di dalam perbatasan yang ada saat ini. Pada 1 November 1922, Kesultanan dihapuskan. Dengan demikian, Kekaisaran Ottoman tidak ada lagi. Pada 17 November, sultan Turki terakhir, Mehmed VI, meninggalkan negara itu dan pergi ke Malta. Dia meninggal pada tahun 1926 di Italia.
Dan di negara itu pada 29 Oktober 1923, Majelis Nasional Agung Turki mengumumkan pembentukan Republik Turki. Itu ada sampai hari ini, dan ibukotanya adalah kota Ankara. Adapun orang Turki sendiri, mereka telah hidup cukup bahagia selama beberapa dekade terakhir. Di pagi hari mereka bernyanyi, di malam hari mereka menari, dan di sela-sela mereka berdoa. Semoga Allah melindungi mereka!
Kementerian Dalam Negeri Ukraina
Universitas Negeri Dalam Negeri
Uji
pada kursus "Sejarah negara dan hukum negara asing"
pada topik
"Hukum Kekaisaran Ottoman"
Lengkap:
Shevtsov I.P.
Diperiksa oleh: Assoc. Dll.
Rencana
1. Struktur negara Kesultanan Utsmaniyah.
2. Syariah.
3. Nama-nama malam Sultan.
4. "Majallat al-Ahkam al-Adliyya" (Kode Hukum, 1869-1876).
5. Kesimpulan.
Makalah ini membahas prinsip-prinsip dasar dan evolusi sistem hukum salah satu negara terbesar Abad Pertengahan - Kekaisaran Ottoman. Tugas penelitian ini adalah menggunakan monumen hukum yang dilestarikan atau direkonstruksi dari negara ini, serta sumber-sumber yang mencerminkan penelitian modern di bidang ini. Penting untuk dicatat baik kepentingan umum peran Kekaisaran Ottoman di antara negara-negara lain di Timur Abad Pertengahan, dan pengaruhnya terhadap tanah Ukraina yang terletak di sekitarnya. Harus ditekankan beberapa faktor yang memberikan relevansi tambahan dengan masalah yang diteliti di zaman kita. Mungkin salah satu fitur terpenting dari situasi geopolitik di dunia adalah apa yang disebut konflik Timur-Barat: konflik antara budaya Barat dan Timur, nilai-nilai Barat dan Timur. Pada musim gugur tahun 2005 di Perancis (pogrom para imigran dari negara-negara Muslim) salah satu profil konflik muncul, dan peristiwa seputar penerbitan kartun Nabi Muhammad pada awal tahun 2006 adalah konfirmasi baru dari hubungan tegang, babak panjang konfrontasi antar peradaban. Salah satu masalah sentral masyarakat dunia modern adalah terorisme. Apalagi ia sangat sering dikaitkan dengan gerakan Islam radikal. Dalam hal ini, penting untuk dicatat hubungan antara manifestasi Islam terorisme dan jihad, yang mencakup "perang suci melawan orang-orang kafir" (jihad pedang atau jihad kecil (ghazawat) - perlawanan bersenjata terhadap musuh-musuh Islam) . Teori inilah, mungkin secara formal, yang membentuk dasar organisasi Islam radikal modern, seperti Al-Qaeda, yang mengakibatkan salah satu serangan teroris paling terkenal dalam sejarah dunia - 11 September di New York. Beberapa aturan jihad yang dilegitimasi berasal dari Al-Qur'an atau dari hadits - informasi tentang perbuatan, persetujuan atau ucapan nabi Muhammad. Dan hadits, pada gilirannya, adalah sumber Syariah - hukum Islam. Perhatian khusus harus diberikan pada evolusi yang terjadi dalam sistem hukum penerus Kekaisaran Ottoman. Republik Turki praktis satu-satunya negara di mana pengaruh hukum Islam yang sebelumnya dominan tidak dipertahankan. Sistem hukum baru dibangun di atas model Eropa, misalnya, hukum perdata Turki, berdasarkan Swedia, memberikan hak-hak sipil kepada perempuan dan melarang poligami. Konstitusi Turki tahun 1982 mendeklarasikan republik ini sebagai negara demokratis, sekuler dan sosial-hukum.
Secara terpisah, harus dikatakan tentang sumber yang digunakan dalam karya ini. Untuk memperoleh informasi umum tentang sejarah Kekaisaran Ottoman dan hukum Islam, buku teks untuk fakultas hukum dan sejarah terutama digunakan. Nama mereka dicantumkan dalam daftar pustaka di akhir karya. Secara khusus, ini adalah buku teks Skakun O.F. "Teori Negara dan Hukum" dan buku oleh Vasiliev L.S. "Sejarah Timur". Juga, terjemahan ke dalam bahasa Rusia digunakan, secara langsung, dari monumen hukum individu, seperti, misalnya, "Kitab Hukum Sultan Selim I" (diterjemahkan oleh Tveritinova A.S., 1969). Perlu dikatakan tentang ciri khas monumen hukum abad pertengahan Kekaisaran Ottoman. Karya-karya paling serius yang berisi analisis data tentang topik ini adalah milik seorang spesialis Turki terkemuka, profesor Universitas Istanbul Omer Lutfi Barkan. O.L. Barkan mencatat bahwa kesulitan besar untuk studi komprehensif undang-undang Turki pada Abad Pertengahan disebabkan oleh tidak adanya arsip teks resmi Turki, bahkan kode legislatif yang diketahui sejarawan dari berbagai publikasi. Jelas, konsekuensi dari ini adalah kurangnya informasi yang luas dalam literatur tentang sejarah umum negara dan hukum. Dan sebagai kesimpulan, penulis karya ini menganalisis sejumlah artikel kontemporer di media yang dikhususkan untuk hukum dan budaya Muslim, termasuk yang asing (berbahasa Inggris).
Negara Kesultanan Utsmaniyah (Kekaisaran Utsmaniyah) yang tinggi muncul sebagai akibat dari penaklukan Anatolia (Asia Kecil) pada abad ke-11. orang-orang Turki Seljuk, yang menguasai tanah-tanah yang sebelumnya milik Bizantium dan mengasimilasinya, terutama penduduk Yunani. Ahli waris penakluk Turki pertama menjadi Kekaisaran Ottoman, yang menyelesaikan penaklukan Bizantium dengan penangkapan Konstantinopel pada tahun 1453. Pada puncak kekuasaannya, pada masa pemerintahan Suleiman the Magnificent (1520-1555), kekaisaran membentang dari Wina ke Teluk Persia, dari Krimea ke Maroko. Periode Kekaisaran Ottoman berakhir setelah berakhirnya Perang Dunia Pertama, ketika pecah menjadi banyak negara merdeka, dan tanah Turki menjadi bagian dari Republik Turki modern.
Kekaisaran Ottoman selama 6 abad mengembangkan struktur negara yang agak kompleks. Selama pemerintahan Osman (1288 - 1326), sebuah negara militer yang kuat dibentuk, absolutis, pada kenyataannya, meskipun para jenderal, kepada siapa sultan memberikan wilayah yang berbeda untuk dikendalikan, sering kali menjadi independen dan dengan enggan mengakui otoritas tertinggi negara. sultan. Periode ini ditandai dengan penciptaan sistem administrasi negara Ottoman, yang hampir tidak berubah selama empat abad. Sebagian besar karena alasan praktis (perdagangan, pajak), negara Ottoman relatif toleran terhadap non-Muslim, khususnya, konversi paksa ke Islam tidak dilakukan. Konsep "millet" diperkenalkan, di mana agama dan etnis minoritas diberi kesempatan untuk mandiri dari pemerintah pusat dalam menyelesaikan masalah mereka. Millet adalah interpretasi aturan Muslim untuk perlakuan minoritas non-Muslim (dhimmi). Pemimpin setiap millet adalah seorang etnark, paling sering hierarki agama, seperti Patriark Konstantinopel, yang melapor langsung kepada Sultan Ottoman. Millet memiliki kekuatan nyata—mereka membuat undang-undang mereka sendiri dan mengumpulkan serta mendistribusikan pajak. Ketika seorang anggota millet melakukan kejahatan terhadap anggota lainnya, hukum korban diterapkan, tetapi jika kasus tersebut melibatkan anggota komunitas Muslim, maka hukum Islam utama, Syariah, digunakan. Negara-negara tetangga yang berada di bawah kekuasaan Kesultanan Utsmaniyah dipaksa membayar pajak kepada Sultan, serta menyediakan formasi mereka jika terjadi kampanye militer Utsmaniyah. Banyak negara bawahan akhirnya diubah menjadi provinsi kekaisaran itu sendiri. Namun, ada yang tidak menjadi provinsi, seperti Khanate Krimea, yang kemudian menjadi bagian dari Kekaisaran Rusia.
Di Kesultanan Utsmaniyah, tidak ada aturan tegas untuk pemindahan kekuasaan Sultan dengan hak kesulungan (dari ayah ke putra tertua) atau dengan senioritas (kakak laki-laki). Meskipun mahkota sering diberikan kepada putra sultan, sistem suksesi sering berubah dan tidak stabil. Aparatur negara, seperti seluruh sistem administrasi, seluruh struktur internal kekaisaran, sangat dekat dengan standar klasik, yang sesuai dengan skema umum struktur komando dan administrasi Timur tradisional, termasuk lembaga kekuasaan - properti. dan redistribusi terpusat (redistribusi). Semua tanah kekaisaran dianggap tanah negara, dan aparatus kekuasaan membuangnya atas nama Sultan. Di wilayah-wilayah taklukan, bentuk-bentuk kepemilikan tanah sebagian berubah sesuai dengan standar Utsmaniyah, sebagian tetap sama, tetapi pada saat yang sama masih disesuaikan dengan perintah yang dianut di kekaisaran. Meskipun sultan adalah raja tertinggi, ia memiliki banyak penasihat dan menteri. Yang paling berkuasa di antara mereka adalah para wazir dan Diwan (pada dasarnya pemerintah), yang berada di bawah Wazir Agung. Sofa adalah dewan di mana para wazir membahas kebijakan kekaisaran. Tugas Wazir Agung adalah memberi tahu Sultan tentang pendapat Divan. Sofa terdiri dari 3 wazir pada abad ke-14 hingga 11 pada abad ke-17. Kegiatan pemerintah diatur oleh kode hukum nama Kanun yang diadopsi di bawah Mehmed II (1444-1481), serta hukum Islam, Syariah. Secara organisasi, aparatur pusat kekuasaan terdiri dari tiga sistem utama - administrasi militer, keuangan dan yudikatif-religius. Masing-masing dipresentasikan baik di tengah maupun di lapangan. Sistem administrasi militer, yang dipimpin oleh Wazir Agung sendiri, adalah tulang punggung seluruh struktur kekaisaran. Negara ke abad XVI. dibagi menjadi 16 besar wilayah-eyalet, dipimpin oleh gubernur-beylerbeys, bawahan Wazir Agung dan bertanggung jawab atas keadaan di wilayah mereka - terutama untuk kemampuan tempur unit-unit yang wilayah ini atau itu harus selalu siap untuk ditempatkan maju. Keluarga Beylerbey, pada gilirannya, berada di bawah gubernur sanjakbey uyezd (ada sekitar 250 sanjak uyezd di negara ini), yang secara administratif bertanggung jawab atas uyezd mereka. Di kabupaten, kekuatan sanjakbey sangat kuat, meskipun secara formal diatur oleh nama Kanun kabupaten, yang seiring waktu dibuat untuk setiap sanjak. Dan, akhirnya, pada tingkat kekuasaan yang paling rendah, seluruh sistem administrasi militer mengandalkan timariot, tunduk pada sanjakbey dan bertanggung jawab kepada mereka baik untuk kemampuan tempur dan peralatan prajurit sipahi yang dikirim dari tanah timar mereka, dan untuk mereka. memelihara ketertiban administrasi di antara penduduk setempat.
Fungsi departemen keuangan, dipimpin oleh wazir-defterdar dan diwakili di tingkat regional dan distrik oleh pejabat khusus dengan juru tulis di bawah mereka, termasuk menyimpan catatan yang ketat tentang sumber daya dan pendapatan perbendaharaan, menentukan jumlah pajak dan pajak, dan berbagai bea. Rupanya, para pejabat departemen inilah yang harus mengontrol secara ketat jumlah pajak dari setiap timar, termasuk bagian yang masuk ke timar, dan yang tidak berhak dilampauinya. Sistem pajak di kekaisaran cukup kompleks, terutama mengingat beberapa provinsi terpencil yang berada dalam posisi semi-otonom memiliki jenis pajak tradisionalnya sendiri. Namun, secara keseluruhan, sistem itu koheren dan wajib secara kaku. Itu dibagi menjadi dua bagian utama - pajak hukum (yaitu, yang sesuai dengan Syariah - persepuluhan-ushr dari Muslim, kharaj dan pajak jiziya dari non-Muslim, zakat dari orang kaya dan tugas yang lebih berat dari non-Muslim, terutama dari warga negara kaya, dll.) dll.) dan biaya tambahan, yang mencakup berbagai pajak lokal dan darurat, bea, pajak. Ulama, baik yang menjabat (hakim-kadi, dll.) maupun yang tidak menjabat (ulama), dibebaskan dari pajak, kecuali untuk prajurit.
Sistem peradilan-keagamaan, dalam kerangka struktur administrasi-politik umum kekaisaran, berfungsi untuk mengatur cara hidup dan perilaku penduduk. Dipimpin di tingkat pemerintah pusat oleh syekhul Islam dan diwakili di tingkat kegubernuran oleh beberapa (awalnya hanya dua) penanya qadi, sistem ini ditutup di tingkat kabupaten oleh para hakim qadi Muslim dan asisten mereka. Hakim Qadi adalah, pertama-tama, hakim yang memutuskan atas nama Islam dan atas nama penguasa semua kasus pengadilan tentang Muslim. Tapi ini hanya sebagian dari fungsi mereka, meskipun yang utama, paling penting. Selain itu, qadi bertindak sebagai notaris yang mencatat dokumen dan transaksi, serta mediator yang menyelesaikan perselisihan perdagangan, keuangan, dan lainnya, pengontrol yang memantau pengaturan pendapatan dan tata cara pemungutan pajak, penetapan harga, tata cara, dan sifat umum. bekerja, dll. Singkatnya, dalam kondisi perpaduan politik dan agama yang khas untuk struktur Islam, qadi yang berada di layanan administrasi adalah para pengakuan dan pejabat. Sejauh menyangkut strata populasi non-Muslim lainnya, fungsi serupa dipercayakan kepada para pemimpin komunitas millet agama masing-masing - Ortodoks Yunani, Gregorian Armenia, Yahudi, yang menerima kekuasaan luas untuk ini.
Oleh karena itu, perlu diperhatikan prinsip-prinsip dasar yang menjadi dasar konsep negara Utsmaniyah. Penting untuk ditonjolkan komponen agama, yang merupakan landasan integral, landasan bernegara. Dari sini mengikuti akar dari seluruh sistem hukum Kekaisaran Ottoman - Syariah. Ciri selanjutnya adalah lemahnya sentralisasi kekuasaan negara. Indikasi dalam hal ini adalah adanya millet - otonomi etnis-agama yang menjalankan pemerintahan sendiri yang cukup independen dari kekuasaan sultan.
Topik berikutnya yang akan dipertimbangkan adalah prinsip-prinsip dasar dan ruang lingkup Syariah. Syariah (- cara yang tepat (benar), cara bertindak) - seperangkat - dan, yang mencakup semua aspek kehidupan, dinyatakan "abadi dan tidak berubah". Sistem hukum ini, yang pada akhirnya memperoleh signifikansi dunia, muncul dan terbentuk dalam kerangka Khilafah Arab. Proses perkembangannya erat kaitannya dengan evolusi kenegaraan Arab dari komunitas patriarki-religius kecil pada awal abad ke-7. (di bawah Nabi Muhammad) ke salah satu kerajaan terbesar abad ke-8-10. di bawah Dinasti Umayyah dan Abbasiyah. Setelah jatuhnya kekhalifahan Arab, hukum Islam menjadi efektif di sejumlah negara abad pertengahan di Asia dan Afrika yang mengadopsi Islam sampai tingkat tertentu (termasuk Kekaisaran Ottoman).
Menurut tradisi Islam, sumber utama syariah adalah Alquran dan Sunnah, dan semua sumber lain tidak boleh bertentangan dengannya. Di bawah ini adalah daftar sumber dasar Syariah:
Sebagai sumber hukum tambahan, Syariah juga mengizinkan adat istiadat setempat yang tidak secara langsung dimasukkan dalam hukum Islam itu sendiri selama pembentukannya, tetapi tidak secara langsung bertentangan dengan prinsip dan normanya. Pada saat yang sama, kebiasaan hukum yang telah berkembang dalam masyarakat Arab itu sendiri (urf), serta di antara banyak bangsa yang ditaklukkan sebagai akibat dari penaklukan Arab atau kemudian tunduk pada pengaruh hukum Islam (adat), diakui.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa Syariah adalah inti dari sistem agama dan hukum Islam di sebagian besar negara Muslim. Sistem ini menyebar ke wilayah semua negara di bawah pengaruh Kekhalifahan Arab, khususnya Kekaisaran Ottoman. Dan kini, meski sebenarnya bukan undang-undang yang efektif, namun tetap berdampak pada kehidupan sosial pewaris Kerajaan Ottoman – Turki.
Sumber hukum yang berasal dari Syariah adalah ketetapan dan perintah para khalifah - firman. Selanjutnya, dengan berkembangnya aktivitas legislasi, hukum – bahkan – mulai dipertimbangkan dan semakin meningkat perannya sebagai sumber hukum. Firman dan kanun tidak seharusnya bertentangan dengan prinsip-prinsip Syariah dan melengkapinya, pertama-tama, dengan norma-norma yang mengatur kegiatan badan-badan negara dan mengatur hubungan administratif dan hukum kekuasaan negara dengan penduduk. Sistem hukum, yang dibangun di atas hukum malam, menyelesaikan masalah yang tidak secara langsung tercermin dalam hukum Syariah, dan, pada kenyataannya, adalah undang-undang sekuler Sultan. Pada paruh pertama abad XV. juga termasuk upaya pertama untuk mengkodifikasi hukum feodal Utsmaniyah dalam bentuk set ketentuan legislatif (nama qanun) untuk masing-masing provinsi negara. Mereka merangkum ketentuan-ketentuan tentang administrasi, keuangan dan pidana, menetapkan prinsip-prinsip perpajakan dari berbagai kelompok penduduk kena pajak, mengatur masalah hubungan tanah, dengan mempertimbangkan praktek yang telah berkembang di daerah-daerah pada saat mereka dimasukkan dalam negara Utsmaniyah. Dari sudut pandang hukum Islam, kode tersebut merupakan inovasi yang mengurangi peran Syariah. Ketentuan hukum yang membentuk mereka didasarkan terutama pada norma-norma hukum adat dan peraturan yang berlaku sebelum penaklukan Ottoman, dan karena itu kadang-kadang secara signifikan menyimpang dari dogma Syariah, yang biasanya dipandu oleh hakim Muslim - qadi. Kemudian, pada masa pemerintahan Sultan Mehmed II Fatih (1451-1481), atas dasar mereka disusun nama-nama kanun umum (Fatih Kanunnamesi), yang menjadi pedoman wajib untuk menyelesaikan urusan negara dan dalam praktik pengadilan Syariah. Teks-teks dekrit penguasa Ottoman pertama belum sampai kepada kita. Hanya diketahui dari tulisan-tulisan penulis sejarah dan catatan para ahli hukum kemudian bahwa Osman menetapkan aturan untuk mengumpulkan tugas-tugas pasar dan mengumumkan undang-undang tentang prosedur untuk mendistribusikan harta timar, dan di bawah Orkhan, pada tahun 1328, diputuskan untuk mencetak miliknya sendiri. koin (akche), untuk memperkenalkan pakaian khusus (khususnya, topi putih) untuk tawanan militer (sipahis; orang-orang yang bergantung pada bawahan), "agar Anda dapat melihat perbedaan antara mereka dan rakyat jelata (rayat)", tentang penciptaan tentara infanteri tidak teratur dari yay dan mucellem, tetap digaji di masa perang dan tersebar melalui desa-desa untuk terlibat dalam pertanian pada akhir perang. Sultan Murad I, atas saran Beylerbey Rumelia Timurtash Pasha, mengklarifikasi prosedur suksesi Timar dan pelaksanaan kewajiban militer oleh pemiliknya, dan juga menetapkan undang-undang tentang pengurangan yang mendukung perbendaharaan 1/5 dari nilai rampasan yang dikirim oleh penakluk Turki dari kampanye, termasuk tahanan , setelah menentukan harga setiap budak tawanan di 25 Akçe. Di bawah Sultan Bayezid I, ada biaya yang ditetapkan bagi qadi untuk menulis kesaksian, petisi dan dokumen serupa, serta untuk melakukan berbagai tugas peradilan. Dekrit yang terdaftar dan banyak dekrit lainnya dari sultan Ottoman pertama, tampaknya, tetap dalam keadaan terpencar-pencar, tidak sistematis, setidaknya sampai paruh kedua abad ke-15. Kodifikasi pertama mereka mengacu pada periode Sultan Mehmed II Fatih, yang dapat kita nilai dari teks dua undang-undang (nama qanun) saat ini yang turun kepada kita. Salah satunya berisi tiga bagian: 1) daftar peringkat, 2) dasar-dasar upacara pengadilan dan aturan untuk mengangkat pejabat dan anak-anak mereka ke jabatan publik, 3) beberapa pasal tentang hukuman untuk tindak pidana, menentukan pemeliharaan pejabat dan judul mereka.
Setelah Mehmed II Fatih, Sultan Bayezid II (1418-1512) menjadi penerbit nama kanun tersebut. Dalam kumpulan undang-undang ini, aturan untuk biaya agama dan pajak dari Timar diperluas. Sultan Suleiman yang Agung (1494-1556), juga disebut Kanuni (Legislator), menetapkan sistem aturan nama kanun yang lebih kompleks: dari hak dan tanggung jawab prajurit Timar-sipahi hingga aturan penampilan. Undang-undang baru juga dikeluarkan untuk negara dan wilayah yang ditaklukkan. Jadi, misalnya, pada tahun 1520, nama malam Amfissa (Kanun-nama-i Salna) diterbitkan, yang terutama mengatur prosedur pengumpulan pajak dan bea cukai di wilayah Yunani Tengah, yang berada di bawah kekuasaan Ottoman. Jadi, misalnya dalam kanun-nama Amfissa dikatakan: “Dari orang kafir yang sudah dewasa, 25 akche dibebankan sebagai ispendje (pajak tanah); Menikah [kafir] dikenakan 6 Akçe sebagai pajak jerami, dan janda-janda kafir (yaitu non-Muslim) dikenakan Ispendje 6 Akçe.” Atau tentang bea masuk (baj) atas makanan, pakaian, dll: “Untuk penjualan seorang budak atau budak, dibebankan 4 ake baik dari penjual maupun pembeli, yang pada umumnya adalah 8 ake.”
Sejarawan Turki mengaitkan tahapan utama dalam pengembangan undang-undang Utsmaniyah setelah Mehmed II dengan nama Sultan Suleiman Kanuni (1520-1666), Ahmed I (1603-1617) dan dengan aktivitas, terutama pada abad 16-17, dari banyak ahli hukum (Syekhul Islam dan lain-lain).
Dari uraian di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa nama kanun sultan adalah salah satu sumber hukum terpenting di Kekaisaran Ottoman. Juga sangat penting bahwa perkembangan lebih lanjut dari konsep-konsep hukum Utsmaniyah berhubungan secara tepat dengan ketentuan-ketentuan yang diatur dalam undang-undang Sultan ini, meskipun masih kurang sistematis.
Pada tahun 1869-1877. Majallat al-Ahkam al-Adliyya (Kode Hukum) diadopsi, yang juga disebut Kode Sipil Kekaisaran Ottoman. Setelah kode itu muncul, para hakim (qadi) pertama-tama diwajibkan untuk menerapkan norma-normanya, dan tidak mendasarkan keputusan mereka pada interpretasi doktrinal. Kode melarang interpretasi masalah yang diatur oleh norma-normanya. Perhatian utama dalam kode ini (nama lain - Majalla) diberikan pada masalah hukum perdata dan peradilan. Majalla adalah upaya serius pertama untuk mengkodifikasikan norma-norma hukum Islam, pentingnya yang tidak dapat ditaksir terlalu tinggi, beberapa kode sipil negara-negara Arab masih memasukkan ketentuan-ketentuan tertentu dari sumber ini, misalnya, hingga hari ini, norma-norma terpisah yang dipinjam dari Majalla tetap ada di undang-undang Kuwait dan negara-negara lain. Tindakannya meluas ke sebagian besar negara Arab yang merupakan bagian dari Kekaisaran Ottoman (kecuali Mesir). Kode mengatur masalah kapasitas hukum, tetapi tidak mempengaruhi hubungan keluarga, yang, sesuai dengan prinsip kebebasan berkeyakinan dan hak-hak pribadi pengikut berbagai sekte dan aliran, terus diatur oleh berbagai sekolah hukum Islam tradisional. Majalla beroperasi di Turki hingga 1926, di Lebanon hingga 1931, di Suriah hingga 1949, di Iran hingga 1953, di Yordania hingga 1976. Saat ini, operasinya sebagian dipertahankan di Israel, Kuwait, dan Siprus. Asas-asas pengaturan hukum secara luas terwakili di Majalla, dirumuskan sebagai hasil interpretasi dari ketentuan sebab akibat hukum Islam dan dianggap sebagai titik tolak penerapan norma-norma hukum tertentu. Sejumlah besar artikel ini dikhususkan untuk tanggung jawab atas kerugian yang ditimbulkan. Ini termasuk aturan seperti "kerusakan tidak dihilangkan dengan kerusakan" (Pasal 25), "kerusakan tidak berlangsung lama" (Pasal 7), "kerugian yang lebih besar dihilangkan dengan yang lebih kecil" (Pasal 27), "kerugian dihindari sejauh mungkin” (Pasal 31), “pemulihan untuk yang diperoleh” (Pasal 87), dll. Pelanggaran ketentuan kontrak, pengambilan properti orang lain secara ilegal dan menyebabkan kerusakan pada properti orang lain (“itlaf”) dianggap sebagai alasan perdata beban. Para ahli hukum Muslim juga memasukkan kejahatan yang tidak disengaja terhadap seseorang (pembunuhan, menyakiti tubuh) dalam "itlaf", tanggung jawab yang juga bersifat kompensasi. Pada saat yang sama, tanggung jawab atas kejahatan berada di bawah hukum pidana. Konsep “itlaf” membedakan antara kerusakan langsung dan tidak langsung pada milik orang lain. Dalam kasus kedua, harus ada celah antara tindakan kualifikasi dan terjadinya kerusakan dalam bentuk tindakan atau peristiwa lain. Menurut aturan Seni. 92 dan 93 dari Majalla, beban tanggung jawab atas kerusakan ada pada orang yang tindakannya secara langsung menyebabkan kerusakan: orang yang menyebabkannya secara tidak langsung bertanggung jawab hanya jika tindakannya disengaja.
Dengan demikian, “Kode Norma Hukum” merupakan undang-undang pertama yang mengkonsolidasikan norma-norma hukum Islam sebagai satu kesatuan sistem dalam bentuk hukum negara. Selanjutnya, ketentuan ini diadopsi oleh undang-undang sejumlah negara di Asia dan Afrika pada tingkat industri atau bahkan norma individu.
Beberapa kesimpulan harus ditarik dari pekerjaan ini. Pertama, perlu dikemukakan fakta bahwa ciri sistem hukum di negara-negara di mana Islam telah menjadi agama dominan adalah hubungan yang kaku antara hukum dan sistem kekuasaan negara dengan agama. Jenis sistem hukum ini pada dasarnya berbeda dari Barat (tipe Eropa). Para peneliti biasanya menyebut kelas sistem seperti itu tradisional-religius. Sumber hukum utama dalam hal ini adalah kitab-kitab suci, sabda para nabi (khususnya, dalam Islam - Al-Qur'an dan Sunnah), serta tradisi hukum dan adat istiadat yang melekat pada kelompok etnis atau wilayah ini. Ciri khas lain dari hukum Islam adalah meluasnya prinsip otoritas: keputusan individu para nabi, tokoh sejarah, pemimpin agama, mulai dari Nabi Muhammad, dan diakhiri dengan mufti individu (fatwa) menjadi norma hukum. Kedua, selain menganalisis hakekat hukum Kesultanan Utsmaniyah, perlu juga menarik kesimpulan berdasarkan perspektif sementara, yaitu transformasi sistem hukum dari waktu ke waktu. Perubahan signifikan telah terjadi selama 7 abad di Asia Kecil, dimulai dari penerapan ketat norma-norma Syariah pada masa Turki Seljuk yang menaklukkan Anatolia. Peran penting dimainkan oleh Kekhalifahan Arab, yang meletakkan dasar-dasar sistem agama dan hukum Muslim. Selanjutnya, hubungan antara norma agama dan hukum Sultan berkembang ke arah peningkatan peran Sultan, meskipun tidak pernah menghapus hukum Syariah. Indikasi dalam hal ini adalah kitab undang-undang yang dikeluarkan oleh Suleiman Agung (Kanuni). Dan terakhir, peristiwa terpenting dalam sejarah hukum Kesultanan Utsmaniyah adalah terbitnya “Kode Norma Hukum” (Majalla) pada akhir abad ke-19, yang semakin membatasi beroperasinya norma-norma agama. hukum. Ada prinsip yang menunjukkan, pertama-tama, untuk menggunakan norma-norma yang tertulis di Majalla. Sebagai kesimpulan, harus dikatakan bahwa bahkan setelah hilangnya Kekaisaran Ottoman dari peta politik dunia pada tahun 1923, tren pengurangan peran hukum agama tetap tidak berubah, yang pada akhirnya mengarah pada deklarasi Turki sebagai negara demokrasi dan sekuler.
Tambahkan setidaknya beberapa literatur tentang Majalla
ada di Antologi pemikiran hukum dunia. Volume 1. Dunia Kuno dan Peradaban Timur / Ruk. ilmiah proyek G.Yu. Semigin. - M.: Pemikiran, 1999. - 750 hal.
Daftar sumber dan literatur yang digunakan
1. Vasiliev L.S. History of the East: Dalam 2 jilid T. 1. -M., 1998.
2. Peraturan tentang Amfissa. (diterjemahkan oleh J. Kabrda) // Sumber-sumber Timur tentang sejarah orang-orang Eropa tenggara dan tengah. T. 1. - M., Institut Studi Oriental, 1964.
3. Sejarah Timur. Dalam 6 volume V.2. / Bab ed. R.B. Rybakov. - M.: Sastra Timur, RAS, 1997.
4. Sejarah Negara dan Hukum Negara Asing: Buku Ajar untuk Perguruan Tinggi: Pukul 2 siang, Bagian 1 / Ed. ed. prof. Krasheninnikova I. A. dan prof. Zhidkova O. A. - M.: Rumah Penerbitan NORMA, 2003.
5. Kitab hukum Sultan Selim I. (diterjemahkan oleh Tveritinova A.S.) - M., Edisi Utama Sastra Timur, 1969
6. Nersesyant V.S. Teori umum tentang hukum dan negara. Buku teks untuk sekolah dan fakultas hukum. - M.: Grup penerbit NORMA-INFRA, 2002.
7. Skakun O.F. Teori Negara dan Hukum: Buku Ajar. – Kharkiv: Mengkonsumsi; Universitas int. kasus, 2000.
8. Sukiyainen L.R. Barat dan Timur - konflik yang membara // Nezavisimaya Gazeta. -<#"#_ftnref1" name="_ftn1" title="">Sukiyainen L.R. Barat dan Timur - konflik yang membara // Nezavisimaya Gazeta. -<#"#_ftnref2" name="_ftn2" title="">Fiona Simon. Analisis: Akar jihad // BBC News. – #"#_ftnref3" name="_ftn3" title=""> Nersesyants VS Teori umum hukum dan negara. Buku teks untuk sekolah dan fakultas hukum. - M.: Grup penerbit NORMA-INFRA - M., 2002. - hlm. 471-473
Skakun O.F. Teori Negara dan Hukum: Buku Ajar. – Kharkiv: Mengkonsumsi; Universitas int. kasus, 2000. - hal. 650.
Vasiliev L.S. History of the East: Dalam 2 jilid T. 1. -M., 1998. Bab 4, - hlm. 225-227.
Sejarah Negara dan Hukum Negara Asing: Buku Ajar untuk Perguruan Tinggi: Pukul 2 siang, Bagian 1 / Ed. ed. prof. Krasheninnikova I. A. dan prof. Zhidkova O. A. - M.: Rumah penerbitan NORMA, 2003. - hlm. 551.
Bimbingan Belajar
Butuh bantuan untuk mempelajari suatu topik?
Pakar kami akan memberi saran atau memberikan layanan bimbingan belajar tentang topik yang Anda minati.
Kirim lamaran menunjukkan topik sekarang untuk mencari tahu tentang kemungkinan mendapatkan konsultasi.
1. Pembentukan dan tahapan utama perkembangan Kekaisaran Ottoman
PADA abad ke 11 Kesultanan Rum Seljuk dikalahkan oleh Turki dan dipindahkan ke perbatasan Byzantium, proses Turkisasi penduduk lokal dimulai: Yunani, Slavia, Georgia, Persia. Benar, orang-orang ini mempertahankan agama mereka, termasuk Kristen. Pada abad XIII. Kesultanan Rum benar-benar runtuh. Pada pergantian abad XIII - XIV. Bey Osman mendirikan Kesultanan Utsmaniyah. Ottoman secara bertahap menekan Bizantium di tenggara Asia Kecil, kemudian merebut Balkan. Pada 1389 mereka mengalahkan tentara Serbia di lapangan Kosovo, dan pada 1396 mereka mengalahkan milisi bersatu tentara salib dari hampir seluruh Eropa. Pada tahun 1453 Konstantinopel direbut oleh badai. Pada 1475, Khanate Krimea, sebagai bagian dari Golden Horde, menjadi pengikut Kesultanan Turki. Pada awal abad XVI. Ottoman menaklukkan Iran, Kurdistan, Suriah, Arab, kemudian Mesir dan hampir seluruh Afrika Utara. Kekuasaan keturunan khalifah Arab di Kairo dihapuskan, sedangkan Sultan seolah-olah menjadi penerus khalifah sebagai pemimpin agama, meskipun sebenarnya para sultan Utsmaniyah yang bukan keturunan Muhammad tidak memiliki hak untuk dianggap sebagai kepala gereja Muslim, tetapi sebenarnya mereka adalah kepala dunia Muslim. Hampir semua Mediterania, Timur Tengah dan Transkaukasia adalah bagian dari Kekaisaran Ottoman.
Sistem negara Kekaisaran Ottoman pada abad XV - XVII.
Kekaisaran Ottoman adalah negara bagian timur. Negara-negara lalim Timur kuno dicirikan oleh kekuasaan raja yang mencakup segalanya. K. Marx percaya bahwa kepemilikan tertinggi memunculkan kekuatan absolut tertinggi raja. Hegel menurunkan bentuk kepemilikan dari bentuk kekuasaan. Jadi apa yang utama, apa yang sekunder di negara-negara Timur kuno - kekuasaan atau properti?
Menurut kami, tidak ada keunggulan mutlak di sini. Di Timur, ada properti primer, kekuatan sekunder, dan sebaliknya - kekuatan primer dan properti sekunder, tetapi paling sering mereka membentuk satu kesatuan: kekuasaan - properti atau properti - kekuasaan, dengan kata lain, kekuasaan atas properti dan pada saat yang sama kepemilikan kekuasaan. Ini adalah alternatif dari model Eropa tentang hubungan antara properti dan kekuasaan. Secara umum, model Eropa hanya cocok untuk Eropa. Sebagian besar umat manusia tidak hidup menurut model Eropa. Model Eropa adalah cabang dari garis utama universal perkembangan dunia negara. Upaya tentara salib untuk merebut Timur gagal, pada abad XVI - XVII. Orang Eropa, mengandalkan industri pembuatan kapal yang kuat, senjata api memulai ekspansi baru di dunia. Pada abad XVIII - XIX. setelah menaklukkan hampir seluruh dunia non-Kristen, orang-orang Eropa memaksakan kesadaran publik dan perkembangan ilmiah bahwa model yang optimal dan paling progresif untuk pengembangan peradaban adalah model Eropa yang didasarkan pada kepemilikan pribadi yang dominan, di mana kekuasaan negara berada di urutan kedua dari hubungan produksi. .
Dengan demikian, diyakini bahwa despotisme muncul di mana tidak ada kepemilikan pribadi. Bentuk-bentuk kekuasaan komunal primitif (potestas) secara bertahap berkembang menjadi otoritas negara kesukuan. Di Timur, semua kekuasaan diberikan kepada pemimpin; demokrasi komunal, dengan majelis rakyat dan dewan tetua, tetap berada di tingkat pemerintahan yang lebih rendah, sedangkan tingkat atas ditempati oleh raja dan administrasi mereka. Dengan demikian, demokrasi militer-komunal tumbuh menjadi negara kesukuan, yang juga secara bertahap tumbuh menjadi negara monarki totaliter yang mutlak. Selama bertahun-tahun, sistem administrasi terpusat yang kuat telah dibentuk. Kekuatan-properti di dalamnya adalah yang utama. Pasar, milik pribadi, strata sosial berada di bawah kekuasaan-properti.
Di Kesultanan Utsmaniyah, berdasarkan negara kesukuan, "monarki administrasi militer teokratis" sedang dibentuk, berdasarkan model timur kepemilikan tanah, air, tambang, dan real estat lainnya. Pada mulanya sistem kekuasaan kesukuan berkembang menurut model ini, lambat laun ditumpangkan pada wilayah, ekonomi, meliputi politik, manajemen, administrasi, angkatan bersenjata, dan penegakan hukum. Lambat laun badan-badan kesukuan dan kesukuan bergabung dengan teritorial-militer, badan-badan administrasi-militer, mereka tumbuh bersama dengan bentuk-bentuk kepemilikan, sewa, jatah untuk layanan. Menurut terminologi dan gagasan Eropa, tampaknya sistem pemerintahan militer sedang dibentuk di sini, tetapi sistem kepemilikan dan penggunaan tanah, air, properti lain, manajemen teritorial, militer, administrasi Utsmaniyah adalah sistem yang sama sekali berbeda.
Itu diatur menurut prinsip kesukuan, militer-teritorial. Satuan wilayah negara adalah sanjak("spanduk") - spanduk pertempuran klan, divisi prajurit klan, dipimpin oleh kepala klan, sanjak-bey. Prajurit di wilayah sanjak sipahis("kavaleri") diterima Timar- kepemilikan turun-temurun bersyarat atas wilayah itu dengan hak untuk mengumpulkan jumlah pajak yang ditentukan secara ketat dari populasi. Timar - pengumpulan yang mendukung timariot tidak boleh melebihi jumlah yang diperlukan untuk pemeliharaan keluarga, kuda, dan peralatan militer prajurit. Negara dengan ketat mengikuti ini. Timar bukanlah harta atau milik, timar tidak boleh melebihi hak dan kekuasaannya serta melanggar kepentingan negara.
Sehubungan dengan penaklukan tanah yang besar, hibah tanah besar muncul - semangat. Timariots dan Zeamets membentuk basis tentara Ottoman. Kemudian, tergesa-gesa dan arpalyks- wilayah dengan kekebalan pajak. Pajak dari mereka sepenuhnya menjadi milik pemilik, ditetapkan secara ketat oleh otoritas keuangan negara, tetapi tidak pernah diwariskan, tetap berada dalam kepemilikan negara, dan pelanggaran kepentingan negara juga tidak diperbolehkan. Ini adalah bagaimana monarki militer-administratif terbentuk, yang didasarkan pada formula kekuasaan-properti. Semua tanah milik negara dalam pribadi Sultan, itu dibuang oleh aparat negara.
Sultan memahkotai puncak piramida negara. Namun, tidak ada hukum suksesi di kekaisaran, semua anggota generasi berikutnya berpotensi memiliki hak untuk berkuasa, takhta, perkelahian dinasti yang kejam tidak dapat dihindari dan sering berakhir dengan pembantaian berdarah. Mengingat poligami dan harem, mungkin ada lusinan saudara, dan dalam hal ini mereka semua hancur, singkatnya, darah mengalir seperti sungai.
Sultan adalah personifikasi kekuasaan mahakuasa atas rakyatnya, sistem perbudakan total. Setiap subjek dapat kapan saja mengakhiri hidupnya di tiang pancang. Kepribadian Sultan tidak didewakan, tetapi kekuatannya suci, pengorbanan. Pada saat yang sama, dia bukan wakil Allah di Bumi, dia dianggap bayangannya. Pada saat yang sama, Sultan tidak dituntut untuk memiliki kemampuan atau kharisma yang luar biasa. Dia dan kepribadiannya harus memenuhi sejumlah persyaratan:
1. Milik persuasi Sunni dalam Islam.
2. Hanya laki-laki, karena menurut Syariah, seorang wanita tidak setara dengan seorang pria.
Penampilan halus tanpa cacat eksternal.
Jadilah orang dewasa, minimal berusia 15 tahun.
Kegunaan mental dan intelektual.
Status gratis dulu dan sekarang.
Kualitas moral kembali ke norma tradisional: kehati-hatian, kebijaksanaan, keadilan, keagungan, ketangkasan. Tetapi tidak diharuskan bahwa penguasa orang beriman melampaui rakyatnya dalam pengetahuan dan perbuatan.
Diberkahi dengan otoritas tertinggi, pribadi Sultan adalah suci dan tidak dapat diganggu gugat.
Semua kekuatan sekuler dan spiritual terkonsentrasi di tangan Sultan, penguasa Muslim Sunni.
1. Pembukaan doa bersama pada hari libur dan setiap hari.
2. Mencetak koin.
3. Pemeliharaan ketertiban umum dalam negeri.
4. Kontrol atas pelaksanaan hukum suci.
5. Komando Tertinggi.
6. Dia memiliki kekuasaan kehakiman tertinggi.
7. Dia berkewajiban untuk menekan pemberontakan.
8. Mengeluarkan undang-undang yang harus konsisten dengan Syariah.
Ketika Kekaisaran Ottoman tumbuh, sistem pemerintahan terpusat yang kuat terbentuk.
Sultan mendelegasikan kekuasaannya kepada Vezir, yang memerintah atas namanya. Dia mengepalai Dewan Agung - pemerintah negara (Divan-i-Humayun), yang terdiri dari menteri - wazir. Pemerintah dalam kegiatannya berpedoman pada Syariat dan Kitab Undang-undang Hukum Kanun-nama.
Aparat administrasi pusat terdiri dari tiga departemen utama (sistem) administrasi: administrasi militer, keuangan dan peradilan-agama.
departemen administrasi militer, yang dipimpin oleh Wazir Agung sendiri, merupakan tulang punggung seluruh struktur pemerintahan kekaisaran. Negara ini dibagi menjadi 16 wilayah - mata ikan dipimpin oleh beylarbey(gubernur) berada di bawah Wazir Agung dan memiliki segala macam kekuasaan di wilayah eyalet. Mereka tunduk pada sanjakbeys - komandan - gubernur sanjaks - kabupaten, yang ada 250. Kekuatan sanjakbey cukup kuat, dikendalikan dari atas oleh beylarbey dan diatur oleh undang-undang daerah dan Kanunname. Tingkat kekuasaan administrasi militer yang lebih rendah di kekaisaran adalah orang-orang Timariot, pemegang tanah, yang bertanggung jawab atas keamanan dan peralatan tentara (sipahs), yang harus diwakili oleh orang-orang Timar mereka. Timar juga menjaga ketertiban di wilayah Timar.
Departemen Keuangan dipimpin oleh seorang wazir-defterdar memiliki pejabat khusus di eyyalet dan sanjaks. Fungsi departemen pusat dan pejabat lokalnya meliputi: menghitung sumber daya dan pendapatan perbendaharaan; penetapan besarnya pajak, pajak, dan bea lainnya; kontrol atas pendapatan orang-orang Timar, Khass dan Arpalyks. Jenis pajak: pajak legal - persepuluhan dari Muslim, "kharaj" dan pajak polling "jizyah" dari non-Muslim; Zakat adalah pajak yang diberikan kepada fakir miskin dari semua yang memiliki. Ada tugas tambahan, darurat dan lokal.
Departemen Kehakiman-Agama dalam arti yang paling umum, mengatur cara hidup dan perilaku penduduk dan setiap Muslim. Sheikh-ul-Islam berada di kepala departemen. Di eyyalet (provinsi), departemen ini dipimpin oleh dua Qadis - hakim. Qadis memiliki fungsi peradilan, agama, keuangan dan administrasi yang sangat luas. Mereka menyelesaikan kasus-kasus tentang Muslim, di samping itu, mereka adalah notaris, perantara dalam transaksi, menyelesaikan perselisihan perdagangan, keuangan dan lainnya, melakukan kontrol atas pengumpulan pajak, harga, dan ketertiban; adalah pendeta dan pejabat. Di daerah non-Muslim, para pemimpin komunitas melakukan fungsi yang sama.
Sistem negara ini berkembang pada abad ke-16. pada masa pemerintahan Suleiman I Kanuni (Legislator) atau Suleiman Agung (1520-1566).
2. Perkembangan kenegaraan Kekaisaran Ottoman pada paruh kedua abad XVI - awal abad XX. Reformasi besar pemerintah
Pada pertengahan abad XVI. Sistem negara dan sistem pemerintahan Kesultanan Utsmaniyah mengalami krisis tertentu. Pertama-tama, penyebab krisis terlihat pada kekurangan sistem timariot. Timariot adalah bagian integral dari sistem militer, administrasi, pajak dan kepolisian. Faktor penting yang menyebabkan melemahnya imperium adalah pembagian tanah negara, penurunan barang rampasan militer, dan berhentinya peningkatan wilayah.
Reformasi pertama di Kekaisaran Ottoman praktis reformasi militer. Pada abad XVI. bukannya prajurit - sipahis, korps diciptakan dan berulang kali meningkat janisari("yeni cheri" - tentara baru), yang berada di layanan publik dan menerima gaji negara, yang secara dramatis meningkatkan pengeluaran pemerintah untuk tentara. Selain itu, Janissari, sebagai pengawal Sultan, sering ikut campur dalam kehidupan politik dan istana negara. Setelah reformasi ini gagal di pertengahan abad XVII. reformasi baru dilakukan oleh Wazir Agung Mehmed Keprelu. Dia kembali memperkuat sistem Timariot, merebut tanah Hass dan tanah wakaf.
Akhir abad 18, 19 dan awal abad 20 di Kekaisaran Ottoman menjadi reformasi negara besar selama berabad-abad.
Dua putaran pertama reformasi terkait dengan kegiatan Sultan Selim III (1789 - 1807) dan Mahmud II (1808 - 1839). Putaran pertama terutama membahas reformasi sistem penjatahan timar, militer dan sebagian agama:
Pembentukan pasukan baru pada model Eropa, penciptaan artileri modern, armada dan pasukan teknik.
Likuidasi korps Janissari (1826).
Penghapusan tarekat Sufi Bektashi dari kehidupan politik kekaisaran (1826 dan seterusnya).
Penghapusan total sistem timar.
1.Reformasi administrasi pusat menurut model Eropa, pembentukan kementerian dan departemen baru.
2. Reformasi pajak.
3. Reformasi kantor pos, rumah sakit, sistem pendidikan.
Reformasi putaran kedua dengan cepat menjadi sia-sia. Perang Muhammad Ali dari Mesir melemahkan kekaisaran. Di antara kekuatan besar Eropa, muncul pertanyaan untuk membagi "orang sakit" Eropa - Kekaisaran Ottoman. Pada tahun 1839, Barat mengambil Kekaisaran Ottoman di bawah "perwalian kolektif." Sultan Abdul Majadid menerimanya.
Tahap reformasi berikutnya 40 - 70 tahun. menerima nama "tanzimat" (transformasi, reformasi).
Pada 3 November 1839, "Gulhane Hatt-i-Sheriff" (rescript), kadang-kadang hanya disebut Gulhane Act, ditandatangani. Hatt-i-sheriff ditentukan:
Untuk menyediakan semua warga negara, perwakilan dari semua agama dengan jaminan kehidupan, kehormatan dan properti yang tidak dapat diganggu gugat.
Menghapus sistem pertanian keluar dan merampingkan perpajakan.
Ubah urutan wajib militer untuk dinas militer.
Pada tahun 1865, sebuah gerakan "Utsmaniyah baru" muncul di Kekaisaran Ottoman, yang menganjurkan pembentukan monarki konstitusional. Setelah sembilan atau sepuluh tahun, kegiatan mereka telah membawa hasil tertentu. Pada tahun 1876, Sultan Abdul-Hamid mengadopsi konstitusi Kekaisaran Ottoman. Dia memproklamirkan hak dan kebebasan warga kekaisaran, dan parlemen bikameral dibuat. Namun, sudah pada Februari 1878, Abdul-Hamid melakukan kudeta, membubarkan parlemen yang sudah terpilih dan mendirikan tirani - "Zyulyum". Di bawah rezim ini, surat kabar ditutup, sensor diperketat, banyak lembaga pendidikan baru ditutup. Untuk pertama kalinya, doktrin "pan-Islamisme" diproklamirkan, yang tujuannya adalah untuk menyesuaikan dunia Islam agar tetap eksis dalam kondisi baru; untuk menentang persatuan Muslim terhadap serangan kolonialisme Eropa. Pada saat yang sama, Abdul-Hamid melihat pan-Islamisme sebagai alat untuk memperkuat kekuasaannya. Namun, rencana ambisiusnya segera gagal. Negara ini sudah lama terlilit hutang luar negeri dan pada tahun 1879 dinyatakan bangkrut. Kekuatan Barat mulai mempersiapkan alat untuk membangun kendali mereka atas kekaisaran. Pertama-tama, kontrol keuangan menjadi instrumen pemerintahan Barat negara. Pada tahun 1881, Kantor Utang Utsmaniyah dibuat, dan kemudian Bank Utsmaniyah (Utsmaniyah), yang tujuan utamanya adalah mengontrol kekuatan Barat atas pemerintah Utsmaniyah, anggaran negara, dengan mengendalikan atau bahkan berpartisipasi perwakilan asing di pemungutan pajak dan pengeluaran dana anggaran. Tentu saja, seperti dalam kasus lain di Eropa dan Asia, pemerintah Barat, bankir dan pengusaha berusaha untuk menghancurkan kerajaan yang tersisa di bumi untuk menghancurkan mereka, membangun kontrol dan bahkan merebut bagian-bagian yang telah memisahkan diri dari kerajaan.
Kegagalan reformasi, pembentukan kontrol asing atas negara, menyebabkan protes baik di kalangan penguasa maupun di kalangan pejabat, militer dan intelektual negara. Lingkaran dan organisasi rahasia anti-pemerintah mulai bermunculan. Gerakan “Utsmaniyah Baru” digantikan oleh gerakan “Turki Muda”. Pada tahun 1889, sebuah sel bawah tanah diciptakan di Istanbul di antara para taruna sekolah kedokteran militer, yang anggotanya menetapkan tujuan untuk membersihkan negara dari despotisme dan memulihkan konstitusi. Di Paris, Riza Bey menciptakan masyarakat Ittihad ve Terraki (Persatuan dan Kemajuan). Programnya meliputi: perjuangan untuk kebebasan, keadilan dan kesetaraan semua mata pelajaran; pelestarian kekaisaran di jalur reformasi; pembentukan tatanan konstitusional; non-intervensi urusan luar negeri kekaisaran.
Pada tahun 1902, kongres pendiri Turki Muda yang pertama berlangsung. Pada tahun 1907, Kongres Kedua Turki Muda mengadopsi Deklarasi yang menyerukan pemberontakan melawan Adul-Hamid. Pada tahun 1908, terjadi pemberontakan pasukan Turki di Makedonia. Sultan menerima tuntutan mereka. Kamar Deputi dibuat, sepertiga dari kursi di mana pergi ke Turki Muda. Pada tahun 1909, Abdul-Hamid mencoba melakukan kudeta balasan, tetapi Turki Muda menduduki ibu kota dengan pasukan mereka dan, memiliki kekuatan nyata, menobatkan Sultan Mehmed V yang baru. Inilah bagaimana revolusi Turki Muda terjadi.
Turki Muda melakukan sejumlah reformasi, yang intinya adalah pelestarian kekaisaran, doktrin Ottomanisme diproklamirkan - retensi tanah dan masyarakat non-Turki di dalam kekaisaran. Sejak 1910, di bawah slogan Pan-Islamisme dan Pan-Turkisme, mereka mulai menganiaya orang-orang non-Islam.
Pada tahun 1912, Turki Muda digulingkan oleh "ittilafists" liberal Islam - anggota asosiasi "Hurriyet ve ittilaf" ("Kebebasan dan Persetujuan"), yang berdiri untuk memberikan otonomi kepada orang lain. Menggunakan kegagalan Turki dalam Perang Balkan tahun 1912, Turki Muda menggulingkan mereka. Pada tahun 1914, tiga serangkai Muda Turki berkuasa: Enver Pasha, Talaat Pasha dan Dzhemal-nami. Mereka mendorong Kekaisaran Ottoman ke dalam perang dunia di pihak Jerman dan Triple Alliance. Akibat kekalahan Jerman, kediktatoran Turki Muda di Kesultanan Utsmaniyah pun tumbang, Turki Muda pun lari dari negara tersebut. Kekaisaran menderita, pinggiran berusaha untuk memisahkan diri, gagasan nasionalis semakin matang - untuk melestarikan tanah Turki yang tepat di Asia Kecil dalam satu negara kuat. Sekutu memutuskan bahwa mereka dapat mendikte persyaratan perdamaian mereka ke Kekaisaran Ottoman.Pada 30 Oktober 1918, mereka menandatangani "Gencatan Senjata Mudros", yang menyediakan pembukaan irigasi untuk asing, termasuk militer, pengiriman, demobilisasi tentara, penyerahan kapal perang kepada sekutu, dan pembentukan kendali Entente atas kereta api, telegraf dan radio negara itu, pendudukan eyalet Armenia. Kekaisaran Ottoman mengakhiri keberadaannya yang telah berusia berabad-abad.
Sejarah legislasi di Kekaisaran Ottoman dalam segala detailnya belum dipelajari dan ditulis, meskipun sangat menarik bagi mahasiswa hukum Islam. Hukum Islam muncul dan berkembang dalam kerangka Khilafah Arab. Karena Kekaisaran Ottoman dapat dianggap sebagai penerus Khilafah Arab dan salah satu kekuatan Muslim terbesar sepanjang masa, untuk gambaran yang lebih lengkap tentang perkembangan hukum Muslim, perlu untuk mempertimbangkan perkembangannya di Kekaisaran Ottoman.
Dalam historiografi, diyakini bahwa, pada tingkat tertentu, aktivitas legislatif terjadi di bawah semua sultan Ottoman. Hal ini tercatat dalam banyak dekrit, resolusi, dll, yang berada dalam keadaan tidak sistematis sampai paruh kedua abad ke-15. Kodifikasi pertama mengacu pada masa pemerintahan Sultan Mehmed II Fatih. Kitab undang-undang yang disusunnya memuat tiga bagian: 1) tabel pangkat; 2) dasar-dasar upacara pengadilan dan aturan untuk mengangkat pejabat tinggi dan anak-anak mereka ke jabatan publik; 3) beberapa pasal tentang hukuman untuk tindak pidana, menentukan isi pejabat dan gelar mereka. Ada seperangkat hukum lain, yang disusun di bawah sultan yang sama. Ini berbeda secara signifikan dari yang pertama dalam isi, struktur dan gaya, dan terdiri dari bagian-bagian berikut: 1) tentang hukuman untuk perzinahan; 2) tentang hukuman untuk perkelahian dan pembunuhan; 3) tentang pajak dan bea dagang; 4) tentang perantau (Yuriuks); 5) tentang pajak dan bea dari non-Muslim (kafir). Perkembangan lebih lanjut dari konsep-konsep hukum di Kekaisaran Ottoman berhubungan persis dengan ketentuan-ketentuan yang masih agak primitif yang ditetapkan dalam kode kedua Mehmed II.
Sejarawan Turki mengaitkan tahapan utama dalam perkembangan legislasi Utsmaniyah setelah Mehmed II dengan nama sultan Selim I (1512-1520), Suleiman Kanuni (1520-1566), Ahmed I (1603-1617), aktivitas para ahli hukum di abad XVI- 17 dan reformasi hukum periode Tanzimat.
Di Kekaisaran Ottoman selama berabad-abad, ada dua sistem hukum - hukum agama - Syariah dan hukum sekuler yang berasal dari nama Sultan - hawa.
Doktrin hukum Islam memungkinkan pengenalan perubahan hukum. Para ahli hukum Muslim percaya bahwa karena aturan perilaku pada masalah-masalah yang tidak diatur oleh Al-Qur'an dan Sunnah dirumuskan oleh orang-orang dan tidak dijamin terhadap penilaian yang salah, mereka dapat diganti dengan penilaian lain. Dalam tulisan-tulisan para ahli hukum Muslim abad pertengahan, pendapat semua ahli hukum yang termasuk dalam madzhab yang sama dikutip. Bahkan jika pendapat ini bertentangan, mereka semua diakui sebagai valid. Cadius dapat memilih norma atas kebijaksanaannya sendiri ketika memutuskan. Penghapusan langsung norma-norma usang yang tidak memenuhi kebutuhan juga tidak dilakukan. satu
Dengan demikian, secara tradisional tidak biasa bagi pembuat undang-undang Turki untuk menciptakan struktur legislatif yang terpadu.
Sistem hukum agama di Kekaisaran Ottoman terhubung dengan prinsip-prinsip umum hukum Islam dan sesuai dengan interpretasi mazhab Hanafi yang diterima secara resmi di negara ini. Perbedaan dari madzhab ini adalah penerapannya lebih fleksibel pada keadaan lokal, mencoba menyesuaikan kerangka syariah yang kaku dengan kebutuhan praktis kehidupan. Ketika memecahkan masalah tertentu, Hanifah beroperasi dengan tiga metode interpretasi: rai, qiyas dan istikhsan (lihat halaman manual). Pada saat yang sama, ajaran ini penuh dengan bahaya tindakan sewenang-wenang para Qadis. Fatwa Syekhul Islam dikeluarkan atas isu-isu kontroversial yang menjadi dasar hukum bagi putusan pengadilan selanjutnya. Karena fatwa dan tindakan para Qadis harus sesuai dengan pengertian Hanafi, di kekaisaran hukum Hanafi memiliki keunggulan dan menyerbu daerah-daerah di mana sekolah-sekolah Islam Sunni lainnya sebelumnya mendominasi. Qadis dan mufti dapat bergabung dengan salah satu mazhab Sunni, tetapi menilai dan membuat kesimpulan hanya menurut akal Hanafi. satu
Sistem hukum lain di Kekaisaran Ottoman adalah hukum sekuler - kanun, yang berasal dari nama sultan. Koeksistensi malam dan Syariah adalah fitur khusus dari negara Ottoman. Kanun, awalnya dianggap tidak resmi - hanya untuk informasi Sultan, kemudian menjadi wajib dalam memecahkan masalah negara dan dalam praktek pengadilan Cadian. Selain itu, dalam banyak kasus, keputusan Sultan sangat berbeda dengan dogma Syariah.
Alasan munculnya sistem hukum seperti Hawa di Kekaisaran Ottoman adalah sebagai berikut. Pertama, pada abad XV-XVI. Sebagai hasil dari kampanye agresif, negara Ottoman mencapai perluasan maksimum perbatasannya. Sebuah kecenderungan mulai muncul untuk sultan Ottoman untuk menjadi raja absolut, yang kekuasaannya tidak dibatasi oleh lembaga korektif. Dalam keinginan mereka untuk memperluas skala kekuasaan, para sultan mulai mengandalkan model organisasi politik Turki-Mongolia dan Bizantium, berdasarkan keunggulan prinsip sekuler. Sebuah ekspresi dari ini adalah publikasi di bawah Sultan Mehmed II dari kanun-nam pertama. Sultan dalam tindakannya mengandalkan takdir ilahi, tercermin dalam norma-norma Syariah dan pikiran negaranya. Yang pertama menentukan tatanan dunia material dan spiritual, dan yang kedua memungkinkan untuk mempertahankan tatanan ini. Sultan, melalui kekuasaannya yang mutlak, harus menentukan tempat setiap orang dalam masyarakat, menjamin ketertiban sosial, dan keselamatan rakyat. Ini dicapai dengan bantuan kanun, yang, tidak seperti norma-norma Syariah, bersifat sementara dan hanya beroperasi selama pemerintahan satu sultan. Selain itu, Syariah dan Hawa, menurut pandangan Muslim, tidak pernah berdiri pada level yang sama. Tujuan Syariah adalah untuk memimpin orang percaya menuju kesempurnaan selama hidup, dan kebahagiaan setelah kematian. Kanun memiliki status yang lebih rendah, tujuannya hanya untuk menegakkan ketertiban negara dan melindungi warga negara dari kekerasan. Hawa tidak pernah dibatalkan, tetapi hanya dilengkapi dengan hukum agama.
Sistem seperti ini disebut mazalim dan diterima hari ini di semua negara Muslim. Ciri Utsmaniyah hanya terdiri dari penyertaan qadi yang lebih lengkap dalam sistem pemerintahan dan penggunaan kanun yang lebih sering dalam administrasi negara. satu
Untuk mendapatkan gambaran yang lebih lengkap tentang malam abad XV-XVI, pertimbangkan Kitab Hukum Sultan Selim I - salah satu kumpulan hukum otoritatif periode ini.
Kitab undang-undang Sultan Selim I tidak terbagi dalam satuan-satuan struktural, tetapi ada suatu sistem tertentu. Ketentuan pertama undang-undang tersebut memuat norma hukum pidana. Ada beberapa dari mereka, dikatakan tentang hukuman bejat dan pelacur, tentang pertumpahan darah, pembunuhan dan pencurian. Sebagian besar undang-undang dikhususkan untuk perpajakan. Patut dicatat bahwa hukum pidana mengacu pada hukuman mati hanya dalam kasus pencurian dengan niat jahat, sangat sedikit tentang hukuman yang merugikan diri sendiri. Untuk sebagian besar kejahatan, denda diberikan, bahkan jika ini tidak sesuai dengan ketentuan Syariah. Misalnya, dalam kasus perzinahan, Al-Qur'an hanya berbicara tentang satu hukuman - "memukul dengan seratus pukulan" di depan umum. Sesuai dengan peraturan adat di negara-negara Muslim, pezina secara tradisional dirajam. Dalam kitab hukum Sultan Selim I terdapat denda yang besarnya bervariasi tergantung pada status sosial pelaku. Orang kaya dan menikah membayar lebih banyak daripada orang miskin dan lajang; seorang budak dibayar kurang dari seorang Muslim bebas untuk melakukan kejahatan apapun, seorang non-Muslim membayar lebih. Hukuman untuk pembunuhan itu adalah pertumpahan darah yang dilegalkan, tetapi jika tidak ada yang membalas dendam atau karena alasan lain balas dendam tidak terjadi, denda juga dibayarkan. Hukuman mati disebutkan dalam undang-undang ini hanya satu kali, yaitu diberikan untuk melakukan pencurian dengan penetrasi ke dalam rumah atau berulang kali: - biarkan mereka digantung.
Untuk pencurian kecil, denda juga diberikan, terlepas dari kenyataan bahwa Alquran sangat ketat dalam kaitannya dengan pencuri dan mengatur pemotongan tangan untuk pencurian apa pun.
Ciri khas undang-undang ini adalah tidak lazim bagi masyarakat Muslim awal abad XVI. kemanusiaan. Namun, orang tidak boleh berpikir bahwa lebih sedikit eksekusi yang dilakukan di Kekaisaran Ottoman selama periode ini daripada yang lain. Pertama, kanun-kanun hanya berlaku pada masa pemerintahan Sultan yang mengadopsinya, yang berarti hukum ini berlaku hanya selama 8 tahun (tahun-tahun pemerintahan Selim I: 1512-1520), dan, kedua, Syariah dalam kaitannya dengan kanun selalu memiliki dominasi dan keputusan dibuat sebagian besar atas dasar itu. Dan malam hanya menambahkannya. Qadis, di sisi lain, dapat membuat keputusan baik atas dasar Syariah maupun atas dasar hawa. Misalnya, ketentuan kanun yang lebih sekuler lebih sering diterapkan pada orang yang tidak percaya daripada Syariah. satu
Secara umum, hukum pidana Kesultanan Utsmaniyah merupakan salah satu cabang hukum yang paling bebas dari norma-norma Syariah. Sebagian besar norma hukum pidana vital tidak disebutkan dalam Alquran dan Sunnah, sehingga yang hilang dikembangkan oleh para ahli hukum dengan bantuan interpretasi, terutama pada malam Sultan.
Seperti yang dicatat W. Heid, banyak pekerjaan ke arah ini dilakukan pada abad ke-16. di bawah Sultan Suleiman I. Kitab undang-undang pidana diperbaiki, disistematisasikan, diisi kembali dengan pasal-pasal baru yang mengandung unsur-unsur budaya hukum masyarakat taklukan. satu
Pada masa pemerintahan sultan ini, puncak kegiatan penerbitan kanun turun, oleh karena itu Suleiman I dijuluki Kanuni – Sang Legislator. Di bawahnya, Kode Umum Hukum Kekaisaran Ottoman disusun. Secara umum, undang-undang ini adalah sebagai berikut. Ini terdiri dari tiga bab, yang masing-masing mencakup sejumlah bagian.
