Teori pengetahuan Epicurus, kanon, yang dikemukakan olehnya dalam karya-karya "On Criteria, or the Canon", "On Vision", "On Touch", "On Images", "On Representations", berisi aturan pengetahuan, mendefinisikan kriteria kebenaran, mengajarkan persepsi rasional tentang realitas. Epicurus mengakui kemampuan dunia objektif dan keberadaan kebenaran objektif. Para atomis Yunani kuno adalah pencipta versi awal teori refleksi. Buku kedua karya Epicurus "On Nature" dikhususkan untuk eksposisi doktrin ini (Papir. Nege. 993, 1010, 1049). Epicurus menulis bahwa ada jejak (stSojXa diterjemahkan sebagai "jejak", "gambar", "berhala", "gambar", "video", "gambar", "cetakan", "aliran keluar", "tampilan", "pemisahan" , "emanasi tubuh"), mirip dengan penampilan tubuh, tetapi dalam kehalusan jauh dari objek yang dapat diakses oleh persepsi indrawi87. Salinan-salinan ini, atau gambar-gambar, yang terdiri dari atom-atom terbaik, yang memancar dari tubuh-tubuh, mempertahankan keteraturan yang mereka miliki di dalam tubuh, dan, yang langsung jatuh ke dalam organ-organ indera manusia, membentuk persepsi-persepsi indrawi di dalamnya. Jika aliran keluar seperti itu dibawa ke udara, terjalin satu sama lain, dan kemudian menembus ke dalam orang melalui pori-pori kulit, maka representasi fantastis terbentuk. Jadi, misalnya, pencampuran arus keluar dari seorang pria dan seekor kuda membangkitkan gagasan tentang centaurus. Ajaran ini menjadi objek kritik dan cemoohan. Dalam Oxyrhynchus Papyrus 1609 (XIII, 94) tertulis: “Seseorang bahkan tidak boleh mendengar tentang “gambar” seperti itu seperti yang ada menurut ajaran Democritus atau Epicurus”88. Di Plutarch kita membaca: “Jika seseorang perlu tertawa dalam filsafat, maka ia dapat menertawakan hari raya, diam, buta, tanpa jiwa, yang berkeliaran dalam perubahan tahun yang tak terhitung jumlahnya, menunjukkan diri mereka sendiri dan berkeliaran di mana-mana, mengalir keluar dari semua yang masih hidup, dari lama terbakar dan busuk” (Plut. De def. orac.19)89. Atas dasar persepsi indrawi, representasi individu muncul, dan atas dasar mereka, representasi umum, atau konsep, yang disebut Epicurus shoHufen; (prolepsi). Menurut Diogenes Laertius, konsep Epicureans terkait erat dengan pengalaman dan muncul atas dasar: "prolepsis adalah memori dari apa yang sering muncul dari luar" - saya akan mengurapi noXXaxtg e ^ coS "sv cpavevrog (lihat: Diog . Laert. X. 33 P. Natorp juga menganggap prolepsis sebagai pengetahuan apriori90. N.V. De Witt menganggapnya sebagai prakonsepsi, antisipasi, sebagai pengetahuan yang ada sebelum pengalaman, sebagai “padanan materialistis dari ingatan Plato.”91 K. Kleve dan O. Blok mengkritik tajam De Witt.92 D. Furley mencatat bahwa prolepsis adalah turunan dari persepsi sensorik. Epicurus sendiri menggunakan istilah ini untuk mendefinisikan gambar sensorik yang disimpan dalam memori, sebagai lawan dari kesan sensorik baru. Penegasan bahwa prolepsis adalah kriteria kebenaran, bersama dengan sensasi dan abadi (perasaan), tetap berada di hati para doksografer yang suka menyusun daftar istilah yang sistematis93. » Upaya untuk menyajikan "prolepsis" Epicurean sebagai ide bawaan, sebagai pengetahuan apriori, didasarkan pada fakta bahwa Cicero mengacaukan arti istilah ini di antara orang Stoa dan Epicurean94. Epicurus menyebut kata schokufsh "beberapa gagasan yang diantisipasi oleh jiwa tentang hal-hal, yang tanpanya tidak mungkin bagi siapa pun untuk memahami atau menilai" (ND XVI, 43). 3. A. Pokrovskaya berkomentar tentang ini: “Cicero ... memasukkan ke dalam konsep materialistis Epicurus makna yang dimilikinya di antara kaum Stoa. Distorsi sukarela atau tidak disengaja ini adalah salah satu manifestasi dari perjuangan melawan ajaran Epicurean yang bermusuhan. Kata shoHufn; berarti "firasat", "antisipasi", tetapi sebagai istilah filosofis di antara kaum Stoa dan Epikuros, itu memiliki arti yang berbeda: bagi kaum Stoa itu adalah konsep bawaan utama, umum, yang berperan hanya dalam kaitannya dengan pengalaman (Diog. Laert .VII, 54) , dan di antara kaum Epicurean - sebuah konsep empiris, alami, umum, diterima sebagai "mengingat apa yang sering tampak bagi kita dari luar." “Jadi, untuk bertanya: “Siapa yang berdiri di sana di kejauhan, kuda atau sapi? ”- Anda perlu tahu sebelumnya, berkat antisipasi, penampilan keduanya. Lagi pula, kita bahkan tidak bisa menamai suatu objek jika, berdasarkan antisipasi, kita tidak tahu sebelumnya jejaknya. Oleh karena itu, antisipasi memiliki kekuatan bukti” (Diog. Laert. X, 33)96. Doktrin prolepsis sangat penting bagi filsafat agama Epicurus, karena memungkinkan untuk menjelaskan keberadaan ide-ide orang tentang dewa-dewa. Epicurus membedakan "antisipasi" dari pengetahuan palsu. Dalam sebuah surat kepada Menekey, dia menulis: “Pernyataan orang banyak tentang para dewa bukanlah konsep alami (antisipasi. - M Sh.) (ttdoKhtsfei;), tetapi dugaan palsu (ittoKhtsfek;), yang menurutnya para dewa mengirim kerugian terbesar bagi orang jahat, dan manfaat bagi orang baik. » (III, 123). Satu-satunya hal yang membatasi isi konsep "prolepsis" dalam Epicurus adalah batas persepsi kita97. Diogenes dari Enoanda menulis bahwa Epicurean, terlepas dari pendapat Peripatetik, yang menurutnya tidak mungkin untuk mengetahui esensi hal-hal dengan bantuan persepsi indera saja, karena mereka terus bergerak, mengenali aliran ini, tetapi tidak mempertimbangkannya. terlalu cepat dan membatasi kemungkinan pengetahuan. Diogenes menegaskan bahwa sifat segala sesuatu dapat dipahami oleh persepsi indrawi. Kriteria kebenaran, menurut Epicurus, selain sensasi antisipasi dan penderitaan (perasaan), Diogenes Laertius menyebut "lemparan pemikiran figuratif" (cpavTOLOTixv) emfioXr) ttjs biavoiaq). Isi dari konsep kompleks ini didefinisikan sebagai "intuisi" atau sebagai intuisi intelektual. S. Bailey menafsirkannya, di satu sisi, sebagai menangkap (persepsi) gambar-gambar yang sangat halus, dan di sisi lain, sebagai memahami posisi yang dikonfirmasi secara ilmiah. informasi empiris instan dan menaikkannya ke tingkat lain untuk mengubah gambar sensorik menjadi representasi intelektual.100 Kriteria ini sangat penting untuk memahami sikap Epicureans terhadap halusinasi dan mimpi. Epicurus berasal dari pengakuan kebenaran mutlak persepsi sensorik dan representasi umum,101 percaya bahwa kesalahan terjadi hanya sebagai akibat dari salah tafsir dari sensasi ini Dalam sebuah surat kepada Herodotus, Epicurus menulis: "... kepalsuan dan kekeliruan selalu datang bersama dengan pendapat ... alasannya adalah gerakan dalam diri kita sendiri , menyertai lemparan pemikiran kiasan, tetapi berbeda dari itu: karena perbedaan ini dan kepalsuan muncul. Memang, penglihatan seperti yang kita terima ... dalam mimpi ... tidak akan pernah bisa kemiripan dengan objek yang ada atau benar, jika tidak ada sesuatu yang mencapai kita; tetapi kesalahan tidak dapat terjadi di dalamnya jika kita tidak menerima dalam diri kita beberapa gerakan lain, meskipun terhubung / dengan lemparan imajinatif /, tetapi juga berbeda darinya ... ”(I, 50-51) 102 . Gambaran yang memancar dari objek adalah benar, dan kebingungan seseorang tentang gambar dan ide ini, korelasi yang salah dengan objek nyata menyebabkan delusi. Menurut Epicurus, semua gambar fantastis itu benar, tetapi hanya dalam arti bahwa gambar-gambar itu didasarkan pada hari raya benda-benda nyata. Sextus Empiricus menulis: “Untuk Orestes, misalnya, ketika dia merasa melihat Erinyes, persepsi sensorik yang disebabkan oleh gambar itu benar (karena ada gambar / benda / di pangkalan), tetapi pikirannya, percaya bahwa Erinyes adalah jasmani, jatuh ke dalam pendapat yang salah” (Adv. Math.VIII, 63-64)103. Pengakuan akan kebenaran mutlak sensasi membawa Epicurus ke pengakuan keberadaan nyata dari gambar delirium atau tidur gila. Representasi ini terbentuk dari arus keluar dari objek yang benar-benar ada, tetapi di kepala pasien mereka tercampur, beberapa gambar lain dipikirkan oleh pikiran yang sakit, dan karena itu sifatnya aneh. Mimpi adalah hasil dari tindakan arus keluar dari hal-hal nyata, tetapi orang yang tidur mencampurkan gambar-gambar ini, dan ide-ide palsu diperoleh. Oleh karena itu, Epicurus menyangkal kekuatan ilahi dan kenabian mimpi: "Mimpi tidak memiliki sifat ilahi dan hal-hal kekuasaan: mereka datang dari pertemuan (ke dalam manusia) gambar" (Dikirim Vatic. XXIV). Penjelasan rasionalistik tentang asal usul mimpi sangat penting untuk kritik takhayul, karena orang Yunani kuno sangat percaya pada sifat ilahi mimpi. Misalnya, diyakini bahwa jika Anda melihat orang mati dalam mimpi, itu berarti jiwanya mengunjungi orang yang sedang tidur. "Interpretasi Mimpi" Artemidorus Stoic (abad I M) telah bertahan hingga hari ini, yang berisi kumpulan interpretasi berbagai gambar tidur. Filolog Amerika M. F. Smith memberikan data baru tentang ajaran Epicurus tentang mimpi dengan memeriksa potongan-potongan prasasti oleh Epicurean Diogenes dari Enoanda. Dia menunjukkan Epicurus tidak mengenali gambar mimpi sebagai produk kosong dari imajinasi, tidak memiliki penyebab material yang nyata, seperti Stoa, dan tidak memberi mereka makna khusus, seperti Democritus106. Menurut Stoa, gambar mimpi tidak memiliki sifat tubuh. Kaum Epicurean, berbeda dengan mereka, percaya bahwa gambaran mimpi terdiri dari aliran material terbaik. Namun, ini tidak berarti bahwa gambar-gambar ini, yang muncul dari atom tipis, sensitif atau dapat berbicara (seperti yang diyakini Democritus). Epicureans percaya bahwa mimpi menipu orang untuk melihat monster mati atau tidak ada, karena dalam mimpi tidak mungkin untuk menilai kebenaran gambar, karena alat verifikasi dilumpuhkan oleh tidur. Teori mimpi, seperti epistemologi Epicurus, didasarkan pada pengakuan keberadaan salinan atom dari objek nyata, yang merupakan sumber persepsi dan ide. Diogenes menulis: “... cermin akan menjadi saksi saya bahwa rupa dan gambar benar-benar ada. Apa yang saya katakan tidak dapat ditolak, karena refleksi di bawah sumpah akan memberikan bukti pendukung di cermin. Pikiran serupa dapat ditemukan di Lucretius: ... segera setelah kita melihat cermin, Segera sebuah gambar datang dari kita ke sana, Dan, dipantulkan, kembali mencapai mata kita ... (NR IV, 283-285) 109 Teori refleksi, yang merupakan dasar dari kanon Epicurus, memberinya kesempatan untuk menjelaskan alasan keberadaan iman kepada para dewa.

Krym di sekolah Democritus dan Epicurus ditunjuk logis. pengajaran. Fondasi K. diletakkan oleh Democritus di op. "Canon" (dalam tiga buku). Kemudian K. disajikan di Op. "Tripod" dari Democritus Navsifan dan, akhirnya, dalam karya Epicurus dan para pengikutnya, terutama Philodemus. K. berhubungan erat dengan fisika Democritus - Epicurus. Thrasyll dalam daftar Op. Democritus memasukkan "Canon" dalam siklus fisiknya. komposisi. Epicurus, seperti Democritus, tidak memilih K. dalam filosofi khusus. disiplin, menganggapnya sebagai bagian integral dari fisika, dan menguraikan K. terkait erat dengan fisika ("Surat untuk Herodotus", ditulis ca. 292-291 SM, terjemahan Rusia 1925).

Utama K. - tentang kriteria kebenaran. Menurut Democritus, ada tiga di antaranya: akal, sensasi, dan praktik. Epicurus dan sekolahnya menerima 3 kriteria ini, tetapi dianggap yang utama, sementara Democritus -. Sejak keduanya di Democritus dan di sekolah Epicurus osn. topik ilmiah studi adalah empiris. dan studi tentang penyebab fenomena alam, dalam K. masalah pertama adalah masalah induksi, yang dikembangkan secara mendalam oleh Epicureans abad ke-1. SM. (terutama di sekolah Neapolitan Philodemos). Istilah "K". menggunakan Gassendi dalam karyanya "Sistem Filsafat Epicurus" (P. Gassendi, Syntagma philosophiae Epicuri, 1659).

Lit.: Borichevsky I., Kuno dan modern dalam konsep yang membatasi, bagian 1 ... (Surat ilmiah Epicurus), M.–L., 1925; Makovelsky A. O., atomis Yunani Kuno, Baku, 1946 (tentang "Canon" Democritus dan "Tripod" dari Navsifan); Materialis Yunani kuno. sobr. teks Heraclitus, Democritus dan Epicurus, M., 1955, hal. 181–236 (Surat dan fragmen Epicurus, diterjemahkan oleh S. I. Sobolevsky); Philodemus: Tentang metode inferensi, ed. oleh Ph. H. de Lacy dan E. A. de Lacy, Phil., 1941.

A.Makovelsky. Baku.

Ensiklopedia Filsafat. Dalam 5 volume - M.: Soviet Encyclopedia. Diedit oleh F. V. Konstantinov. 1960-1970 .

Lihat apa itu "KANONIKA" di kamus lain:

Canonica, Pietro Pietro Canonica dan Jenderal Skalon pada pembukaan monumen untuk Grand Duke Nikolai Nikolaevich di St. Petersburg. 1913. Pietro Canonica (1 Maret 1869, Moncalieri 8 Juni 1959, Roma) Pematung Italia, seniman ... Wikipedia

1) dalam musik, teori yang menentukan hubungan nada. 2) di sekolah Epicurean: logika. Kamus kata-kata asing termasuk dalam bahasa Rusia. Chudinov A.N., 1910. CANONICS a) Doktrin matematika tentang nada, yaitu, ekspresi dengan rasio angka ... ... Kamus kata-kata asing dari bahasa Rusia

Canonica- Canonics Canonique Seperangkat aturan di bidang pemikiran atau pengetahuan. Jadi, di Epicurus, kanon menggantikan logika, metodologi, dan teori pengetahuan. Berisi pernyataan kriteria kebenaran (sensasi, antisipasi, keterikatan) dan ... ... Kamus Filsafat Sponville

KANON- (doktrin): doktrin Epicurus, yang menurutnya ada empat jenis kebenaran - gairah (kesenangan sakit), sensasi, antisipasi, refleksi. Sensasi selalu benar, dan "penipuan indra" hanya mungkin terjadi sebagai akibat dari interpretasi sensasi yang salah. Kamus Filsafat

- (doktrin aturan) bagian epistemologis dari filosofi Epicurean (lihat Epicurus) ...

Canonica d Adda Municipality Canonica d Adda Country ItalyItalia ... Wikipedia

Pietro Canonica dan Jenderal Skalon pada pembukaan monumen untuk Grand Duke Nikolai Nikolaevich di St. Petersburg. 1913. Pietro Canonica (Italia ... Wikipedia

Pierre Cochon fr. Pierre Cauchon Barthelemy Re ... Wikipedia

Pencipta salah satu ajaran moral paling penting dari zaman kuno dan pendiri salah satu sekolah filosofis utama Athena, yang menyandang namanya. Dia adalah putra Neocles Athena dan lahir pada 342 SM. di pulau Samos. Kami tidak tahu banyak tentang dia ... Kamus Ensiklopedis F.A. Brockhaus dan I.A. Efron

- (Copernicus, Nicolaus; Polandia. Kopernik, Mikolaj) NICHOLAS COPERNIK (1473 1543), astronom Polandia, pencipta sistem heliosentris dunia. Lahir 19 Februari 1473 di Torun di sungai. wisla. Setelah kematian ayahnya pada tahun 1483, ia dibesarkan oleh seorang paman dari luar ... ... Ensiklopedia Collier

Buku

• Tentang bahasa Rusia, I. Mogilevsky. Artikel dari jurnal Lvov Czasopism Naukowy, 1829. Komposisi John Mogilevsky, kanon, kustosha dari Przemysl Grekounite Cathedral, anggota Consistory, dll. Per. PADA.…

1. Pendahuluan 2

2. Kehidupan dan tulisan Epicurus 2

3. Tantangan Filsafat 3

4. Kanon Epicurus 4

5. Fisika Epicurus 6

6. Etika Epicurus 9

7. Ateisme Epicurus 11

8. Pandangan tentang asal usul bahasa 12

9. Kata Mutiara Epicurus 12

10. Kesimpulan 14

11. Referensi 16

pengantar

Epicurus adalah karakteristik dari era ketika filsafat mulai tidak terlalu tertarik pada dunia seperti pada nasib seseorang di dalamnya, tidak begitu banyak pada misteri kosmos, tetapi dalam upaya untuk menunjukkan bagaimana, dalam kontradiksi dan badai kehidupan, seseorang dapat menemukan ketenangan, ketenangan, keseimbangan yang sangat dia butuhkan dan inginkan, dan keberanian. Untuk mengetahui bukan demi pengetahuan itu sendiri, tetapi sebanyak yang diperlukan untuk menjaga ketenangan jiwa yang cerah - ini adalah tujuan dan tugas filsafat, menurut Epicurus. Materialisme harus mengalami transformasi mendalam dalam filosofi ini. Ia harus kehilangan karakter filsafat kontemplatif teoretis murni, hanya memahami realitas, dan menjadi doktrin yang mencerahkan seseorang, membebaskannya dari ketakutannya yang menindas dan keresahan serta perasaan yang memberontak. Materialisme atomistik Epicurus mengalami transformasi seperti itu.

Kehidupan dan tulisan Epicurus

Epicurus (342/341-271/270 SM) - materialis Yunani kuno yang agung, pengikut Democritus dan penerus ajaran atomistiknya. Ayahnya adalah Neocles Athena, yang pindah ke pulau Samos sebagai pendeta Athena, guru sastra. Epicurus lahir pada tahun 341 dan mulai belajar filsafat sejak dini. Seperti ayahnya, ia adalah seorang guru sekolah dan mulai belajar filsafat setelah tulisan-tulisan Democritus jatuh ke tangannya. Guru Filsafat Epicurus adalah Nazifan, pengikut Democritus, yang belakangan dibicarakan buruk oleh Epicurus, serta akademisi Pamphilus. Namun, saat Epicurus matang, ia menegaskan kemandiriannya dari guru mana pun dan kemandirian filosofis yang lengkap. Pada usia 18, ia pertama kali muncul di Athena, dan, mungkin, mendengarkan selebritas Athena saat itu di sana - Aristoteles, seorang akademisi. (dan saat itu kepala Akademi) Xenocrates. Setelah mencapai usia 32, menjadi orang yang energik dan kreatif, Epicurus menarik banyak orang berpikir untuk dirinya sendiri dan membentuk sekolahnya, pertama di pulau Lesbos di Mytilene, dan kemudian di Lampsacus. Dengan teman-teman dan murid-muridnya di 306g. SM. dia tiba di Athena dan membeli sebuah taman terpencil dengan sebuah rumah dan menetap di sana bersama murid-muridnya. Dari sini kemudian muncul nama sekolah "Taman Epicurus" dan nama panggilan Epicureans - filsuf "dari taman." Maka muncullah salah satu sekolah kuno yang paling berpengaruh dan terkenal, yang dikenal dalam sejarah sebagai "Taman Epicurus". Di atas pintu masuknya tertulis: “Tamu, Anda akan merasa nyaman di sini; Di sini kesenangan adalah kebaikan tertinggi. Namun, sekolah Epicurus bukanlah sekolah filosofis dan pendidikan publik seperti Akademi atau Lyceum. "Sedih" adalah kemitraan tertutup dari orang-orang yang berpikiran sama. Tidak seperti Serikat Pythagoras, Serikat Epicurean tidak mensosialisasikan properti anggotanya: "Epicurus tidak percaya bahwa kebaikan harus dimiliki bersama, menurut kata Pythagoras, bahwa teman memiliki semua kesamaan - ini berarti ketidakpercayaan, dan siapa pun yang tidak kepercayaan bukanlah teman." Juga tidak seperti Liga Pythagoras, Epicurus dan teman-temannya sama sekali tidak aktif secara politik. Piagam sekolah yang tidak tertulis didasarkan pada prinsip: "Hidup tanpa disadari!". Dia sederhana, tidak menyentuh urusan negara, karena dia percaya bahwa tidak mungkin untuk mempengaruhi perkembangan peristiwa politik dan fenomena sosial dalam kondisi monarki Helenistik yang despotik. Namun, dia adalah seorang patriot dan memimpikan pembebasan Yunani dari kuk Makedonia. Dalam "Taman"-nya, Epicurus menghabiskan paruh kedua hidupnya, sesekali bepergian ke cabangnya di Lampsacus. Epicurus mendukung kultus persahabatan dengan segala cara yang mungkin, karena "dari banyak hal yang membawa kebijaksanaan untuk kebahagiaan, hadiah utama adalah persahabatan. Kehidupan di" taman "sederhana dan bersahaja. Epicurus, seperti semua orang Hellenes yang kaya, adalah pemilik budak , tetapi dia termasuk hamba-hambanya yang patuh, beberapa budaknya bahkan ikut dalam studi filosofis.

Epicurus adalah salah satu penulis filsafat kuno yang paling produktif. Dia memiliki sekitar 300 gulungan papirus ("buku"), tetapi hanya judul yang tersisa dari mereka: "On Nature" (karya utamanya, yang berisi 37 buku), "On Atoms and Void", "Brief Objections to Physicists", " Tentang Kriteria, atau Kanon", "Di Jalan Kehidupan", "Pada Tujuan Tertinggi". Dalam tulisan-tulisan Epicurus lainnya, masalah musik dan kedokteran, masalah penglihatan dan keadilan diperlakukan, tetapi semua ini binasa, oleh karena itu sumber utama pengetahuan kita tentang Epicurus dan ajarannya adalah tiga surat kepada murid-muridnya - Herodotus (presentasi dari fisika atomistik Epicurus, termasuk doktrin jiwa dan serangkaian ketentuan doktrin kesadarannya), Pythocles (pandangan astronomis filsuf) dan Menekey (ketentuan utama ajaran etis penulis)

Tulisan-tulisannya tidak memiliki nilai sastra, pemrosesan sastra, sarana ekspresi figuratif, yang bersinar dan dikagumi oleh Democritus Cicero. Pada akhir abad XIX. di antara manuskrip yang ditemukan di Vatikan, ditemukan "Pikiran Utama" - 40 kata-kata mutiara Epicurus. Selain itu, banyak fragmen dari tulisan dan surat lain telah dilestarikan. Fragmen ini dikumpulkan dalam edisi karya Epicurus, yang dilakukan oleh User.

Tugas Filsafat

Epicurus memahami dan mendefinisikan filsafat sebagai kegiatan yang memberi orang, melalui refleksi dan penelitian, kehidupan yang bahagia, tenteram, bebas dari penderitaan manusia. "Kosong adalah kata-kata filsuf itu," tulis Epicurus, "yang tidak menyembuhkan penderitaan seseorang. Sama seperti obat tidak ada gunanya jika tidak mengusir penyakit dari tubuh, demikian juga filsafat jika tidak mengusir penyakit jiwa. Dan dalam sepucuk surat kepada Menekey, dia mengajarkan: “Janganlah seorang pun di masa mudanya menunda belajar filsafat, dan di usia tua jangan bosan belajar filsafat: lagi pula, tidak ada orang yang belum dewasa atau terlalu matang untuk kesehatan jiwa. . Siapa pun yang mengatakan bahwa waktu untuk filsafat belum datang atau telah berlalu, sama dengan orang yang mengatakan bahwa belum ada waktu untuk kebahagiaan, atau sudah ada waktu. Oleh karena itu, baik orang muda maupun orang tua harus terlibat dalam filsafat: yang pertama, agar menjadi tua, menjadi muda dengan berkah karena mengingat masa lalu dengan penuh syukur, dan yang kedua, agar menjadi tua dan muda. karena tidak adanya rasa takut akan masa depan. Oleh karena itu, seseorang harus berpikir tentang apa yang menciptakan kebahagiaan, jika memang, ketika itu, kita memiliki segalanya, dan ketika tidak, kita melakukan segalanya untuk memilikinya. Jadi, bagi Epicurus, berfilsafat adalah jalan menuju kebahagiaan, ini cukup konsisten dengan orientasi etika umum filsafat Helenistik.

Menurut Epicurus, manusia bahkan tidak akan merasa perlu mempelajari alam jika ia tidak takut akan kematian dan fenomena langit. “Jika kita sama sekali tidak terganggu oleh kecurigaan tentang fenomena langit dan kecurigaan tentang kematian, seolah-olah Dia ada hubungannya dengan kita,” tulisnya, “maka kita tidak perlu mempelajari alam” (Pikiran Utama, XI). Namun, semua ketakutan tidak memiliki kekuatan di mata seorang filsuf sejati. "Kematian adalah kejahatan yang paling mengerikan," Epicurus Menekey mengajarkan, "tidak ada hubungannya dengan kita, karena ketika kita ada, kematian belum hadir, dan ketika kematian hadir, maka kita tidak ada."

Tujuan filsafat Epicurus bukanlah spekulasi murni, bukan teori murni, tetapi pencerahan manusia. Tetapi pencerahan ini harus didasarkan pada ajaran Democritus tentang alam, harus bebas dari pengakuan segala jenis prinsip yang sangat masuk akal di alam, harus berangkat dari prinsip-prinsip alam dan dari sebab-sebab yang ditemukan dalam pengalaman.

Filsafat dibagi menjadi tiga bagian. Yang utama adalah etika, yang memuat doktrin kebahagiaan, syarat-syaratnya dan apa yang menghalanginya. Bagian kedua, yang mendahului etika dan mendukungnya dengan sendirinya, adalah fisika. Ini mengungkapkan di dunia prinsip-prinsip alami dan hubungan mereka, dan dengan demikian membebaskan jiwa dari ketakutan yang menindas, dari keyakinan pada kekuatan ilahi, pada keabadian jiwa dan pada batu, atau nasib, yang membebani seseorang. Jika etika adalah doktrin tentang tujuan hidup, maka fisika adalah doktrin tentang unsur-unsur alam, atau prinsip-prinsip, dunia, tentang kondisi alam yang melaluinya tujuan ini dapat dicapai.

Kanon Epicurus

Namun, tanpa pengetahuan tentang alam, keseimbangan tidak mungkin terjadi. Oleh karena itu perlunya fisika. Namun, ada juga kondisi fisika itu sendiri. Ini adalah pengetahuan tentang kriteria kebenaran dan aturan pengetahuannya. Tanpa pengetahuan ini, baik kehidupan cerdas maupun aktivitas rasional tidak mungkin terjadi. Epicurus menyebut bagian filsafat ini "kanonika" (dari kata "kanon", "aturan"). Dia mengabdikan pekerjaan khusus untuk kanon, di mana dia menunjukkan kriteria kebenaran. Ini adalah 1) persepsi, 2) konsep (atau representasi umum), dan 3) perasaan.

Persepsi Epicurus disebut persepsi sensorik objek alam, serta gambar fantasi. Keduanya muncul dalam diri kita sebagai akibat penetrasi bayangan ke dalam diri kita, atau "vidik" dari hal-hal. Secara penampilan, mereka mirip dengan padatan, tetapi jauh melampaui mereka dalam kehalusan: " ada garis besar (jejak, jejak) yang mirip dengan tubuh padat, tetapi dalam kehalusan jauh dari objek yang dapat diakses oleh persepsi sensorik. Karena mungkin saja aliran keluar seperti itu dapat muncul di udara, bahwa kondisi yang menguntungkan untuk pembentukan depresi dan kehalusan dapat muncul, dan bahwa aliran keluar dapat muncul yang mempertahankan posisi dan keteraturan yang sama seperti yang mereka alami di benda padat. Garis besar ini kita sebut gambar. Kemudian ... gambar memiliki kehalusan yang tak tertandingi ... kecepatan yang tak tertandingi, karena setiap jalur cocok untuk mereka, belum lagi fakta bahwa tidak ada atau sedikit pun yang mencegah alirannya, sementara jumlah atom dalam kepadatan yang besar atau tidak terbatas tubuh] segera ada sesuatu yang menghalanginya. Selain itu ... munculnya gambar terjadi dengan kecepatan berpikir, karena aliran [atom] dari permukaan benda terus menerus, tetapi tidak dapat diperhatikan melalui [pengamatan] penurunan [objek] karena pengisian berlawanan [oleh tubuh dari apa yang hilang]. Aliran gambar mempertahankan [dalam benda padat] posisi dan urutan atom untuk waktu yang lama, meskipun [aliran gambar] terkadang menjadi tidak teratur. Selain itu, gambar kompleks tiba-tiba muncul di udara ... "

Semua objek ada, seolah-olah, dalam dua cara: dengan sendirinya, primer, dan sekunder - sebagai gambar material terbaik, "berhala", terus-menerus mengalir dari mereka. Ini "berhala" ada sama objektifnya dengan hal-hal itu sendiri yang memancarkannya. Kita hidup secara langsung bukan di antara benda-benda itu sendiri, tetapi di antara gambar-gambar mereka, yang terus-menerus berkerumun di sekitar kita, itulah sebabnya kita dapat mengingat objek yang hilang: mengingat, kita cukup memperhatikan gambar objek yang ada secara objektif. Gambar-gambar ini berdarah, atau mengelupas, dari berbagai hal. Dua kasus mungkin terjadi di sini. Dalam kasus pertama, gambar terkelupas dalam urutan stabil tertentu dan mempertahankan urutan dan posisi yang mereka miliki dalam padatan dari mana mereka dipisahkan. Gambar-gambar ini menembus organ-organ indera kita, dan dalam hal ini, persepsi indrawi dalam arti kata yang tepat muncul. Dalam kasus kedua, gambar-gambar itu dibawa di udara dalam isolasi, seperti jaring, dan kemudian mereka menembus kita, tetapi tidak ke indra, tetapi ke dalam pori-pori tubuh kita. Jika pada saat yang sama mereka terjalin, maka sebagai akibat dari persepsi seperti itu, representasi individu dari berbagai hal muncul dalam pikiran. " Dan setiap ide yang kita peroleh dengan menggenggam dengan pikiran atau indera,- Epicurus menjelaskan kepada Herodotus, - gagasan tentang suatu bentuk atau sifat-sifat esensial, [representasi] ini adalah bentuk [atau sifat-sifat] benda padat, gagasan yang muncul sebagai akibat dari pengulangan gambar atau sisa gambar [an kesan disusun oleh gambar] ».

Konsep, atau, pada kenyataannya, representasi umum, muncul atas dasar representasi tunggal. Mereka tidak dapat diidentifikasi dengan representasi logis atau bawaan. Menjadi jelas, persepsi, serta ide umum, selalu benar dan selalu mencerminkan realitas dengan benar. Bahkan gambar fantasi, atau representasi fantastis, tidak bertentangan dengan ini, dan mereka mencerminkan kenyataan, meskipun bukan yang mencerminkan persepsi indra kita.

Oleh karena itu, persepsi indrawi dan representasi umum berdasarkan mereka yang pada akhirnya menjadi kriteria pengetahuan: “Jika Anda bergumul dengan semua persepsi indera, maka Anda tidak akan memiliki apa pun yang dapat Anda rujuk ketika menilai apa yang Anda katakan salah”. Semua kriteria, kecuali sensasi, adalah sekunder di Epicurus. Menurutnya, pengetahuan "mengantisipasi" sensasi adalah pengetahuan yang sudah kita terima dari sensasi. Dengan demikian, pengetahuan semacam itu tidak mengantisipasi sensasi, bukan pengalaman secara umum, tetapi hanya pengalaman baru, yang memungkinkan kita untuk lebih mengorientasikan diri kita di dunia di sekitar kita, untuk mengenali objek yang serupa dan berbeda. Antisipasi adalah jejak, yang bayangannya adalah sensasi.

Khayalan(atau kepalsuan) muncul dari penilaian atau pendapat yang menegaskan sesuatu sebagai kenyataan yang dianggap milik persepsi itu sendiri (dalam arti kata yang sebenarnya), meskipun ini sebenarnya tidak dikonfirmasi oleh persepsi atau dibantah oleh proposisi lain. Menurut Epicurus, sumber delusi, atau kesalahan semacam itu, terletak pada kenyataan bahwa dalam penilaian kita, kita merujuk representasi kita bukan pada realitas yang sebenarnya terhubung dengan persepsi kita, tetapi pada yang lain. Ini terjadi, misalnya, ketika kita menghubungkan representasi fantastis centaur, yang muncul sebagai hasil dari kombinasi atau jalinan gambar manusia dan kuda, dengan realitas yang dirasakan oleh indra kita, dan bukan dengan gambar, atau “ vidik” (eidos), yang menembus ke dalam pori-pori “tubuh kita dan dijalin dari bagian-bagian kuda dan manusia. " Kebohongan dan kesalahan Epicurus menjelaskan, selalu terletak pada tambahan yang dibuat oleh pikiran [pada persepsi indrawi] tentang apa yang menunggu konfirmasi atau non-penyangkalan, tetapi yang kemudian tidak dikonfirmasi [atau disangkal]"(Surat untuk Herodotus). Di tempat yang sama, Epicurus lebih lanjut menjelaskan: Sebaliknya, tidak akan ada kesalahan jika kita tidak menerima dalam diri kita beberapa gerakan lain, meskipun berhubungan [dengan aktivitas representasi], tetapi memiliki perbedaan. Karena [gerakan] ini, jika tidak dikonfirmasi atau disangkal, kepalsuan muncul, dan jika dikonfirmasi atau tidak disangkal, kebenaran [muncul]." Jadi, indra tidak salah - pikiran salah, dan ini berarti teori pengetahuan Epicurus menderita absolutisasi sensasionalisme, karena ia bahkan mengklaim bahwa penglihatan orang gila dan orang yang tidur juga benar.

Fisika Epicurus

Menurut penjelasan yang diberikan di atas, etika Epicurus membutuhkan dukungan materialistis, independen dari agama dan mistisisme, fisika. Fisika semacam itu ternyata baginya materialisme atomistik Democritus, yang dia terima dengan beberapa perubahan penting. Dalam sebuah surat kepada Herodotus, Epicurus menerima sebagai awal dua posisi fisik yang tidak dapat diakses oleh indra: 1) “Tidak ada yang datang dari yang tidak ada: [jika memang demikian, maka] segala sesuatu akan datang dari segala sesuatu, tidak sedikit pun yang membutuhkan benih. Dan [sebaliknya], jika yang lenyap binasa, [melewati] ke dalam yang tidak ada. , maka segala sesuatu akan binasa, karena tidak akan ada yang diperbolehkan” ; 2) "Alam semesta selalu seperti sekarang, dan akan selalu, karena tidak ada yang berubah: karena selain Semesta tidak ada yang bisa masuk ke dalamnya dan membuat perubahan."

Premis-premis ini sudah diterima di zaman kuno oleh Eleatics (Parmenides, Zeno dan Melissus), serta oleh mereka yang ingin, berdasarkan ajaran Eleatics tentang makhluk abadi dan tidak berubah, untuk menjelaskan keragaman dan pergerakan di dunia: Empedocles, Anaxagoras dan materialis atomistik.

Untuk menjelaskan gerakan, Leucippus dan Democritus diterima, bersama dengan makhluk jasmani, non-makhluk, atau kekosongan. Epicurus juga menerima doktrin ini: ia juga mengklaim alam semesta terdiri dari tubuh dan ruang, yaitu kekosongan. Keberadaan tubuh ditegaskan oleh sensasi, keberadaan kekosongan - oleh fakta bahwa tanpa gerakan kekosongan tidak mungkin, karena objek tidak memiliki tempat untuk bergerak. “Alam semesta terdiri dari tubuh dan ruang; tubuh itu ada, ini dibuktikan dengan perasaan yang ada pada semua orang, atas dasar itu perlu untuk menilai dengan memikirkan yang paling dalam, seperti yang saya katakan sebelumnya. Dan jika tidak ada apa yang kita sebut kekosongan, tempat yang tidak dapat diakses yang disentuh oleh alam, maka tubuh tidak akan memiliki tempat dan tempat untuk bergerak, karena mereka jelas bergerak ... "

Tubuh memiliki sifat permanen (bentuk, ukuran, berat) dan sementara.

Epicurus juga mengikuti Democritus dalam ajaran bahwa tubuh mewakili atau koneksi tubuh, atau dari apa senyawanya terbentuk. " Di antara benda-benda itu, ada yang merupakan senyawa, dan ada pula yang darinya senyawa terbentuk. Yang terakhir ini tidak dapat dibagi dan tidak dapat diubah, jika semuanya tidak boleh dimusnahkan menjadi tidak ada, tetapi sesuatu harus tetap kuat selama penguraian senyawa ... Jadi, perlu bahwa prinsip pertama adalah sifat tubuh (zat) yang tidak dapat dibagi .. . " Senyawa terbentuk dari benda padat yang sangat kecil dan tidak dapat dibagi, "tidak dipotong", yang berbeda tidak hanya, seperti dalam Democritus, dalam bentuk dan ukuran, tetapi juga dalam berat. Perbedaan berat antara atom adalah fitur pembeda penting dari fisika atomistik Epicurus dan antisipasi karakterisasi mereka dalam materialisme atomistik terbaru.

Mengklaim atom tidak dapat dibagi, Epicurus, seperti Democritus, menyangkal pembagian tubuh yang tak terbatas. Asumsi tentang keterpecahan seperti itulah yang menjadi dasar argumen yang diajukan oleh mahasiswa Parmenides, Eleatus Zeno, melawan keberadaan banyak orang, melawan keterpecahan makhluk dan melawan gerakan. Pada saat yang sama, Epicurus mengakui bagian atom yang minimal, atau terkecil, dan dengan demikian membedakan sifat fisik atom yang tidak dapat dibagi dari sifat matematika yang tidak dapat dibagi.

Sifat dasar atom adalah gerakan. Atom selamanya bergerak melalui kehampaan dengan kecepatan yang sama untuk semua. Dalam gerakan ini, beberapa atom berada pada jarak yang sangat jauh satu sama lain, sementara yang lain terjalin satu sama lain dan melakukan gerakan bergetar dan berosilasi, "jika mereka dibawa ke posisi miring oleh belitan, atau jika mereka ditutupi oleh mereka yang memiliki kemampuan untuk terjalin." Adapun sifat gerakan itu sendiri, menurut Epicurus, berbeda dari gerakan atom di Democritus. Fisika Democritus sangat deterministik; kemungkinan peluang ditolak di dalamnya. "Rakyat, Democritus mengatakan, menemukan idola kesempatan untuk menutupi ketidakberdayaan mereka dalam penalaran. Sebaliknya, fisika Epicurus, menurutnya, harus mendukung kemungkinan kehendak bebas dan imputasi tindakan orang. " Memang, kata Epicurus, akan lebih baik mengikuti mitos para dewa daripada menjadi budak nasib para fisikawan: mitos [setidaknya] memberi petunjuk tentang harapan mendamaikan para dewa dengan menyembah mereka, dan takdir mengandung keniscayaan" .

Setelah menyatakan dalam etika prinsip kebebasan, tidak tunduk pada nasib, atau keharusan, penentuan kehendak, Epicurus menciptakan dalam fisika doktrin Gratis defleksi atom dari apa yang terjadi karena kebutuhan untuk gerakan bujursangkar. Doktrin pembelokan spontan atom oleh Epicurus dibuktikan sekitar 100 AD. doksografer Aetius dan, seabad kemudian, Diogenes dari Enoand. Epicurus memperkenalkan hipotesis defleksi diri atom untuk menjelaskan tumbukan antar atom. Jika atom-atom tidak menyimpang dari jalurnya yang lurus, maka tumbukan maupun tumbukan benda-benda yang terbentuk dari mereka tidak akan mungkin terjadi. Tidak ada penyebab eksternal, tidak ada kebutuhan untuk penolakan diri, itu terjadi pada atom secara spontan. Ini adalah kebebasan minimum yang harus dimiliki dalam unsur-unsur mikrokosmos - dalam atom, untuk menjelaskan kemungkinannya dalam makrokosmos - dalam diri manusia.

Mengikuti prinsip-prinsip fisika atomistik ini, Epicurus membangun gambaran dunia, atau kosmologi. Alam semesta tidak memiliki batas baik oleh jumlah tubuh yang menghuninya, atau oleh kekosongan di mana mereka tinggal dan bergerak. Jumlah dunia yang terbentuk di alam semesta tidak terbatas, karena " Dan dengan jumlah tubuh, dan dengan ukuran kekosongan (ruang kosong) Semesta tidak terbatas. Karena jika kehampaan itu tidak terbatas, dan tubuh-tubuh itu terbatas [jumlahnya], maka tubuh-tubuh itu tidak akan berhenti di mana pun, tetapi akan bergegas menyebar melalui kekosongan yang tidak terbatas, karena mereka tidak akan memiliki tubuh lain yang akan menopang mereka dan menghentikan mereka dengan mundur. pukulan. Dan jika kekosongan dibatasi, maka tubuh yang tidak terbatas tidak akan memiliki tempat untuk berhenti. Selanjutnya, dunia tidak terbatas [jumlahnya], keduanya mirip dengan [dunia kita] ini, dan tidak serupa. Untuk atom, yang jumlahnya tak terbatas, seperti yang baru saja dibuktikan, buru-buru bahkan sangat jauh. Untuk atom seperti itu, dari mana dunia dapat dibentuk dan dengan mana ia dapat diciptakan, tidak digunakan baik untuk satu dunia, atau untuk sejumlah dunia terbatas, baik yang seperti [seperti milik kita], dan yang berbeda dari mereka. Oleh karena itu, tidak ada yang akan mencegah [pengakuan] jumlah dunia yang tidak terbatas ».

Semua dunia dan semua benda kompleks di dalamnya terpisah dari massa material, dan semuanya terurai seiring waktu dengan kecepatan yang berbeda. Tidak terkecuali disini jiwa. Dia juga tubuh yang terdiri dari partikel halus yang tersebar di seluruh tubuh kita, dan "seperti angin". Ketika tubuh membusuk, jiwa juga ikut membusuk, ia berhenti merasakan dan tidak ada lagi sebagai jiwa. Dan secara umum, tidak ada yang tidak berwujud yang dapat dipikirkan, kecuali kekosongan, kekosongan adalah " itu tidak dapat bertindak atau mengalami efek, tetapi hanya memberikan gerakan [kemungkinan gerakan] ke tubuh melalui dirinya sendiri. Jadi, Epicurus menyimpulkan, mereka yang mengatakan bahwa jiwa tidak berwujud berbicara omong kosong". Dalam semua pertanyaan astronomi dan meteorologi, Epicurus - tidak kurang dari doktrin pengetahuan - melekatkan kepentingan yang menentukan persepsi sensorik. « Untuk menjelajahi alam dia menjelaskan, tidak boleh berdasarkan asumsi [pernyataan] [pernyataan] dan ketentuan hukum [sewenang-wenang] kosong, tetapi harus menyelidikinya dengan cara seperti fenomena yang terlihat berteriak [membutuhkan]” .

Begitu besar kepercayaan Epicurus pada kesan sensorik langsung sehingga, bertentangan dengan, misalnya, pendapat Democritus, yang, mengandalkan pemrosesan pengamatan langsung, menganggap Matahari berukuran besar, Epicurus menyimpulkan tentang ukuran benda langit atas dasar bukan kesimpulan ilmiah, tetapi persepsi indrawi. Jadi, dia menulis kepada Pythocles: Dan besarnya Matahari, Bulan dan tokoh-tokoh lainnya, dari sudut pandang kami, adalah apa yang tampak: tetapi itu sendiri sedikit lebih terlihat, atau sedikit kurang, atau sama.”. Epicurus menganggap metode analogi yang didasarkan pada mempertimbangkan data dan fenomena persepsi indrawi sebagai cara yang dapat diandalkan untuk menghindari pemalsuan fantastis ketika mempelajari fenomena alam. Analogi yang masuk akal seperti itu, pikirnya, dapat memberikan lebih banyak ketenangan pikiran daripada beralih ke teori yang saling bertentangan dan eksklusif.

Metode penelitian semacam itu tidak memungkinkan hanya satu, tetapi banyak penjelasan yang mungkin dan mungkin. Dia mengizinkan, seolah-olah, pluralisme epistemologis, bahwa setiap fenomena dapat memiliki beberapa penjelasan (misalnya, gerhana Matahari dan Bulan dapat terjadi baik sebagai akibat dari kepunahan tokoh-tokoh ini, dan sebagai akibat dari pengaburan mereka oleh benda lain. Satu-satunya syarat yang ditetapkan untuk mereka adalah kealamian tanpa syarat mereka, tidak adanya asumsi supernatural, kekuatan ilahi, dan kebebasan penuh dari kontradiksi dengan data persepsi indera yang diketahui dari pengalaman.Berbicara tentang metode penelitian para filsuf Epicurean sekolah, Epicurus menjelaskan kepada Pythocles: "Mereka (yaitu, fenomena langit) memungkinkan beberapa (lebih dari satu) alasan untuk munculnya sendiri dan beberapa penilaian tentang keberadaan seseorang (sifatnya sendiri) yang konsisten dengan persepsi indera. tempat, Epicurus secara langsung menolak upaya untuk memberikan fenomena yang kompleks dan tidak dapat dipahami yang diamati di alam satu penjelasan: “Tetapi untuk memberikan satu (tunggal) penjelasan untuk fenomena ini - layak hanya bagi mereka yang ingin menipu orang banyak. " Pluralitas penjelasan tidak hanya memuaskan keingintahuan teoretis, tidak hanya menjelaskan gambaran fisik dan mekanisme fisik fenomena. Ini berkontribusi pada tugas utama pengetahuan - itu membebaskan jiwa dari kecemasan dan ketakutannya yang menindas. “Hidup kita tidak lagi membutuhkan keyakinan yang tidak masuk akal dan pendapat yang tidak berdasar, tetapi kita hidup tanpa kecemasan. Jadi, segala sesuatu (semua kehidupan) terjadi tanpa kejutan dalam kaitannya dengan segala sesuatu yang dapat dijelaskan dengan berbagai cara sesuai dengan fenomena yang terlihat, ketika mereka mengizinkan, sebagaimana mestinya, pernyataan yang masuk akal [meyakinkan] tentangnya. Tetapi jika seseorang meninggalkan satu hal, dan membuang yang lain, yang sama-sama konsisten dengan fenomena yang terlihat, ia jelas meninggalkan bidang studi ilmiah apa pun tentang alam dan turun ke bidang mitos.

Etika Epicurus

Aristippus mendefinisikan kesenangan sebagai keadaan kenikmatan positif yang dihasilkan oleh gerakan yang merata. Epicurus, setidaknya dalam tulisan-tulisan yang sampai kepada kita, mendefinisikan kesenangan sebagai tanda negatif - sebagai tidak adanya penderitaan. "Batas kesenangan, - Epicurus menjelaskan kepada Menekey, - adalah penghapusan semua penderitaan, dan di mana ada kesenangan, tidak ada rasa sakit atau kesedihan, atau keduanya, sementara ada kesenangan.

Prinsip atau tujuan etika Epicurus, menurut pernyataannya sendiri, tidak ada hubungannya dengan teori kesenangan, atau hedonisme, yang sering membingungkannya. "Ketika kita berbicara, Epicurus menjelaskan kepada Menekey, bahwa kesenangan adalah tujuan akhir, maka yang kami maksudkan bukanlah kesenangan dari kebebasan dan bukan kesenangan yang terdiri dari kesenangan indria, seperti yang dipikirkan beberapa orang, yang tidak tahu atau tidak setuju atau salah paham, tetapi yang kami maksud adalah kebebasan dari penderitaan tubuh dan kecemasan mental. ”. Melalui pembebasan dari merekalah tujuan hidup bahagia tercapai - kesehatan tubuh dan ketenangan jiwa (ataraxia)

Epicurus membedakan antara dua jenis kesenangan: kesenangan istirahat dan kesenangan bergerak. Dari jumlah tersebut, ia menganggap kesenangan kedamaian (tidak adanya penderitaan tubuh) sebagai yang utama.

Epicurus melihat kesenangan dengan cara ini sebagai kriteria perilaku manusia. "Kita mulai dengan dia, dia menulis kepada Menekey, setiap pilihan dan penghindaran; kita kembali ke sana, menilai dari perasaan batin, sebagai ukuran, tentang setiap kebaikan.

Mengambil kesenangan sebagai kriteria kebaikan tidak berarti bahwa seseorang harus menikmati kesenangan apa pun. Aristippus Cyrenaic sudah mengatakan bahwa pilihan diperlukan di sini dan kehati-hatian diperlukan untuk menerima kesenangan sejati. Pada tingkat yang lebih besar, Epicurus menganggap kehati-hatian sebagai kebaikan terbesar, bahkan lebih besar dari filsafat itu sendiri: “Semua kebajikan lain berasal dari kehati-hatian: ia mengajarkan bahwa seseorang tidak dapat hidup dengan nyaman tanpa hidup secara wajar, bermoral dan adil, dan sebaliknya, seseorang tidak dapat hidup secara wajar, bermoral dan adil tanpa hidup dengan menyenangkan.”

Epicurus membangun klasifikasi kesenangannya pada poin-poin ini. Dia membagi keinginan menjadi alami dan absurd (kosong). Pada gilirannya, yang alami dibagi menjadi yang alami dan perlu, dan yang, karena alami, pada saat yang sama tidak diperlukan: “Harus diperhitungkan bahwa ada keinginan: beberapa alami, yang lain kosong, dan dari yang alami, beberapa diperlukan, sementara yang lain hanya alami; dan dari yang perlu, beberapa diperlukan untuk kebahagiaan, yang lain untuk kebahagiaan. kedamaian tubuh, dan hal-hal lain untuk kehidupan itu sendiri. Pertimbangan bebas kesalahan dari fakta-fakta ini, dengan setiap pilihan dan penghindaran, dapat berkontribusi pada kesehatan tubuh dan ketenangan jiwa, karena ini adalah tujuan dari kebahagiaan. hidup: lagipula, untuk ini kita melakukan segalanya, tepatnya agar tidak menderita atau cemas ... Kita membutuhkan kesenangan ketika kita menderita karena kurangnya kesenangan, dan ketika kita tidak menderita, kita tidak lagi membutuhkan kesenangan . Itu sebabnya kami menyebut kesenangan sebagai awal dan akhir dari kehidupan yang bahagia ... " Jadi, Epicurus memanggil untuk memenuhi hanya kebutuhan alami dan perlu, dan alami, tetapi tidak perlu atau, dan bahkan lebih buatan, dibuat-buat, ia menuntut untuk dibiarkan tanpa kepuasan.

Epicurus mengeksplorasi pendapat yang mengganggu seseorang dan menemukan mereka terutama dalam tiga jenis ketakutan: takut fenomena surgawi, dewa dan kematian. Seluruh ajaran ateistik Epicurus ditujukan untuk mengatasi ketakutan ini.

Dalam beberapa kasus, perlu untuk menghindari kesenangan dan memilih atau lebih memilih penderitaan: Karena kesenangan adalah yang pertama dan kebaikan bawaan bagi kita, oleh karena itu kita tidak memilih setiap kesenangan, tetapi kadang-kadang kita mengabaikan banyak kesenangan ketika mereka diikuti oleh ketidaknyamanan yang besar bagi kita: kita juga menganggap banyak penderitaan lebih baik daripada kesenangan ketika kesenangan yang lebih besar datang. bagi kami, setelah sekian lama kami menanggung penderitaan. Dengan demikian. setiap kesenangan, secara alami kekerabatan dengan kami. itu baik, tetapi tidak semua kesenangan harus dipilih, sama seperti semua penderitaan adalah jahat, tetapi tidak semua penderitaan harus dihindari.

Pada saat yang sama, Epicurus menganggap penderitaan jiwa lebih buruk daripada penderitaan tubuh: tubuh menderita hanya karena saat ini, sedangkan jiwa menderita bukan hanya karena ini, tetapi juga karena masa lalu dan masa depan; karenanya, Epicurus menganggap kesenangan jiwa lebih penting.

Etika Epicurus cukup individualistis. Persyaratan utamanya adalah "hidup tanpa diketahui". Individualismenya tidak bertentangan dengan pujian Epicurus tentang persahabatan. Meskipun persahabatan dicari untuk kepentingannya sendiri, itu dihargai untuk keamanan yang dibawanya dan, pada akhirnya, untuk ketenangan jiwa. Dalam Pikiran Utama, Epicurus menyatakan: “Keyakinan yang sama yang memberi kita keberanian bahwa tidak ada hal buruk yang abadi atau abadi, juga melihat bahwa keamanan, bahkan dalam keberadaan kita yang terbatas, diwujudkan sepenuhnya melalui persahabatan” .

Dari sini jelas bahwa pandangan dunia etis Epicurus adalah utilitarianisme. Ini sesuai dengan doktrin asal mula keadilan dari kontrak: "Keadilan, yang berasal dari alam, adalah kontrak untuk yang berguna - dengan tujuan untuk tidak saling menyakiti dan tidak menanggung kerugian." Dan di tempat lain: "Keadilan bukanlah sesuatu dalam dirinya sendiri, tetapi dalam hubungan orang satu sama lain di tempat mana pun, selalu ada semacam kesepakatan untuk tidak menyakiti dan tidak kehilangan bahaya" .

Sebagai hasil kesepakatan, kesepakatan antara orang-orang, resep keadilan dalam isinya adalah karena karakteristik pribadi kehidupan mereka: “Pada umumnya, keadilan itu sama untuk semua, karena itu adalah sesuatu yang berguna dalam pergaulan orang satu sama lain; tetapi sehubungan dengan karakteristik individu negara dan keadaan lain apa pun, keadilan tidak sama untuk semua orang. .

Ateisme Epicurus

Epicurus menganggap ide-ide biasa tentang para dewa tidak saleh. Memikirkan bahwa para dewa prihatin dengan apa yang terjadi di dunia berarti menyangkal bahwa mereka diberkati, dan menghubungkan mereka dengan kualitas manusia seperti kemarahan, ketakutan, belas kasihan; tetapi "kepedulian, kemarahan, belas kasihan tidak sesuai dengan kebahagiaan, tetapi muncul dari kelemahan, ketakutan, dan kebutuhan akan orang lain." Para dewa, kata Epicurus, benar-benar bahagia, berada dalam ketenangan total bukan di dunia, tetapi di antara dunia di Semesta, di antardunia. “Pertama, percayalah bahwa Tuhan adalah makhluk yang abadi dan diberkati, sesuai dengan gagasan umum yang digariskan tentang Tuhan, dan jangan menganggapnya sesuatu yang asing dengan keabadiannya atau tidak sesuai dengan kebahagiaannya; tetapi bayangkan segala sesuatu tentang Tuhan yang dapat melestarikannya. berkah, bersatu dengan keabadian. Ya, ada dewa: pengetahuan tentang mereka adalah fakta yang jelas. Tetapi mereka tidak seperti yang dibayangkan orang banyak, karena orang banyak tidak terus-menerus mempertahankan gagasan mereka tentang mereka. Bukan orang yang tidak saleh yang menghilangkan dewa-dewa kerumunan, tetapi dia yang menerapkan dewa-dewa representasi kerumunan: karena pernyataan orang banyak tentang para dewa bukanlah konsep alami, tetapi dugaan palsu, yang menurutnya para dewa mengirim kerugian terbesar bagi orang jahat, dan manfaat bagi orang baik. baik, tetapi segala sesuatu yang tidak seperti itu dipandang sebagai asing, "- Epicurus berbicara kepada Menekey.

Epicurus mengakui keberadaan para dewa, menganggap pengetahuan tentang makhluk ini sudah jelas, dan bahkan berpendapat bahwa para dewa menikmati kehidupan yang bahagia di tempat tinggal mereka. Tapi dia memberi tempat kepada para dewa bukan di dunia kita, atau di dunia lain yang tak terhitung jumlahnya yang memenuhi alam semesta. Para dewa hidup di celah kosong antara dunia ("metakosmia") dan menjalani kehidupan yang bahagia di sana, tanpa sedikit pun mempengaruhi kehidupan duniawi kita, keberadaan manusia. Mereka tidak dapat membantu seseorang atau menyakitinya dengan campur tangan mereka.

Dengan megahnya mengawal para dewa ke beberapa interworlds, dengan doktrin kematiannya, Epicurus berpikir untuk menyelamatkan orang-orang dari apa yang dia anggap sebagai hambatan utama bagi keberadaan mereka yang tenang, mirip dengan keberadaan para dewa. Berpikir untuk mengajar orang mengatasi rasa takut akan kematian, Epicurus mengajarkan bahwa kematian tidak boleh ditakuti karena dua alasan. Pertama, jiwa tidak memiliki kehidupan setelah kematian, jiwa adalah fana, dan oleh karena itu tidak ada yang mengganggu diri sendiri dengan pemikiran tentang apa yang akan terjadi setelah kematian itu sendiri. Kedua, kematian dan kehidupan tidak pernah bertemu: selama kita hidup, tidak ada kematian, dan ketika kita mati, tidak ada kehidupan. "Biasakan diri Anda pada gagasan bahwa kematian tidak ada hubungannya dengan kita. Lagi pula, segala sesuatu yang baik dan buruk terletak pada sensasi, dan kematian adalah hilangnya sensasi. Oleh karena itu, pengetahuan yang benar bahwa kematian tidak ada hubungannya dengan kita membuat kematian hidup yang menyenangkan, bukan karena menambah jumlah waktu yang tak terbatas, tetapi karena menghilangkan dahaga akan keabadian. Dan memang, tidak ada yang mengerikan dalam hidup bagi orang yang telah memahami dengan sepenuh hatinya (cukup yakin) bahwa ada tidak ada yang mengerikan dalam kehidupan.Jadi, bodohnya dia yang mengatakan bahwa dia takut mati, bukan karena itu akan menyebabkan penderitaan ketika itu datang, tetapi karena itu menyebabkan penderitaan bagi mereka yang datang: karena jika sesuatu tidak mengganggu kehadirannya, maka Sia-sia berduka ketika masih diharapkan.Jadi kejahatan terburuk, kematian, tidak ada hubungannya dengan kita, karena ketika kita ada, kematian belum ada, dan ketika kematian hadir, maka kita tidak ada. mengenakan tidak untuk yang hidup atau yang mati, karena untuk beberapa itu tidak ada, sementara yang lain tidak ada lagi.

Orang-orang dari kerumunan sekarang menghindari kematian sebagai kejahatan terbesar, sekarang mendambakannya sebagai jeda dari kejahatan kehidupan. Dan orang bijak tidak menghindar dari kehidupan, tetapi dia tidak takut akan kematian, karena hidup tidak mengganggunya, dan tidak hidup tampaknya bukan semacam kejahatan. Sama seperti dia memilih makanan yang sama sekali tidak paling banyak, tetapi yang paling menyenangkan, demikian pula dia menikmati waktu yang bukan yang paling lama, tetapi yang paling menyenangkan ... "

Cicero mengatakan bahwa Epicurus "ke tanah dia menghancurkan seluruh agama ... dengan ajarannya dia menjungkirbalikkan kuil dan altar para dewa abadi."

Pandangan Epicurus tentang asal usul bahasa

Prinsip kontraktual mendominasi Epicurus dalam doktrin keadilan. Epicurus berangkat darinya dalam doktrinnya tentang asal usul bahasa.

Ketika menjelaskan tahap awal pembentukan bahasa, ia menyangkal prinsip kontraktual, tetapi memperkenalkan kembali prinsip kontraktual (konvensionalitas) untuk menjelaskan tahap selanjutnya dari perkembangan bahasa, ketika seseorang memberi nama pada objek baru dan ketika tugas membebaskan bahasa dari ambiguitas. (amfibi) muncul.

Kata-kata aslinya, menurut Epicurus, adalah gerakan bicara yang dihasilkan oleh perasaan dan kesan sesuatu. . Nama awalnya diberikan untuk hal-hal Epicurus menjelaskan, bukan dengan persetujuan [dengan persetujuan], tetapi karena setiap orang memiliki perasaan khusus sendiri dan menerima kesan khusus sendiri, sifat manusia itu sendiri dipancarkan, masing-masing dengan caranya sendiri yang khusus, udara terbentuk di bawah pengaruh setiap perasaan dan kesan, dan perbedaan antara orang-orang juga mempengaruhi tergantung pada tempat tinggal mereka. Selanjutnya, setiap orang, dengan kesepakatan bersama, diberi nama khusus mereka sendiri untuk hal-hal untuk membuat satu sama lain sebutan verbal kurang ambigu dan diungkapkan lebih ringkas.

Kata Mutiara Epicurus

DARI PIKIRAN UTAMA

I. Jika kita sama sekali tidak terganggu oleh kecurigaan tentang fenomena langit dan kecurigaan tentang kematian bahwa itu ada hubungannya dengan kita, serta kesalahpahaman tentang batas penderitaan dan nafsu, maka kita tidak perlu mempelajari alam.

II. Meskipun keamanan dari orang-orang tercapai sampai batas tertentu karena beberapa kekuatan yang menghilangkan [orang yang mengganggu] dan kekayaan (wealth), tetapi keamanan yang sebenarnya datang dari kehidupan yang tenang dan ketersingkiran dari keramaian.

AKU AKU AKU. Berkenaan dengan semua makhluk hidup yang tidak dapat membuat perjanjian untuk tidak saling menyakiti dan tidak menderita kerugian, tidak ada yang adil atau tidak adil; sama halnya dengan semua orang yang tidak dapat atau tidak ingin membuat perjanjian untuk tidak menyakiti dan tidak menderita kerugian.

IV. Keadilan itu sendiri bukanlah sesuatu, tetapi dalam pergaulan orang-orang satu sama lain di tempat mana pun selalu ada semacam kesepakatan untuk tidak menyakiti dan tidak menanggung kerugian.

V. Jika tindakan yang diakui adil, ketika keadaan berubah, ternyata dalam praktiknya tidak sesuai dengan gagasan keadilan yang wajar, maka tindakan ini tidak adil. Tetapi jika, dengan perubahan keadaan, tindakan yang sama yang dianggap adil tidak lagi berguna, maka tindakan itu tepat ketika berguna untuk komunikasi timbal balik sesama warga negara, tetapi kemudian, setelah berhenti berguna, tidak lagi berguna. lebih lama saja.

DARI "KOLEKSI KATA VATIKAN"

I. Kebutuhan adalah bencana, tetapi tidak perlu hidup dengan kebutuhan.

II. Setiap persahabatan diinginkan demi dirinya sendiri, dan dimulai dari kegunaan.

AKU AKU AKU. Mimpi tidak memiliki sifat ilahi dan hal-hal yang berkuasa; mereka datang dari arus masuk [ke dalam manusia] gambar-gambar.

V. Seseorang harus tertawa dan berfilsafat, dan pada saat yang sama mengurus rumah tangga dan menggunakan semua kemampuan lain dan tidak pernah berhenti mengucapkan kata kerja filsafat yang benar.

VI. Studi tentang alam tidak menghasilkan orang-orang yang sombong dan fasih dan yang tidak memamerkan pendidikan, objek persaingan di mata orang banyak, tetapi orang-orang yang berani, puas dengan diri mereka sendiri, bangga dengan keuntungan pribadi mereka, dan tidak manfaat yang diberikan kepada mereka oleh keadaan.

VII. Tidak ada yang harus iri: orang baik tidak pantas iri, dan orang jahat, semakin bahagia mereka, semakin mereka menyakiti diri sendiri.

VIII. Bukan perut yang tak terpuaskan, seperti yang dikatakan orang banyak, melainkan anggapan keliru tentang perut sebagai sesuatu yang tak ada batasnya untuk mengenyangkan.

IX. Adalah bodoh untuk meminta kepada para dewa apa yang dapat diberikan seseorang kepada dirinya sendiri.

X. Buah terbesar dari kepuasan dengan diri sendiri (pembatasan keinginan) adalah kebebasan.

Kesimpulan

Filosofi Epicurus adalah ajaran materialistis terbesar dan paling konsisten dari Yunani kuno setelah ajaran Leucippus dan Democritus. Epicurus berbeda dari para pendahulunya dalam memahami tugas filsafat dan cara-cara yang mengarah pada solusi tugas ini. Tugas utama dan terakhir filsafat Epicurus mengakui penciptaan etika - doktrin perilaku yang dapat mengarah pada kebahagiaan. Tetapi masalah ini dapat diselesaikan, pikirnya, hanya dalam kondisi khusus: jika tempat yang ditempati seseorang - partikel alam - di dunia diselidiki dan diklarifikasi. Etika yang benar mengandaikan pengetahuan yang benar tentang dunia. Oleh karena itu, etika harus didasarkan pada fisika, yang berisi, sebagai bagiannya dan sebagai hasil terpentingnya, doktrin manusia. Etika didasarkan pada fisika, antropologi didasarkan pada etika. Pada gilirannya, pengembangan fisika harus didahului dengan penelitian dan penetapan kriteria kebenaran pengetahuan.

Baru dan orisinal adalah gagasan Epicurus tentang hubungan terdekat antara etika dan fisika, tentang persyaratan teoritis etika oleh fisika.

Konsep kebebasan menjadi pusat konsep yang menghubungkan fisika Epicurus dengan etikanya. Etika Epicurus adalah etika kebebasan. Epicurus menghabiskan seluruh hidupnya dalam perjuangan melawan ajaran etika yang tidak sesuai dengan konsep kebebasan manusia. Ini menempatkan Epicurus dan seluruh sekolahnya dalam keadaan perjuangan terus-menerus dengan sekolah Stoic, meskipun sejumlah konsep dan ajaran umum untuk kedua sekolah materialistis ini. Menurut Epicurus, doktrin kebutuhan kausal dari semua fenomena dan semua peristiwa alam, yang dikembangkan oleh Democritus dan diterima oleh Epicurus, tidak boleh mengarah pada kesimpulan bahwa kebebasan tidak mungkin bagi seseorang dan bahwa seseorang diperbudak oleh kebutuhan. (takdir, takdir, takdir). Dalam kerangka kebutuhan, jalan menuju kebebasan harus ditemukan dan ditunjukkan untuk perilaku.

Pria ideal Epicurean (sage) berbeda dari orang bijak dalam penggambaran Stoa dan skeptis. Berbeda dengan skeptis, Epicurean memiliki keyakinan yang kuat dan bijaksana. Berbeda dengan Stoic, Epicurean tidak pasif. Gairah dikenalnya (walaupun dia tidak akan pernah jatuh cinta, karena cinta memperbudak). Berbeda dengan Sinis, Epicurean tidak akan menantang dan membenci persahabatan, sebaliknya, Epicurean tidak akan pernah meninggalkan teman dalam kesulitan, dan jika perlu, dia akan mati untuknya. Seorang epicurean tidak akan menghukum budak. Dia tidak akan pernah menjadi seorang tiran. Epicurean tidak merendahkan diri di hadapan takdir (seperti yang dilakukan Stoic): ia memahami bahwa dalam hidup satu hal benar-benar tak terhindarkan, tetapi yang lain tidak disengaja, dan yang ketiga bergantung pada diri kita sendiri, pada kehendak kita. Epicurean bukanlah seorang fatalis. Dia bebas dan mampu melakukan tindakan spontan yang independen, dalam hal ini serupa dengan atom dengan spontanitasnya.

Akibatnya, etika Epicurus ternyata menjadi doktrin yang menentang takhayul dan semua kepercayaan yang merendahkan martabat manusia. Bagi Epicurus, kriteria kebahagiaan (mirip dengan kriteria kebenaran) adalah perasaan senang. Kebaikan adalah apa yang menimbulkan kesenangan, kejahatan adalah apa yang menimbulkan penderitaan. Pengembangan doktrin jalan yang membawa manusia menuju kebahagiaan harus didahului dengan penghapusan segala sesuatu yang berdiri di jalan ini.

Doktrin Epicurus adalah aliran materialistis besar terakhir dari filsafat Yunani kuno. Otoritasnya - teoretis dan moral - hebat. Zaman kuno akhir sangat menjunjung tinggi struktur pemikiran, karakter dan ketat, sedang, berbatasan dengan gaya hidup asketisme dan perilaku Epicurus. Bahkan kontroversi tajam dan permusuhan yang tidak dapat didamaikan yang selalu dilakukan oleh kaum Stoa terhadap ajaran Epicurus tidak dapat membayangi mereka. Epicureanisme berdiri kokoh di bawah serangan mereka, dan ajarannya dipertahankan dengan ketat dalam konten aslinya. Itu adalah salah satu sekolah materialistis kuno yang paling ortodoks.

Daftar literatur yang digunakan

1. Chanyshev A.N. Filsafat Dunia Kuno: Buku teks untuk universitas.-M.: Vyssh.shk, 2001

2. V.F. Asmus. filsafat kuno.

3. Situs www.phylosofy.ru: surat Epicurus kepada Menekey, Herodotus

kutip oleh: Lucretius. Tentang sifat benda. M., 1983. C 315

Dari surat untuk Herodotus

Dari surat untuk Mekenei

Dari surat untuk Mekenei

Kepribadian sensitif di abad ke-19 mengalami proses feminisasi, ditutupi dengan sentuhan keseharian atau sentimentalitas, tetapi tetap ada area profesional di mana pria sensitif mempertahankan identitas maskulinnya. Ini adalah seni, sains, dan, khususnya, bidang penemuan yang sempit. Contoh nyata dari hal ini adalah Alfred Nobel dan Rudolf Di-Zel. Reseptivitas saraf demikian terkait? kreativitas intelektual (dan selanjutnya - dengan segala macam Kreativitas).

Tipe ini dalam banyak hal menyerupai melankolis klasik, yang juga memiliki status intelektual yang tinggi di mata masyarakat. Dalam sejarah melankolis, para pemikir selalu dilihat sebagai orang yang mudah terluka dan rentan. Konsumsi energi mental (bukan fisik!) yang tinggi menguras kepribadian.

Kaum intelektual sering menegaskan kesimpulan ini dengan menunjukkan kepada publik tubuh lemah yang hipersensitif, seperti pahlawan novel Proust, Thomas Mann, Henry James atau Rainer Maria Rilke.

Hubungan antara intelek dan berbagai bentuk pemurnian tubuh juga menemukan ekspresi dalam tradisi pertapa, dan terutama dalam manifestasi melankolisnya - akedia. Bukti status intelektual yang tinggi dapat berupa disiplin diri yang bertele-tele (Kant), api batin yang melahap dan penggunaan narkoba (Freud), kelelahan mental (Max Weber) atau hipokondria (Nobel). Sensitivitas memanifestasikan dirinya dalam bentuk kepekaan terhadap bau, sensasi, pekerjaan, makanan, tidur, atau area lain dari kehidupan seseorang. Kadang-kadang dia tampak persis meniru hipokondria melankolis, menunjukkan persepsi dan intoleransi yang tinggi terhadap dunia di sekitarnya. Pengobatan populer telah mengidentifikasi gejala sensitivitas berikut: sakit kepala, perasaan berat di dada, insomnia, sesak napas, depresi dan kerewelan tanpa tujuan. Diyakini bahwa orang yang sensitif mewujudkan aspirasi utama peradaban modern dan kerentanannya, dan yang terakhir, jika tidak dibatasi dan dikendalikan, dapat berkembang menjadi penyakit.

Inilah bagaimana salah satu ide sentral zaman kita lahir: rasa sakit yang diekspresikan melalui tubuh lebih signifikan daripada rasa sakit jiwa. Saraf diberi fungsi baru, dan mereka mulai bertanggung jawab tidak hanya untuk perasaan, tetapi juga untuk psikosomatik.

Dalam praktiknya, kepekaan tubuh memiliki keuntungan besar. Itu memberi hak untuk menarik diri dari dunia, menandai kenaikan ke alam spiritual yang lebih tinggi dan menciptakan kondisi untuk konsentrasi batin. Selain itu, bisa menjelaskan penyimpangan dari norma yang berlaku umum, keengganan untuk menjadi seperti orang lain.

Contoh klasiknya adalah Charles Darwin. Mereka mengatakan bahwa kesehatannya buruk dan menderita "buket" kelemahan mental dan fisik 38 . Selain penyakit kronis, ia tersiksa oleh "kelelahan terus-menerus, terutama dari percakapan dan komunikasi." Dia menulis kata-kata ini pada usia 34 tahun. Perbedaan antara Darwin yang melangkah ke geladak Beagle pada usia 20 dan orang sakit dan lelah yang perannya dipilihnya sepuluh tahun kemudian sangat besar.

Banyak penulis biografi Darwin menjelaskan kepekaannya sebagai reaksi terhadap ajaran evolusionernya sendiri dan ketakutan akan konsekuensinya terhadap agama. Psikoanalis telah menawarkan daftar lengkap penjelasan yang berbeda, mulai dari kompleks Oedipus dan pemberontakan laten melawan ayah hingga kecenderungan sadomasokistik. Tetapi hipersensitivitas Darwin dapat dilihat secara berbeda - sebagai sumber daya dan bentuk perlindungan yang sangat sukses. Sensitivitas sistem pencernaan membebaskannya dari banyak pesta makan malam ("Saya lelah dengan aktivitas intelektual dan tidak bisa makan di luar"). Kesehatan yang buruk memungkinkannya untuk mengurangi perjalanan dan gerakan yang membosankan ("Setiap penyimpangan dari jadwal yang biasa membuat saya kehilangan kekuatan, setiap kunjungan ke London membuat saya gelisah"). Kelelahan mematikan yang mengikatnya setelah sepuluh menit kuliah melindunginya dari banyak undangan penting. Serangan pusing yang tiba-tiba, berguling-guling di Darwin selama percakapan dengan rekan-rekannya - Ernst Haeckel, Thomas Henry Huxley dan Charles Lyell *, memungkinkannya untuk menghindari diskusi ilmiah yang panas. “Penyakit ... menyelamatkan saya dari masalah kehidupan sosial dan sekuler,” Darwin sendiri berkomentar singkat.

Friedrich Nietzsche juga suka menunjukkan kepekaannya. Itu meluas ke semua bahasa Jerman, khususnya

Ernst Haeckel (1834-1919) - naturalis dan filsuf Jerman; Thomas Henry Huxley (atau Haeckel, 1825-1895) - ahli zoologi dan evolusionis Inggris; Charles Lyell (1797-1875) - naturalis Inggris, pendiri geologi modern.

untuk makanan Jerman (“sup sebelum makan malam ... daging rebus, sayuran matang berlemak dan bertepung”) 39 . Tapi itu juga tentang bahasa. “Nietzsche memiliki rasa bahasa dan gaya yang hampir bersifat fisik,” tulis salah satu penulis biografinya. Dia bereaksi terhadap kata-kata dengan gejala tubuh - pusing, gelisah, kelelahan dan muntah. (Menariknya, kepekaan pria sering kali berbentuk mual, muntah, atau dorongan untuk muntah.) Reaksi Nietzsche terhadap musik sama akutnya. Dia berulang kali mengalami serangan migrain setelah mendengarkan karya Richard Wagner. Ketika suatu malam seorang teman memainkan kutipan dari The Twilight of the Gods di piano di depannya, Nietzsche merasa tidak enak badan dan membuat seorang teman berjanji untuk tidak pernah menampilkan "musik Wagner yang gila dan menjijikkan" di depannya, karena dia, Nietzsche , "umumnya mengalami kesulitan mentransfer musik" 40 .

Marcel Proust menderita asma sejak kecil, sementara sepanjang hidupnya dia menggoda dan memamerkan kepekaannya. Di pernikahan saudaranya, misalnya, ia menarik perhatian semua orang dengan mengenakan tiga jas, beberapa pasang sarung tangan, dan melilitkan syal hangat di leher dan dadanya. Proust mengumumkan kepada para tamu bahwa dia telah sakit selama beberapa bulan dan merasa bahwa dia mungkin sakit lagi setiap saat. Sejak usia 35, ia hampir tidak pernah bangun dari tempat tidur, menunjukkan kepada dunia tingkat hipersensitivitas yang ekstrem: kelemahan tubuh dan ketajaman perasaan. Proust hampir tidak makan apa-apa dan tidak tahan dengan bau makanan; di apartemennya di Paris di 102 Boulevard Haussmann, seseorang tidak bisa memasak, agar tidak mengganggu pemiliknya dengan bau makanan. Dia sendiri berbaring di kamar tidur, yang interiornya menyerupai salon, dindingnya dilapisi gabus untuk kedap suara. Tirai ditarik untuk menghalangi cahaya dan kebisingan dari jalan. Satu-satunya bau yang disukai Proust adalah aroma tembakaunya. Dia selalu menyalakan sebatang rokok dari lilin yang menyala siang dan malam di kamar tidur - bau belerang korek api menjijikkan baginya, pukulan korek api di kotak membuatnya semakin kesal. Proust bekerja di malam hari, saat suasana sepi di sekelilingnya, dan menghabiskan hari dengan setengah sadar, mabuk dengan candu, veronal, atau trional. "Saya melihat yang terbaik dalam kegelapan," tulisnya 41 .

Di antara para intelektual Eropa yang hidup pada pergantian abad 19-20, ada banyak kasus perwujudan kepekaan tubuh. Orang-orang ini bereaksi terhadap penyakit sekecil apa pun. Banyak dari mereka bekerja seproduktif Darwin, Nietzsche atau Proust, namun selalu percaya bahwa hidup mereka dalam bahaya. Seorang profesor matematika Swedia yang aktif dan aktif, Gösta Mittag-Leffler, terus-menerus mengkhawatirkan kesehatannya. Dia dengan hati-hati memilih menu: ikan, roti panggang, bayam cincang, nasi rebus itu sehat, yang lainnya dilarang. Pada janji dokter, dia mengeluh sakit perut, tetapi menjelaskannya sebagai kegagalan profesional. Saudaranya Fritz, juga seorang profesor, mengunjungi kerabat, dapat duduk di lorong sepanjang malam - udara di rumah-rumah dengan pemanas sentral terlalu kering untuknya, dan jika salah satu tamu merokok cerutu, Fritz tidak memasuki rumah sama sekali . Dia adalah seorang vegetarian dan takut mati kuman. Itu terjadi bahwa kelumpuhan mematahkannya, tetapi setelah beberapa minggu Fritz dengan aman berdiri. Motif utama dari semua yang terjadi adalah melankolis. "Ulang tahun dengan surat dan kesedihan mendalam," tulis Fritz Mittag-Leffler dalam buku hariannya pada tahun 191142.

Depresi, kelelahan, agitasi dan lekas marah - kondisi ini khas untuk Henry James, dan untuk Virginia Woolf, dan untuk Rainer Maria Rilke. Kondisi ini dapat digambarkan sebagai semacam tinnitus mental": kekacauan indra, sensasi hipertrofi, kegugupan dan keragu-raguan melankolis.

Kreativitas membawa kedamaian.

Hipersensitivitas menyiratkan dua sifat kepribadian yang berlawanan secara langsung, yang masing-masing sama-sama disukai seseorang yang berusaha untuk menekankan status kreatif mereka. Di satu sisi, penolakan tubuh sendiri dan isolasi dalam semangat asketisme. Di sisi lain, fiksasi romantis pada "aku" batin, perasaan saya dan, tentu saja, "saraf".

Di sini sekali lagi muncul pertanyaan tentang peminjaman budaya. Hipersensitivitas telah menjadi kualitas intelektual yang diakui secara umum dan bahkan wajib. Ini memanifestasikan dirinya terutama dalam kaitannya dengan makanan, dan dalam gejalanya menyerupai melankolis. Makanan itu membuat saya jengkel dengan penampilan, bau, dan teksturnya. Proses mengunyah, menelan dan pencernaan selanjutnya menjijikkan dari sudut pandang orang yang sensitif. Dalam biografi banyak orang hebat - dari Boyle dan Newton hingga Byron, Kafka, Woolf dan Wittgenstein - ada fakta penolakan makan, keluhan masalah pencernaan, informasi tentang ritual yang terkait dengan makan 43 .

Kisah-kisah ini mungkin tampak seperti tidak lebih dari anekdot. Tetapi sejarah telah melestarikannya, yang berarti mereka penting untuk menciptakan citra tertentu. Kerentanan fisik, seolah-olah, meningkatkan kekuatan pemikiran kreatif. Dengan pendekatan ini, seseorang dapat dengan aman mengatakan bahwa fisikawan jenius berkursi roda, "oracle", Stephen Hawking, adalah perwujudan dari tingkat kepekaan tertinggi 44 .

Tetapi kepekaan dapat memanifestasikan dirinya di tingkat mana pun, dan hari ini kualitas ini dikaitkan dengan nama banyak politisi, ekonom, dan ilmuwan terkenal. Dengan demikian, ciri-ciri kepribadian tertentu secara otomatis berkorelasi dengan tingkat budaya yang tinggi dan prestasi yang besar.

Apakah Anda peduli dengan hal-hal kecil lebih dari yang lain? Apakah Anda selalu memikirkan perasaan orang-orang di sekitar Anda? Apakah Anda lebih suka lingkungan yang tenang dan damai?

Jika semua hal di atas adalah tentang Anda, Anda sangat sensitif. Sifat karakter ini pertama kali dieksplorasi pada awal 1990-an. Diyakini bahwa setiap orang kelima di dunia hipersensitif. Ada banyak buku tentang hal ini. Salah satunya menggambarkan kebiasaan orang yang sangat sensitif. Cari tahu apakah sifat karakter ini melekat pada diri Anda.

Bagaimana orang yang sangat sensitif berperilaku

berlebihan kepekaan- bukan sifat karakter yang buruk sama sekali. Orang-orang seperti itu pada dasarnya sangat baik dan tidak akan pernah menolak dalam kesulitan. Mereka akan pergi keluar dari jalan mereka untuk membantu Anda memecahkan masalah Anda. Jadi bersikaplah sedikit lembut dengan mereka. Cobalah untuk tidak menyentuh mereka, dan diperparah.

Ini adalah laboratorium kreatif yang nyata! Sebuah tim yang terdiri dari orang-orang yang berpikiran sama, yang masing-masing ahli di bidangnya, disatukan oleh tujuan yang sama: membantu orang. Kami membuat materi yang benar-benar layak untuk dibagikan, dan para pembaca kami yang tercinta menjadi sumber inspirasi yang tiada habisnya bagi kami!